Sagra Nertaja: Last Move

101 12 0
                                    

Bunga-bunga dikirim ke RS Arya Medika dengan ucapan selamat atas kesembuhan Sagra, dan berita tersebar bahwa Sagra masih akan menjalani rawat jalan untuk pemulihan penyakitnya selama beberapa tahun kedepan.

"Ya, dia sudah dibayar," jawab Eugene pada Sagra. "Reporter yang kita sewa untuk memalsukan berita kematianmu juga, dan yang menginstal video berita itu di Televisi lobi RS," jelas pria itu kemudian.

Sagra mengangguk pelan. "Kenapa kau memukul tunanganku, Eugene?" tanya Sagra datar.

Eugene berdeham. "Ide untuk membuat teman-temanmu menjengukmu ke RS ini secara bersamaan juga tidak ada masalah. Mereka tidak curiga. Peti kosong itu juga sudah dikembalikan...dan...pegawai RS sudah dibayar untuk tutup mulut," lanjut pemuda itu.

Sagra mengangguk lagi. "Eugene, kenapa kau memukul Lloyd?" tanya Sagra lagi, masih dengan nada datar yang sama.

"Karena sandiwara ini berbahaya untuk tubuhmu, Kak," ucap Eugene tajam. "Memangnya kenapa kau harus sampai membuat dirimu sendiri terlihat sakit seperti itu?" tanya Eugene kemudian.

"Untuk menipu Hanun, dan koneksinya di luar penjara, tentunya. Juga untuk menipu seluruh dunia bahwa aku benar-benar membutuhkan perawatan medis hingga tidak bisa bekerja," jawab Sagra kemudian. "Dan ada hal lain lagi yang harus diurus," tambah Sagra pelan.

Kemudian Sagra tersenyum, dan menyangga kepalanya dengan tangan di meja ranjangnya. "Jujur saja padaku. Kau tertipu, kan?" tanya Sagra.

Eugene mengedikkan bahu. "Ya, saat Kak Lloyd bilang kau tidak mau bertemu siapapun, itu benar-benar seperti dirimu," ucap Eugene. "Dan saat Kak Lloyd sampai bersedia mengeluarkan Hanun dari penjara, aku jadi percaya," ucap Eugene. "Tapi kemudian aku ingat Kak Lloyd memindahkan barang-barangnya ke rumahmu. Dia tidak akan melakukannya jika dia tahu kau sudah sakit sejak awal," ucap Eugene.

"Dan pertunangan kalian sangat membingungkan. Kalian ini punya perasaan satu sama lain atau tidak, aku masih tidak mengerti. Kalian benar-benar sulit dibaca," ucap Eugene dingin.

"Meskipun aku tahu kalian saling mengawasi di belakang punggung masing-masing, aku tidak tahu apa alasannya karena kalian saling mewaspadai atau kalian saling ingin melindungi. Kak Lloyd juga tidak pernah pulang selama sebulan kau dirawat di sini, entah ia tidur di kantornya atau ia tidur di ruangan ini," ucap Eugene dingin, sambil melihat sofa di ruang tamu kamar VIP itu.

"Jadi sebenarnya kalian itu saling mencintai atau hanya saling membutuhkan, sih?" tanya Eugene akhirnya.

"Yang manapun, bukannya sama saja?" tanya Sagra kemudian.

"Itu tidak sama, Kak," Eugene menghela napas dalam. "Intinya semuanya sudah selesai. Oh, dan Kakak sekarang bukan lagi satu dari lima orang terkaya di Indonesia, jadi perhatikan pengeluaran Kakak," ucap Eugene kemudian.

"Kau tidak mau memberi Kakakmu satu-satunya ini penghidupan? Oh, dasar adik yang kejam," gumam Sagra.

"Kalau Kakak butuh uang, Kakak harus kerja. Kursi Wakil Presdir masih kosong, kalau Kakak mau," ucap Eugene datar.

"Kau mau aku menjadi bawahanmu? Heh, maaf saja Adikku yang manis," ucap Sagra.

"Kurang apa coba, Kakak cantik?" tanya Eugene cepat. "Kakak kan tidak benar-benar sakit, Kak Lloyd bilang Kakak akan pulih dalam beberapa minggu," ucap Eugene kemudian.

Pintu kamar terbuka dan Lloyd masuk diikuti adiknya. "Kakakmu melakukan ini agar dia bisa keluar dari perusahaanmu, kenapa dia mau masuk lagi?" tanya Lloyd. Eugene menatap Lloyd dengan tatapan tidak suka, namun keduanya terlihat saling tersenyum saat Anya mendekat.

"Semoga cepat sembuh, Nona Sagra," ucap Anya sambil menyalami Sagra.

"Aku sudah sembuh. Dan panggil aku Kak Sagra. Aku selalu ingin punya adik perempuan," ucap Sagra lembut, dan Anya mengangguk sambil tersenyum malu.

Choices For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang