Lloyd and Sagra: Pain

105 13 0
                                    

Jakarta hujan.

Sagra sudah mengantar Ririn pulang, dan ia sampai di rumahnya sendiri yang kosong dan suram. Ia dapat melihat barang-barang berpindah dari tempatnya sebelumnya, jelas karena ulah Lloyd. Ia naik ke atas, ke kamarnya yang sudah bukan menjadi kamarnya sendiri lagi. Kemudian ia memasuki kamar mandinya yang juga dihiasi dengan item-item milik Lloyd.

Wanita itu menutup dan mengunci pintu, kemudian duduk di atas kloset. Ia membenamkan wajahnya ke kedua tangannya, dan menangis dalam diam.

Semuanya sudah selesai.

"Kau sudah pulang?" tanya seseorang dari luar toilet.

"Ya," jawab Sagra dengan suara yang terdengar sakit.

"Kau baik-baik saja?" tanya pria itu.

"Tidak," jawab Sagra masih dengan suara serak.

"Kau mau aku pergi?" tanya pria itu lagi.

Sagra berdiri dan membuka kunci pintu toilet, lalu kembali duduk di atas kloset.

Lloyd muncul dari balik pintu, mendengar kunci dibuka dapat diartikan bahwa itu adalah undangan untuknya masuk. "Ada yang salah?" tanyanya.

Sagra menggeleng. "Segalanya berjalan sesuai rencanaku," jawab Sagra.

Pria itu menatap Sagra yang jelas-jelas tidak menyembunyikan depresinya dan berlutut di depannya. "Apa lagi sekarang? Salahku?" tanya Lloyd.

"Tidak," jawab Sagra singkat. "Aku hanya sedang memberi diriku sendiri waktu untuk menjadi lemah," jelas Sagra.

Lloyd menatap wanita itu prihatin, kemudian berdiri dan menyalakan keran untuk mengisi bathtub dengan air panas. "Kau harus mandi, lalu tidur," perintah Lloyd lembut.

Sagra mendongak ke arah Lloyd dan mengulurkan kedua tangannya.

"Dasar gadis manja," ucap Lloyd yang kemudian menarik gadis itu dan mengurusnya dengan baik. Setelah mandi, Lloyd membawa Sagra ke atas tempat tidur, lalu membawakan baju ganti untuknya. Ia sendiri kemudian ganti baju dan menemani Sagra.

Ini sudah jam 11 malam. Keduanya baru kembali dari pekerjaan masing-masing, dan keduanya sama-sama lelah. Sagra tidur di sisi tempat tidurnya, tidak mencoba mendekati Lloyd seperti sebelumnya. Lloyd kemudian membuka lengannya, dan Sagra merespon dengan mendekati pria itu. Sagra meneteskan air mata lagi, dalam diam.

"Kenapa kau jadi cengeng?" tanya Lloyd lembut.

Sagra mengusap air matanya ke bahu piyama Lloyd, namun segera, air matanya meluncur jatuh lagi. "Lloyd," panggilnya dengan suara pengar.

"Hmm?" respon Lloyd.

"Apa kau akan membenciku jika aku bilang aku ingin mengeluarkan Hanun dari penjara?" tanya Sagra.

Kelopak mata Lloyd bergetar sedikit. "Ya," jawab Lloyd. "Aku akan membencimu," lanjutnya. Ia sudah menduga itu yang diinginkan Sagra darinya sejak lama, dan ia tahu Sagra akan memintanya melakukan itu cepat atau lambat, karena hanya Lloyd satu-satunya orang yang bisa mengeluarkan Hanun dari penjara.

Sagra tertawa, tapi masih sambil meneteskan air mata. "Meskipun aku akan memberikan segalanya yang kupunya untukmu, kau tetap tidak mau mengeluarkan Hanun? Meskipun ini akan menjadi permintaan terakhirku?" tanyanya lagi.

"Kau pikir dengan kau menangis seperti ini akan membuatku setuju?" tanya Lloyd.

"Ya," jawab Sagra.

Lloyd mengusap rambut Sagra yang menghalangi mata wanita itu, dan kemudian mengusap air matanya dengan lembut. "Kau pikir aku benar-benar mencintaimu?" tanya Lloyd dingin.

Choices For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang