Berjalan dengan cepat sudah biasa bagiku. Untuk sampai dari satu tempat ke tempat yang lain. Jauh sekalipun sudah biasa untukku.
"Hari ini kemana lagi Mas?" Aku berjalan menuju mobil dinas yang terparkir di depan halaman asrama. Bina sudah lebih dulu pergi mengantar Daffa menjalani hari pertama masuk sekolah.
"Siap, hari ini kita ke SMP 2 ndan, sosialisasi bela negara mpls." Aku masuk ke dalam mobil. Masih terus berkutat dengan ponsel, membaca berita pagi.
Berita pagi yang beda dengan hal yang lain. Berita anak gadisku yang menjalani hari pertama mpls di antar opanya.
Tugasku hari ini begitu berat, memberikan materi bela negara pada adik-adik SMP seusia anakku. Jadi semakin rindu dengan Cinta Calla Senjaku. Kenapa berat karena materi ini sangat penting untuk setiap generasi muda.
Kami di sambut ramah oleh kepala sekolah. Di suguhi jajanan pasar beraneka ragam. Ada makanan yang membuatku rindu Mama saat kecil dulu. Kue lapis warna warni, kue klepon. Rasanya semuanya ingin ku makan, tapi aku malu.
"Dim tolong ambilkan botol tadi, ketinggalan di mobil." Dimas beranjak, aku beramah tamah dengan Kepala Sekolah yang sudah mendekati masa pensiun ini.
"Wah komandan ini minumnya air putih nggeh, biar di ganti sama Pak Supri nanti." Aku tersenyum.
"Saya minum semuanya Pak, ini untuk nanti masuk di kelas. Dari anak perempuan saya. Biar ayahnya nggak lupa minum air putih." Kami tertawa.
"Sudah usia berapa Pak?" Tanyanya ramah.
"Hari ini masuk SMP juga, tapi di Jogja ikut opanya. Kasihan nanti kalau misalkan pindah-pindah ikut saya." Jawabku.
Menunggu sejenak di ruang tamu sekolah. Sambil melihat, lalu lalang anak-anak yang masih mengenakan seragam merah putih.
"Izin Pak, ingat mbak Calla ya." Aku tersenyum. "Saya juga ingat ketawanya mbak Calla Pak." Lanjut Dimas saat melihat anak perempuan tinggi sedang tertawa.
"Iya, pasti lagi mos juga dia mas. Tadi sudah WhatsApp." Aku menepuk pundak Dimas.
"Saya ke belakang dulu, nanti kamu buka ya sama Amar."
Di perjalanan menuju kamar mandi aku bertemu dengan anak-anak perempuan yang memakai baju merah putih, rambutnya sebahu. Mirip dengan Calla.
Aku jadi teringat bidadariku itu, ternyata ldr terberat adalah saat ini. Saat jauh dari anak tercinta, sabar Calla. Demi cita-citamu.
Aku masuk ke aula yang sudah ramai sesak. "Silahkan Pak." Aku tersenyum pada salah satu guru muda ini. Matanya bergerak dari atas ke bawah, coba ada Bina. Pasti ibu ini sudah mendapat tatapan tajam.
"Siap Bu, mari saya duluan." Aku ngeri sendiri dengan tatapan dan lipstik merahnya.
Amar dan Dimas di dalam masih membuka dengan intermezo di luar. Aku melihat ponsel sekilas, ternyata ada satu pesan.
Calla Senja
Yah, hari ini mosnya ada bapak tentara. Calla jadi ingin pulang.Aku tersenyum membaca pesan dari Calla. Sama nak, ayah ingin terus dekat dengan kamu.
Me :
Kok main HP, harus disiplin. Besok akhir pekan ayah ke jogja.Menutup aplikasi WhatsApp dan masuk ke aula. Aku di sambut dengan tepuk tangan yang begitu keras.
"Selamat pagi." Sapaku.
"Pagi pagi pagi luar biasa" jawab mereka serempak. Semangat jiwa muda begitu membara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaradana
RomanceAsmaradana terdiri dari dua kata, asmara dan dahana (dana). Asmara adalah cinta, dahana adalah api. Bisa di artikan menjadi cinta yang menggelora. Atau rasa yang selalu berbunga-bunga. Seperti rasa ku terhadapnya, selalu mengobati di setiap nafas. A...