JS 36: Perfect

52 23 2
                                    

Bisa jadi di hari yang paling bahagia, justru mengalirkan air mata yang paling menyedihkan.
-Senja Salsabilla

••••

"Senja, boleh keluar kelas sebentar?" Pesan singkat dari Jingga membuatku penasaran.

Aku melangkah keluar kelas, kemudian mengedarkan pandanganku ke seluruh koridor. Aku melihat Jingga tengah memandang langit hampa, seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Jingga?" Aku melambaikan tangan ke arah wajahnya.

"Eh, sorry. Ada taman hiburan baru di pusat kota, katanya kamu suka bianglala?" Jingga mengatakannya dengan gugup.

"Jadi?" Aku masih terbata-bata membaca maksud Jingga.

"Jadi ... Ayo kita ke sana."

"Hah?" Sebenarnya aku bukan pura-pura tuli, hanya saja terkejut mendengar ajakan Jingga kali ini.

"Nggak mau?"

"Jam berapa?"

"Sepulang sekolah?"

"Oke. Kalau gitu saya ke kelas dulu ya, Ga." Seketika senyum terlukis di wajahku, entah apa yang aku pikirkan, yang jelas aku bahagia.

Sesekali aku menoleh ke belakang, kulihat punggung Jingga mulai tak terlihat. Apakah ia juga senyum-senyum sendiri? Entahlah.

"Woy! Lu kenapa? Gila lu ya?" Ucap Zaky sembari mengacungkan telunjuknya ke hadapan ku.

"Emang kenapa kalo Senja gila? Masalah buat lo?" Tiba-tiba Fanny merangkul ku.

"Dih, markonah nyaut aja lu." Mendengar Zaky sudah mulai mengatai Fanny, aku segera mundur dari hadapan mereka.

Pelajaran pun dimulai dan aku sudah sangat siap mengakhirinya. Pikiranku terus berlarian kemana-mana, seringkali mampir pada kemungkinan-kemungkinan yang entah.

"Eh, Senja, tadi lo ngapain aja sama Jingga?" Fanny membuyarkan lamunanku, ia memulai obrolan di tengah guru yang sedang menjelaskan pelajaran.

"Bukan apa-apa."

"Lo nggak bisa bohong, Senja."

"Terserah kamu aja." Aku membenamkan wajahku ke lipatan tangan di meja, perasaan aneh terus saja menggangguku sedari tadi.

"Lo kenapa s.... Aduhhh." Belum selesai bicara, seketika kertas mendarat di dahi Fanny.

"Fanny! Senja! Jangan ngobrol di jam saya!" Bu Siska kalau sudah marah memang mengerikan.

"Iya, Bu, kami minta maaf." Ucap Fanny dan aku berbarengan.

••••

Pukul 16.00 kami sampai di taman hiburan. Tidak ada yang istimewa dari sebuah lahan luas ini, kecuali dengan siapa sekarang aku berdiri. Fasilitasnya sama dengan taman hiburan yang pernah aku kunjungi selama ini.

"Mau naik bianglala?" Tanya Jingga.

"Yuk." Aku langsung saja menuju ke arah dimana bianglala berputar.

Kami menaiki bianglala dan duduk bersebelahan, tidak ada celah. Aku sedikit gugup ketika melihat Jingga begitu dekat di mataku. Tiba-tiba Jingga memasangkan earphonenya ke telingaku. Seketika itu aku memandangnya penuh tanya.

"Udah dengerin aja." Kata Jingga seolah mengerti pikiranku.

I found a love for me
Darling, just dive right in
And follow my lead
Well, I found a girl, beautiful and sweet
I never knew you were the someone waiting for me

JINGGANYA SENJA (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang