Tujuh bulan sudah setelah hari kelam itu terjadi. Hari yang sama dengan hari dimana Lisa pergi menghilang seperti ditelan bumi. Gadis itu pergi entah kemana membawa ketiga adiknya.
Lambat laun penyesalan itu merambat memenuhi rongga dada Sehun.Ia memang marah besar hari itu, tapi bukan berarti dia tidak peduli lagi. Sehun sudah mengubungi adik-adiknya Lisa, tapi hasilnya sama; mereka mengganti nomor handphone mereka. Sehun sudah mencari ke minimarket tempat mereka bertemu lagi setelah malam yang mempertemukan mereka, dia pikir siapa tahu Lisa bekerja lagi disana, tapi Lisa tetap menghilang tanpa jejak. Kafe tempat Lisa bekerja saat sore hari, lestoran cepat saji tempat Lisa bekerja pagi hari, semuanya nihil. Kontrakan yang dulu Lisa tinggali juga sudah ditinggali orang lain. Bahkan Lisa memindahkan sekolah adik-adiknya.
Kemana dia? Apa dia baik-baik saja? Apa aku sudah keterlaluan? Apa dia juga merindukanku? Apa dia kembali ke Thailand?
Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepalanya, setiap hari.
Baiklah dia akui, bahwa dia sedikit menyesal sudah sekasar itu pada Lisa. Tapi dia juga kecewa dan marah karna Lisa mengorbankan anaknya. Sungguh, hatinya masih ngilu sampai sekarang saat teringat obat-obat pelangsing yang bertebaran di kamarnya hari itu. Darah yang memenuhi lantai kamar mandinya, rasanya sakit sekali saat mengingat bahwa itu adalah anak yang sangat ia nantikan.
Sehun melempar handphonenya sampai benda bernilai puluhan juta itu pecah pada bagian layarnya. Sehun mengacak rambutnya kasar.
"Berhenti memikirkan dia, bodoh!" Ucapnya pada diri sendiri.
"Kau kenapa?" Tanya seseorang yang sebelumnya tertidur disamping Sehun.
Sehun meliriknya, wanita berambut blonde itu memeluk sebelah tangannya. Punggung dan buah dadanya terekspos dengan jelas karna selimut yang tersibak saat wanita itu memposisikan dirinya untuk duduk.
"Hanya sedikit masalah." Jawab Sehun acuh.
Satu bulan yang lalu, Sehun kembali kepada kebiasaan buruknya dulu; tidur dengan banyak wanita.
"Apa aku bisa membantu?" Tanya wanita berdarah Jepang itu dengan suara yang sedikit mendesah. Tangannya bermain bebas di dada bidang Sehun.
"Tidak!" Jawab Sehun tegas.
"Kau sangat tampan dilihat secara langsung seperti ini."
"Jika kau tau siapa aku, kau juga pasti tau jika kau tidak diijinkan buka mulut."
Wanita itu tertawa geli, "tentu saja. Tidur denganmu sudah cukup bagiku untuk tetap tutup mulut." Tangannya bergerak merapikan helaian rambut Sehun yang jatuh di dahi pemuda itu.
"Apa kau ada acara hari ini."
Sehun membuang nafasnya, "entahlah."
"Sebelum kau pergi,"tangan wanita itu bergerak menuju area sensitif Sehun, meremas milik Sehun yang tidak terhalang apapun, "mari melakukannya sekali lagi." Wanita itu mengedipkan matanya menggoda, tangannya masih memberiakn servis berupa handjob pada Sehun.
Tangan Sehun tidak tinggal diam, sebelah tangannya meremas payudara wanita itu sangat kasar, membuat sang empunya mengerang kesakitan. Sehun menarik dagu wanita itu hingga bibir mereka kembali menyatu untuk yang kesekian kalinya. Ciuman mereka berlangsung sangat panas. Baik Sehun maupun wanita itu sudah sama-sama berpengalaman dalam hal seperti ini.
Erangan dan desahan wanita itu memenuhi kamar hotel tempat mereka menginap saat ini. Sehun dibuat semakin menjadi dan saat wanita itu duduk tepat diatas juniornya, membuat area intim mereka saling bertabrakan lagi. Pinggul seksinya bergerak erotis. Wanita yang penuh dengan pengalaman, pikir Sehun. Beda sekali dengan Lisa yang harus diberitahu bagaimana cara memuaskannya baru Lisa akan melakukannya. Gadis polos yang membuatnya jatuh cinta setengah mati itu kini sudah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY YOU
Fanfiction[COMPLETED] Katanya, dunia ini berputar. Kebahagiaan akan berganti dan kesedihan akan berlalu. Dunia memang berputar, namun apakah itu berlaku bagi Lisa? Sepertinya tidak. Dia merasa bahwa hidupnya akan selamanya menderita, penuh ketidakadilan dan k...