Pemuda itu menatap pantulan dirinya di dalam cermin, mengusapnya sekilas karena titik-titik embun disana. Rambut yang masih meneteskan air dan jubah mandi yang nampak sedikit terlalu kecil untuknya. Sehun tersenyum tipis, hari ini, dia akan membicarakan pernikahannya dengan Lisa kepada member EXO sebelum nanti menyiapkan diri menemui Lee Sooman, CEO agensi yang menaungi dirinya dan EXO.
Sehun mulai melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi. Di dapatinya Lisa tengah termenung di pinggiran ranjangnya yang sangat berantakan. Bukti lagi bahwa olahraga malam mereka selalu berakhir dengan percintaan yang panas. Senyum tipis dibibir Sehun perlahan memudar saat mendengar isakan dari Lisa. Sehun setengah berlari mendekati gadisnya itu. Pemuda itu berlutut dan menatap Lisa khawatir. Ini masih terlalu pagi untuk menangis.
"Chagi-yaa, gwenchana?"
Bukannya menjawab, tangis Lisa semakin kencang. Gadis itu menghindari tatapan Sehun.
"Chagi-yaa, bicaralah! Apa yang membuatmu menangis sepagi ini?"
Sehun ikut duduk di samping Lisa, di dekapnya gadisnya itu sampai isakan Lisa mulai pelan."Kau kenapa, sayang?" Ulang Sehun untuk yang ketiga kalinya.
"Aku —hiks, menginginkan dirimu."
Sehun membuang nafas panjangnya, di elusnya rambut Lisa dengan lembut, "aku memang milikmu, sayang. Apalagi yang kau—"
"Jangan pergi pemotretan!"
Well, Sehun harusnya sudah menebak ini akan terjadi lagi. Satu bulan tinggal bersama Lisa yang tengah hamil muda, harus diakuinya agak merepotkan. Kadang adik-adik Lisa sendiripun dibuat tidak percaya dengan segala keinginan kakak mereka sendiri.
"Chagi-yaa, bukankah tadi malam kau sudah memberiku ijin untuk pergi pemotretan hari ini?" Sehun menahan nafas agar suaranya sangat terdengar lembut di telinga Lisa.
"Aku tidak pernah memberimu ijin. Kapan aku melakukannya?" Jawab Lisa dengan nada sarkasme.
"Sayang, semalam kau benar-benar mengijinkanku pergi—"
"Aniyo! Aku tidak mengatakannya." Lisa kembali terisak kencang membuat Sehun memejamkan matanya untuk mengumpulkan kembali sisa-sisa kesabaran dalam dirinya.
"Jangan menangis! Maaf jika aku salah dengar semalam. Tapi, sayang, aku harus pemotretan. Lea akan menemani, bagaimana?"
"Shireo. Shireo. Shireo."
Sehun kembali mendekap Lisa saat gadis itu masih saja menangis kencang.
"Aku tidak suka kau pemotretan dengan Irene Red Velvet. Sepertinya dia menyukaimu." Lisa mendorong dada Sehun hingga pelukan pemuda itu di tubuhnya terlepas.
"Chagi-yaa, sudah berapa kali aku bilang jika itu hanya kerja sama. Dan kau juga sudah tau jika Irene noona adalah kekasih dari Junmyeon hyung—"
"Aku tidak percaya."
"Astaga—" Sehun mengepalkan tangannya kuat-kuat, "jebal..." bisiknya lirih. Dia tidak tau harus bagaimana lagi menyikapi gadisnya yang sangat sensitif. Bukan apa-apa, hanya saja sikap Lisa sangat berlebihan belakangan ini. Sedikit banyaknya, pekerjaannya jadi terganggu.
Sehun membuang nafasnya berat, pemuda itu meraih ponselnya lalu menghibungi menejernya dan mengatakan bahwa ia tidak bisa pemotretan karena tidak enak badan. Tentu saja ia berbohong, dia tidak punya pilihan. Daripada berdebat dengan Lisa, lebih baik dia mengalah. Mengetahui jika janin yang ada di dalam perut Lisa sangat lemah, Sehun jadi tidak tega jika tidak menuruti semua keinginan gadisnya. Bahkan setelah percintaan mereka hampir tiap malam, selalu ada bercak darah di celana dalam Lisa.
Tolong jangan mengatakan jika Sehun brengsek! Pria yang memaksa bercinta hampir tiap malam saat calon istrinya tengah mengandung dan kandungannya tidak dalam keadaan baik-baik saja. Karena pada kenyataannya, memang selalu Lisa yang merengek agar Sehun mau melakukannya. Sekeras apapun Sehun menolak, Lisa tetaplah Lisa. Gadis keras kepala yang kini selalu menangis jika keinginannya tidak terpenuhi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY YOU
Fanfiction[COMPLETED] Katanya, dunia ini berputar. Kebahagiaan akan berganti dan kesedihan akan berlalu. Dunia memang berputar, namun apakah itu berlaku bagi Lisa? Sepertinya tidak. Dia merasa bahwa hidupnya akan selamanya menderita, penuh ketidakadilan dan k...