JS 18: Tentang Ben

171 48 12
                                    

Setiap orang tua punya cara masing-masing untuk nunjukin kasih sayang mereka.

•••

Sesuai arahan Jodhy kemarin. Hari minggu ini aku pergi ke alun-alun kota bersama Fanny, Elin dan juga Oca. Kami menghabiskan pagi dengan berolahraga, melepas penat setelah satu pekan berkutat dengan huruf dan angka.

"Senja." Suara teriakkan Zaky menghentikan kegiatan kami.

"Ngapain lo lari-lari?" Elin menyambut Zaky dengan kebingungan.

"Nja, tuh Ben sama Jodhy. Gih samperin sana." Perintah Zaky sambil menunjuk ke arah Ben dan Jodhy.

"Ok, doain aku gaes." Sebelum menghampiri Ben, aku membeli dua botol air mineral. Aku melangkah menuju ke arah Ben, Jodhy menatap ke arahku dan dia paham akan rencana kami. Dia pergi meninggalkan Ben sendiri.

"Nih." Aku menyodorkan air minum di hadapan Ben yang sedang beristirahat. Ia menatapku sejenak, lalu memalingkan wajahnya dariku. Aku meraih tangannya dan meletakkan air minum di atas telapak tangannya.

"Ben lo tau gak arti sahabat buat gue?" Tanyaku mencoba memecah keheningan. Ben masih diam, tapi ia meminum air yang kubawa, kemudian ia beranjak pergi meninggalkan ku.

"Ben aku salah apa sih sama kamu?" Aku berniat menghentikan langkah kakinya.

"Lo gak salah, gue cuma gak mau ganggu kebahagiaan kalian."

"Kalian siapa??"

"Makasih minumnya." Kalimat terakhir Ben sebelum pergi.

Anak-anak menghampiriku dengan penuh tanya.

"Gimana Nja?" Tanya Jodhy.

"Rencana pertama gagal." Fanny berbicara sendiri.

"Sotoy Lo."

"Iya gagal."

"Oke gapapa, masih ada rencana kedua." Ucap Zaky optimis dengan menampakkan senyum tipisnya.

•••

Sepulang sekolah aku melancarkan rencana kedua untuk kembali akrab dengan Ben. Pukul empat sore aku masih menunggu di ujung jalan, ditemani semburat warna senja yang mulai menampakkan jingganya. Angkot hijau berhenti di hadapanku, untuk menuju perumahan Ben.

"Pak ke alamat ini ya." Aku menyodorkan kertas bertuliskan alamat rumah Ben. Aku masih asing dengan perkotaan di sini, kali ini aku sendiri tanpa Jodhy, Zaky dan gengku.

"Tau sih mba, tapi ini putaran terakhir, dan rumah bapak beda arah. Paling nanti mbanya berhenti di pertigaan lurus aja lagi sampai ada kompleks Ciremai ini."

"Ya udah gak papa pak."

Perjalanan tidak memakan waktu lama, "Ini udah sampai mba."

"Makasih ya pak." Aku menuruni angkot dan tak lupa mengeluarkan ongkos.

Aku berjalan lurus sesuai arahan pak sopir tadi. Dari kejauhan aku melihat seorang ibu-ibu paruh baya yang sedang tertatih menenteng belanjaannya.

"Bu, bisa saya bantu?" Aku mendekat dan menawarkan bantuan.

"Ohya boleh neng."

"Bu kenapa gak naik kendaraan?"

"Tadi cuma sampai depan neng."

"Saya tadi juga gitu, emang kalo udah sore udah jarang ada angkutan umum ya bu?"

"Paling sampai jam setengah lima neng."

JINGGANYA SENJA (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang