Sagra Allen: Late

219 17 1
                                    

Sagra keluar dari kamar mandi hotel. Wajahnya terlihat pucat, dan tidak pada tempatnya. Saat ia keluar, ia berjalan perlahan kembali, seperti baru mengalami syok.

"Nyonya, saya sudah menerima persetujuan dari Presdir Oswald soal jual beli saham yang ditujukan untuk mengurangi jumlah saham Nyonya di...Nyonya baik-baik saja?" tanya Ririn begitu ia melihat wajah Sagra.

Sagra menarik napas yang tersengal, menelan ludah dan menatap horor Ririn. "Pesankan pesawat pribadi yang paling mahal yang bisa kau temukan, dan kita akan bersiap pulang ke Indonesia sekarang juga," ucap Sagra dengan tempo yang lambat, seolah ia juga sedang mencoba untuk menenangkan diri sendiri.

Ririn tidak bisa berkata-kata sementara, dan ia menatap Sagra heran. "Saya akan segera siapkan. Tapi apa ada masalah?" tanya Ririn pelan juga.

"Dan telpon Presdir RS terbesar di Tokyo untuk menemuiku sekarang," ucap Sagra lagi, masih dengan tempo panik yang sama.

"K...kenapa kita membutuhkan Presdir Rumah Sakit sekarang?" tanya Ririn tambah panik.

Sagra menatap Ririn tajam, dan Ririn kemudian mengangguk-angguk cepat.

"Bawa kartu namaku," ucap Sagra sambil menunjuk dompetnya di atas meja.

Ririn bergerak cepat dan mengambilkan dompet itu pada Sagra. Tapi Sagra tidak mau pusing lagi dan akhirnya menyerahkan seluruh dompetnya pada Ririn. Setelah Ririn pergi, Sagra meraih ponselnya. Ia menelepon Lloyd dan kemudian melirik jam. Otaknya memproses lebih lambat dari biasanya, dan sadar bahwa jam segini di Indonesia adalah jam rapat dewan rutin yang biasa diadakan setiap minggu di kantor Lloyd.

Sagra menutup sambungan ponselnya dengan cepat. Selain karena Lloyd pasti tidak bisa menerima teleponnya, ia juga memutuskan untuk tidak jadi mengatakan apapun, sementara ini.

Sagra minum segelas air, lalu minum lagi. Setelah benar-benar tenang, sekitar satu jam kemudian, salah seorang presdir RS yang Sagra minta untuk hadir pun muncul.

Basa-basi sebentar, dan salam salaman yang mereka lakukan sebagai formalitas tidak membuat Sagra merubah eskpresinya yang tegang. "Utus dokter terbaikmu untuk mengawalku pulang dengan pesawat ke Indonesia," perintahnya tegas dan jelas.

"Aku akan memberimu satu bantuan apapun yang kau minta asal kau memenuhi perintahku ini."

Sesampainya di Indonesia, Sagra memerintahkan Ririn untuk segera menghubungi Lloyd, dan langsung pulang ke rumah mereka. Ia juga memulangkan dokter yang mengawalnya dari Jepang, dan memberikan sederetan perintah untuk menutup mulut dokter itu.

.

"Istriku sudah sampai di Indonesia? Bukannya kau bilang kalian berencana kembali minggu depan?" tanya Lloyd tajam pada Ririn di seberang sambungan telepon. Ia mengecek jam tangannya. Tadi Sagra mencoba untuk menghubunginya sekitar jam 9 pagi, dan sekarang baru jam 6 sore. Artinya Sagra berangkat dari Tokyo sekitar pukul 12 siang waktu Tokyo.

Apa ada sesuatu yang salah? Pikir Lloyd. Ia berdiri, menutup sambungan ponselnya, dan menatap Suryo beserta Tiara yang masih membahas proyek baru mereka bersamanya. "Kita sudahi di sini dulu. Silakan pulang untuk saat ini," ucap Lloyd.

Sagra bahkan tidak sempat meneleponnya dan langsung pulang. Apa artinya ini sesuatu yang sangat penting sampai mereka harus bicara langsung?

"Kau tidak terlihat senang, Pak Lloyd? Bukannya kau baru mendapat kabar kalau Nyonya Sagra sudah pulang?" tanya Pak Suryo.

Lloyd menatap Suryo tajam. "Kau tahu sesuatu?" tanya Lloyd pada Suryo.

"Eeey, apa kalian masih suka curiga satu sama lain? Kalau Nyonya Sagra pulang lebih cepat, mungkin artinya dia merindukanmu," ucap Suryo.

Choices For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang