JS 30: Senyum Sediakala

120 31 4
                                    

Aku harap setiap hari bisa sebahagia ini.
Dengan ataupun tanpa kamu.

•••

"Terima kasih ya Ga." Jumat pagi di koridor sekolah, aku tak sengaja menjumpai Jingga yang terlihat baru berangkat.

"Buat?"

"Kemarin udah mau nganterin saya."

"Ok." Jingga menjawab seperlunya, sepertinya ini bukan waktu yang tepat.

"Oh ya Jingga, ini payungnya." Aku berniat mengembalikan payung hitam Jingga, yang beberapa hari lalu ku bawa pulang.

"Buat kamu aja."

"Tapi ..."

"Saya emang niat buat buang payung itu, abis dibawa ke pemakaman tetangga soalnya." Setelah mengatakan sepenggal kalimat itu, ia pergi dan tersenyum. Aku kehabisan kata-kata untuk membalas Jingga.

•••

Suasana di kelas sudah mulai ramai, "Pagi senjaku." Sapaan Jodhy dengan humornya.

"Senja gue yang bener, minggir." Tanpa disangka Ben datang dari belakang, kemudian dia menarik tanganku untuk duduk.

"Apaan sih Ben? Pagi-pagi gak suntay." Elin sepertinya tidak nyaman dengan perlakuan Ben barusan.

"Santuy goblokk." Jodhy mulai mengeluarkan kekasarannya.

"Santai pinter!!" Oca mendekati aku dan Ben, lalu ia melepaskan genggaman tangan Ben di lenganku.

"Kemarin lo kenapa? Ada apa? Ada hubungan apa lo sama Jingga?" Pertanyaan Ben sangat runtut.

"Kenapa sih Ben?" Aku merasa tidak nyaman dengan intimidasi Ben.

"Gue nanya lo, Senja." Raut wajah Ben menegang, ada apa dengan Ben sebenarnya?

"Eh, Ben. Piket dulu lo." Ucap Alfa si seksi kebersihan di kelas.

"Diem lo." Ben semakin serius.

"Santai dong Ben, Lo buat Senja takut tuh." Zaky dengan hatinya yang sangat lembut dan pengertian terhadap perempuan akhirnya membelaku.

"Aku ke rumah sakit, ibu aku sakit, aku gak ada hubungan apa-apa sama Jingga. Kemarin dia nganterin aku. Puas?!" Aku menjawab dengan sedikit kesal sebenarnya. Setelah menjawab pertanyaan Ben, aku berdiri dan menuju ke tempat dudukku.

Ben tampak seperti tak enak hati, pasalnya ia sedikit memaksaku untuk menjawab pertanyaannya. Pagi ini moodku berubah buruk karena Ben. Aku tidak suka caranya bertanya.

•••

Jam sudah memasuki waktu istirahat. Teman-teman berlarian menuju ke kantin sekolah. Moodku masih berantakan sedari pagi, pikiranku tertuju pada mama di rumah sakit. Tiba-tiba aku ingat akan satu hal.

"Ca, Lo liat kaos kaki aku gak yang kemarin sebelum pertandingan basket?"

"Gak tau tuh." Oca tidak tau dimana kaos kaki kesayanganku.

•••

"Senja gue minta maaf soal tadi pagi. Gue khawatir sama lo." Ben mengarah ke tempat duduk di sebelahku. Aku masih terus bungkam, tak mengatakan sepatah kata pun.

"Ngapain lo, minggir gue mau duduk." Rupanya Fanny tidak berlama-lama di kantin, ia memilih makan di kelas menemaniku.

"Duduk di situ kan bisa." Ben terlihat kesal dengan Fanny.

"Itu tempat duduk gue."

"Ribut mulu kalian, nih Senja buat Lo." Zaky datang melerai Fanny dan Ben, sembari memberikan batagor kesukaanku.

"Wahh, makasih Zaky. Lo paling baik deh." seketika moodku berubah menjadi lebih baik.

"Itu Jingga yang beli." Ketika mendengar Zaky mengatakan hal demikian, aku sontak menghentikan aktivitas membuka bungkus batagor itu.

"Serius lo?!!" Ben tidak percaya.

"Dih ga percaya. Senja dimakan dong,"

Berhubung aku juga lapar, kusantap habis batagor dari Jingga.

"GAIS!!! gue baru denger kalo nyokap Senja sakit kanker." Jodhy datang dengan sangat heboh. Tentu saja ucapannya membuat teman-teman memandangku dengan penuh tanya.

"Pada liatin apa sih, emang senja di sini?" Jodhy tidak tau kalau aku berada di kelas, kemudian tanpa aba-aba Zaky melempar kulit kacang yang sedang ia makan ke arah Jodhy, ia terlihat merasa bersalah ketika melihatku.

"Eh Senja, maaf-maaf tadi aku tanya langsung ke Jingga."

"Gak papa Jod, itu berita bener kok. Mama aku sakit kanker darah dan kami sekeluarga baru tahu kemarin." Aku mencoba menjelaskan meskipun aku enggan membagi kabar tak menyenangkan. Ruang kelas hening sejenak, mereka mendengarkan dengan seksama.

"Senjaaaa, Tante pasti sembuh kok. Kamu harus semangat bantu mama kamu ya." Fanny mencoba menghiburku, kemudian mereka memelukku dan itu memberikan sedikit tenaga untuk hatiku yang menjadi lemah akhir-akhir ini.

"Mau ngapain lo?" Oca melepaskan pelukannya.

"Mau peluk juga." Jodhy berkata dengan mengeluarkan ekspresi alaynya.

"Senyum dong Senja, kalo lo sedih gini lo buat gue ngerasa jadi sahabat yang jahaaaat banget gak bisa hibur lo."

"Coba buat aku ketawa dong Zak."

"Lo tau gak kenapa senja di langit warnanya kekuningan gitu?"

"Gak tau."

"Karena lo suka warna kuning." Tidak ada yang tertawa mendengar garingnya Zaky.

"Dari mana kamu tau aku suka warna kuning?"

"Itu tuh." Zaky menunjuk ke atas papan tulis dimana ada satu paku yang tertancap di dinding dan ada kaos kaki warna kuning di sana.

"Sialan, siapa nih yang naruh kaos kaki aku di situ??!!!" Aku mulai jengkel.

"Jodhy orangnya." Zaky membeberkan semuanya, dan setelah mendengar namanya disebut Jodhy lari keluar ruangan.

"Jodhy sini kamu!! Ada masalah apa kamu sama aku hah!!" Aku mengejar Jodhy yang lari ke koridor.

"Tuh kan Nja, gue berhasil ngehibur Lo." Teriak Zaky.

"Kamu selanjutnya Zak!"

Jodhy tidak berhenti berlari, aku terus mengejarnya sampai ...

Gubrakk

Aku melihat buku-buku berserakan di hadapanku. Sepertinya aku menabrak seseorang.

"Saya senang liat kamu senyum lagi." ia mengutarakan kalimat yang membuatku terdiam. Waktu seolah berhenti berdetak, mata kami saling menatap dalam waktu lama. Pandangannya sangat teduh di bayangan retinaku. Ada yang berdebar di dalam tubuhku, ada rasa bahagia mendengar suaranya. Apakah aku jatuh hati padanya?

•••

Jangan lupa komen di bawah, pencet tombol votenya, follow aku supaya nggak ketinggalan informasi selanjutnya, dan share ke teman-teman juga.

Find me on:
IG: @julfabella
Twitter: @kotabulan

Tag aku jika kalian menggunakan kutipan dari karyaku. Aku minta bantuan kalian agar cerita ini berkembang. Terima kasih sudah berkenan baca.

JINGGANYA SENJA (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang