Lloyd Allen: Her Most Hated Person

134 17 6
                                    

Sagra duduk di kursi ruangan kantor Lloyd. Seorang perawat sedang mempersiapkan jarum suntik untuk memberi Sagra obat penenang. Lloyd membaca tabel obat yang dapat membuat Sagra alergi, dan kemudian menatap ke arah Sagra.

Perawat meraih tangan Sagra untuk menyuntiknya, tapi Sagra menarik tangannya, dengan dingin tidak mau disuntik. Lloyd mendekat, mengambil alih suntikan di tangan perawat dan dengan lembut ganti meraih tangan Sagra.

Kali ini Sagra tidak menghindar.

Si perawat yang memperhatikan hal itu mundur dan dengan canggung namun dengan senyum yang ditahan kemudian membereskan peralatan rawat di belakang Lloyd.

"Apa yang terjadi? Kamu jelas-jelas mengalami syok," ucap Lloyd. "Hampir saja tadi menjadi serangan panik jika kamu tidak segera pergi dari sana," lanjut pria itu.

Sagra tidak bergeming. Ia duduk dengan menatap ke udara kosong. Lloyd menusuk lengan bagian dalam Sagra dengan obat penenang, dan Sagra yang terkejut mengeluh pelan. Wanita itu menatap Lloyd kesal, seperti akan menangis.

"Hei," Lloyd yang sudah selesai menyuntik Sagra segera menyerahkan suntikan bekas itu pada perawat di belakangnya dan dengan cepat menghapus air mata Sagra sebelum menetes. "Sakit? Maaf. Aku tahu kamu tidak suka disuntik," tanya Lloyd lembut.

Kemesraan itu membuat si pelayan makin canggung, tapi ia masih sangat tertarik untuk menonton hubungan dua orang eksekutif itu. "Risma, tolong cek jika ada kamar VIP kosong saat ini," ucap Lloyd, menunjuk satu map di atas meja kerjanya. Perawat itupun menuruti perintah Lloyd sambil masih memasang telinga untuk mendengar percakapan Sagra dan Lloyd.

Sagra masih belum terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu, dan karena itulah Lloyd masih berdiri di depannya duduk, dan mengelus lembut pipi Sagra untuk menyibakkan poninya. "Kamu tidak mau mengatakannya pada doktermu?" tanya Lloyd.

"Antara kamu tidak ingin membuatku khawatir, dan kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku," ucap Lloyd, "Atau karena dua-duanya?" tanyanya lagi.

Melihat reaksi Sagra yang sedikit berubah, Lloyd melonggarkan suasana dengan bertanya lagi, "Bahkan kamu tidak mau mengatakannya pada Darling-mu?" tanyanya.

"Lloyd," Sagra menatap Lloyd dalam-dalam, sedikit dengan nada kesal.

"Sagra," Lloyd memanggil Sagra dengan suara yang padat, yang bahkan membuat perawat di dekat mereka merinding takut. "Sayang," ucap Lloyd, kembali melonggarkan suasana. Tapi pria itu tersenyum licik. "Kamu tahu aku bisa membantumu, soal apapun, kan?" tanya Lloyd dengan nada manis, namun Sagra dapat melihat jelas ancaman Lloyd.

Sagra yang tahu bahwa Lloyd sudah mengetahui segalanya pun menatap pria itu tidak percaya, marah, dan campur aduk. Sudah ia katakan sebelumnya, tapi ia sangat benci berurusan dengan pria seperti Lloyd.

Mereka berdua terlalu mirip.

Sagra menendang tulang kering Lloyd. "UGH! Sayang—" Lloyd menatap Sagra, dan sadar ia sudah membuat wanita itu menangis lagi. "Auch. Sayang, oke, aku paham, maafkan aku, oke? Ah Tuhan, sakit sekali..." ucapnya cepat.

"Risma, tolong tunggu diluar," ucapnya memerintahkan Risma yang dari tadi menahan tawa.

Begitu Risma keluar dari sana, Sagra berdiri dan menampar Lloyd. Lloyd yang tahu itu semua memang salahnya pun menerima saja saat Sagra mengangkat tangannya lagi, akan menamparnya untuk kedua kalinya. Tapi Sagra menarik kembali tangannya.

Sagra menarik napasnya dalam. Sagra mengusap air matanya dengan tangannya dan berusaha sebaik mungkin untuk mengendalikan emosinya. "Pak Lloyd, aku akan memberimu bukti-bukti yang kau minta besok. Kerja sama kita berakhir sampai di sini," ucap Sagra masih dengan suara yang bergetar.

Choices For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang