Goodbye

4.3K 511 68
                                    

Gadis itu membuka mata saat jarum jam menunjukan hampir jam 3 sore. Sehun belum kembali karna jadwal pemotretannya hari ini. Lisa tidak mungkin menganggu Sehun terus-menerus. Walaupun sebenarnya tidak ada niat sedikitpun bersikap merepotkan Sehun, tapi tanpa disadari selama ini dia telah sangat merepotkan dan mungkin membuat Sehun sangat kesulitan dengan sikapnya.

Bersyukurlah Lisa karna Sehun selalu bersabar selama ini. Tidak pernah sekalipun pemuda itu membentaknya. Sehun selalu menatapnya dengan tatapan penuh perhatian dan penuh kasih sayang.

Hari ini, sekali saja dia ingin tidak bergantung pada Sehun. Jadilah dia putuskan untuk meminta Lea pulang lebih cepat karna perutnya yang terus terasa mulas. Bukan pertama kali sebenarnya, tiga hari terakhir memang Lisa merasakannya. Sehun juga tau. Namun hari ini sangat berbeda karna rasa sakitnya lebih kuat dan datangnya juga dalam selang waktu yang singkat.

Lisa bergerak pelan meraih handphone-nya dan menekan nomor Lea. Suara tunggu langsung terdengar bersamaan dengan pintu kamar yang dibuka dari luar.

Lisa mematikan panggilannya saat melihat wajah Lea diambang pintu. Adiknya itu benar-benar ijin dari Sekolah demi Lisa.

"Kak? Kau tak apa?" Tanya Lea lalu duduk di samping Lisa.

Lisa menggeleng pelan, "dari pagi perutku mulas. Maaf karna membuatmu pulang cepat hari ini."

"Heol, apa yang kau katakan? Berbicara seperti aku ini orang asing bagimu?"

Lisa tersenyum tipis, adiknya itu memang selalu saja bisa menjawab semua perkataannya tanpa diduga.

"Omong-omong, dimana Luffi? Harusnya dia sudah pulang bukan?"

Lisa mengangguk pelan, "dia sepertinya sedang belajar di kamarnya."

"Apa aku harus memberi tahu Sehun Oppa?"

"Ani!" Jawab Lisa cepat, "aku tidak ingin menganggu pekerjaannya."

"Kau baru sadar, kak? Aigoo, kemana saja kau selama ini? Kau tidak sadar kalau selama ini kau mengganggu pekerjaan Sehun Oppa— aww! Mianhe—"  Lisa mencubit perut Lea dan menatap adiknya itu galak, membuat Lea meringis dan harus menghentikan ucapannya.

"Kau akan tau nanti saat kau hamil, dasar menyebalkan."

"Hahaha baiklah." Lea tertawa memaksakan. "Kau ingin aku apa? Mengantarmu ke Dokter sepertinya hal yang tepat."

"Benar, sekarang kau siap-siap."

Lea menurut lalu meninggalkan kamar Lisa dan keluar menuju kamarnya. Lisa yang memakai training hitam panjang hanya menambahkan jaket di tubuhnya. Dia rasa tidak harus berdandan hanya untuk pergi ke rumah sakit. Gadis itu mengikat rambut panjangnya tinggi-tinggi, berantakan namun tetap saja secantik itu.

Lisa menghembuskan nafas panjangnya dan duduk di tepian ranjang, lalu memutuskan untuk membuka tas Lea yang gadis itu tinggalkan di kamarnya. Lisa membuka buku-buku milik Lea dan berdecak saat melihat nilai yang ada disana.

"Apa yang dia lakukan sampai nilainya seperti ini?" Gumam Lisa pelan. Sekuat tenaga harus menahan untuk tidak meneriaki nama adiknya itu.

Tangan Lisa sontak berhenti saat menemukan botol obat di dalam tas adiknya. Lisa membukanya dan menumpahkan isinya ke tangannya.

"Lea, kau sungguh keterlaluan." Geram Lisa saat menyadari jika obat yang ada di dalam botol itu adalah obat pelangsing. "Astaga— sungguh keterlaluan." Lisa merasakan kepalanya berdenyut. Lea masih sangat muda, tidak baik mengkonsumsi obat pelangsing. Lagipula apa yang adiknya itu pikirkan? Apa dia akan menjadi idol sampai-sampai harus mengkonsumsi obat seperti ini?

ONLY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang