4. Dari Sabina

3.9K 459 14
                                    

"Dedek baik-baik ya sama Mbak Calla." Ucapku saat berpamitan pada Daffa dan Calla. Hari ini aku sudah bersiap untuk menghadiri rapat rutin pengurus Persit Kartika Candra Kirana.

Kesibukan yang membuatku banyak belajar tentang hal yang baru, mungkin ini kali pertama di bagian ceritaku lewat sudut pandangku. Sudut pandang seorang ibu dan istri dari seorang yang luar biasa.

Menjadi istri dari komandan Batalyon tempat kami mengabdi aku banyak belajar. Belajar untuk menjadi seorang yang selalu bisa lebih baik. Menjadi teladan bagi banyak orang di lingkungan batalyon tempat ku bertugas. Setiap saat aku harus siap, saat harus menemani Kak Aksa kemanapun.

Kunjungan ke berbagai tempat, menerima tamu, kunjungan lapangan. Bahkan aku sendiri harus ekstra kegiatan dalam persit. Setiap minggunya selalu ada kegiatan yang wajib ku hadiri.

Dulu saat aku awal menikah, pertama menjadi bagian dari Persit aku sempat berfikir. Alah ngapain sih ikut kegiatan, emang penting ya. Tapi sekarang, aku tahu semuanya. Bahan bagaimana konsepnya dan Alhamdulillah semua mengalir begitu saja.

Menjadi Ketua Ranting 3 Yonif Mekanis 412 Kostrad memang sesuatu yang luar biasa. Teringat beberapa tahun yang lalu, saat tradisi lepas sambut. Ibu ketua yang lama menangis saat memelukku.

Semakin kesini aku tahu, kenapa beliau dulu menangis, karena memang di sini luar biasa. Melebihi ekspektasinya sendiri.

Menjadi Ibu dari ratusan atau bahkan ribuan anggota tidak mudah. Hampir setiap minggu ada pasangan yang menghadap. Meminta wejangan saat akan menikah. Setiap minggu rapat pengurus, semuanya menyenangkan.

Aku jadi tahu, betapa lebih sibuknya Kak Aksa menjadi pejabat Batalyon ini. Mungkin kalau aku jadi Kak Aksa, kepala ku sudah pecah.

Aku hanya berharap, masih ada banyak lagi waktu untukku berkontribusi untuk Tanah Purworejo ini.

Di sini begitu nyaman. Kotanya tidak terlalu bising menurutku, semuanya aman. Teman di lingkungan asrama? Jangan di tanya. Semuanya ramah bahkan begitu baik hati.

Dulu aku pernah memiliki tetangga yang begitu julid, yang tiap kali selalu menindas juniornya,

Tapi di sini, aku merasa menjadi yang paling beruntung. Semua begitu ramah dan tidak mencari masalah. Rasanya sangat bersyukur atas semua hal itu.

Bicara tentang ini, aku ingin bercerita tentang akhir dari kisah seorang Indira. Pada akhirnya ia menikah dengan seorang duda.

Parahnya, Indira mengalami kecelakaan. Hamil duluan sudah tiga bulan. Aku dan Kak Aksa sempat Shock saat mendengar kabar itu.

"Iya bunda. Hati-hati ya." Aku mengangguk, menyambut tangan Daffa dan Calla yang ingin berjabat tangan denganku.

Calla sedang libur semester, ia memilih menikmati harinya di asrama. Menjaga adiknya. Bermain dan tidur bersama setiap malamnya. Rumah menjadi semakin ramai. Rumah menjadi semakin nyaman dan hangat.

"Iya. Bunda hati-hati. Assalamu'alaikum." Aku melambaikan tangan, masuk ke dalam Mobil. Aku sudah di tunggu seorang kowad muda.

Saat seperti ini, aku jadi teringat Bu ambm ataupun Pak Pinca yang selalu di supir i kemanapun pergi.

"Waalaikumsalam." Teriak mereka.  Aku melambaikan tangan dari kaca.

"Sudah makan mbak?" Citra namanya. Asli Bandung.

"Siap, sudah ibu. Izin petunjuk?" Aku terkekeh.

"Kalau belum nanti kamu jajan dulu saja, di kantor nggak ada kerjaan kan?" Ia tersenyum. Aku sudah hafal
Jawaban para tentara ini.

"Siap, memang sudah makan betul Bu." Aku mengangguk saja. Membaca pesan dari suami tercinta. Di jam seperti ini ia akan sering mengirim pesan.

Kata-kata romantis yang begitu manis, menjadi candu tiap kali waktunya.

"Gimana Cit, jadi sama yang yang Aau itu?" Wajahnya langsung tersipu.

"Siap, tidak Bu. Saya jomblo." Aku terkikik melihat wajahnya,

"Ijin Bu, dia hanya singgah. Meninggalkan cerita, lalu pergi terbang begitu saja Bu." Aku menghentikan tawaku mendengar ceritanya.

"Sabar ya Nduk. Semoga Allah mempertemukan kamu dengan laki-laki baik. Pilihan Allah adalah yang terbaik." Aku mengusap bahunya. Kulihat sudut air matanya yang berlinang.

"Siap. Tandanya itu yang terbaik untuk saya Bu. Saya juga sadar, hanya seorang Bintara biasa. Walaupun saya menemani dia dari jaman menjadi karbol. Tapi memang pesona perwira lain lebih baik. Saya cukup sadar diri kok Bu." Aku mencoba menghiburnya.

"Eh tidak baik bicara seperti itu. Tidak semua seperti itu. Mungkin memang dia yang begitu. Jangan jadi menutup diri lo mbak. Kamu cantik, baik. Baik buruknya seseorang bukan di lihat dari pangkatnya. Tetap semangat melanjutkan hidup saat kamu jatuh ya."

"Jangan jadikan batu masa lalu itu kembali membuatmu tersandung dengan hal yang sama. Tidak perlu melihat jauh jodoh kita. Karena mungkin, jodoh kita ada di sekitar kita kok." Citra mengangguk. Mengusap air matanya.

"Minggir dulu sebentar Cit." Citra benar-benar menepi. Aku memeluknya.

"Seberat apapun ujian hidupmu, jalani dengan semestinya ya Nduk. Jangan terlalu takut untuk memulai kembali. Yang kemarin lupakanlah. Jadikan pelajaran, lihat apa kurang mu. Tunjukkan dengan wajar kelebihanmu."   Aku bisa mendengar tangisan Citra.

"Ijin Bu, ibu baik sekali. Terimakasih sudah membuat saya lebih baik. Ijin Bu, saya bersyukur memiliki atasan seperti ibu. Komandan sangat beruntung memiliki wanita sekuat dan sebaik ibu." Aku tersenyum.

"Tidak semulus itu Nduk. Jatuhnya sering, tapi saya selalu bangkit. Memberikan yang terbaik untuk bapak." Mobil kembali melaju. Kami masih bertukar cerita.

"Tidak semua yang orang lain lihat itu benar keadaannya. Saya sering kali masih berdosa menjadi istri. Bisa marah dengan Bapak. Saya yang begitu beruntung memiliki suami sesabar dan sebaik bapak Nduk. Semoga Allah mempertemukan jodoh terbaikmu." Aku mengusap bahunya sekali lagi sebelum keluar. Kantor persit sudah di depan mata.

"Siap, Ijin bu, Terimakasih. Ijin Bu, Ibu baik sekali. Semoga ibu dan bapak selalu dalam keberkahan Allah." Aku keluar setelah memeluk Citra sekali lagi. Semoga ia selalu kuat menjalani hidup selanjutnya.

Di dalam sudah ada beberapa pengurus yang datang. Hari ini kita akan membahas acara bakti sosial yang akan berlangsung pekan depan.

Pentingnya berbagi pada sesama selalu kita tanamkan dalam keseharian Persit Kartika Candra Kirana.

Dari persit aku banyak belajar, kebersamaan, berbagi pada sesama, menghormati orang lain, saling tolong menolong.

Aku bersyukur menjadi satu dari ribuan perempuan hebat pendamping abdi negara di Indonesia ini.

Sama seperti mimpiku dulu, ingin menjadi wanita yang tegar. Setegar karang di laut walaupun di hempas ombak sebesar apapun tetap kokoh berdiri.

"Ijin Bu Aksa, hari ini ibu cantik sekali." Aku menengok. Melihat siapa yang berbicara. Suara laki-laki, beraninya ia menggoda istri danyonnya sendiri.

Begitu aku menoleh, aku melihat sosok yang selama ini selalu menemaniku.

"Ayah, malu di dilihat ibu yang lain." Aku mencubit lengan kokohnya. Mengundang tawa banyak orang di sekitar ku.

"Bunda memang cantik, apalagi pakai jilbab hijau ini." Kak Aksa berlalu begitu saja setelah mengucapkan kalimat tadi.

"Cieeee. Ijin Bu,Ijin berbicara, bapak romantis sekali ya." Aku tersipu malu.

Kak Aksa memang selalu romantis.

🌵🌵🌵

Kenceng benerrrrrr upnya. Hehehe

Tapi besok-besok tertunda terus.
Semoga selalu sehat ya teman2 semua ❤️

Asmaradana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang