JS 28: Hujan Sore Ini

138 29 0
                                    

Semua orang menyimpan luka di hati mereka.

•••

Warna langit tak terlihat biru seperti waktu lalu. Awan seperti sedang menahan gejolak rindu, angin turut riuh kesana kemari membawa hawa dingin yang tak diinginkan. Sore itu, aku yang sedang menanti pulang terpaksa tertahan sebentar di dalam ruang kelas bercahaya lampu yang redup.

Rindu dari awan mulai berjatuhan membawa kenangan. Aku benar-benar terjebak tak bisa pulang di bawah derasnya air hujan. Teman-teman ada yang berani menembus dingin yang menusuk, sebagian lagi mengiringiku dalam lamunan terkhusyuk. Mereka selalu ceria meski suasana tak sedang riang gembira. Terlalu sore untuk terus di sekolah. Kami menunggu luapan awan sedikit mereda sembari bercengkrama.

Waktu pun berlalu, satu persatu teman-teman meninggalkan kelas menuju rumah. Aku melangkahkan kaki dengan malas, sebenarnya aku tak terlalu suka hujan. Entah kenapa.

"Senja gak bawa payung?" Tanya Fanny.

"Gak nih."

"Ya udah aku duluan." Fanny hanya bertanya.

"Hati-hati bawa motornya." Aku berteriak melihat Fanny yang sudah berlari jauh dan hanya melambaikan tangan padaku.

Hujan masih deras, tapi aku tak mau terus berada dalam kelas. Aku keluar dan air hujan mulai menembus baju OSISku. Dingin merasuki setiap bagian pori-pori tanpa seizin.

"Senja, pake nih. Inget aurat." Ben menghentikan motornya tepat di depanku. Ia mengulurkan sepotong jaket yang ia kenakan pagi tadi.

"Kamu gimana?"

"Gue mah gampang, duluan yah." Ben selalu baik, tapi aku tak tertarik.

Rambutku sudah mulai berlumur air, basah kuyup. Berjalan sendiri, menyusuri trotoar jalan yang ramai tapi terasa sunyi. Aku merasa ada yang aneh, ketika hujan masih deras tetapi tak lagi menetes di atas kepalaku. Perlahan aku mulai melihat ke atas, ada payung hitam yang meneduhkan.  Lalu aku berhenti melangkah dan memutar arah.

"Ngapain Ga?" Tanyaku pada sosok yang memayungi ku dari belakang.

"Jangan hujan-hujanan nanti sakit." Nasihat Jingga. Ia selalu muncul tiba-tiba, seperti jodoh saja.

"Siapa juga yang hujan-hujanan."

"Kamu."

"Ini tuh terpaksa, saya gak bawa payung soalnya."

"Itu sih saya tau, nih mata saya lengkap."
Kami berbicara santai, sejenak melupakan kejadian beberapa hari lalu.

"Saya juga lihat. Ada apa?"

"Saya mau minta maaf soal kejadian di kelas kamu."

"Saya udah tau semuanya, itu kan bukan keputusan kamu. Lupain aja."

"Iya, tapi saya gak enak sama kamu."

"Santai aja lagi."

"Saya mau ajak kamu dukung sekolah kita di perlombaan. Mau gak?"

"Duhh, maaf Ga tapi saya..."

"Ok, deal ya." Ia pergi tanpa persetujuan bersama setelah memotong kalimatku.

"Jingga, payungnya." Sebelum berlari Jingga menyerahkan payungnya untukku. Ia dengan wajah ceria memasuki angkutan kota seperti tak punya dosa.

WhatsApp from Jingga

Saya udah tanya-tanya kakak kamu soal jadwal kamu di libur semester. Dateng ya:)

Pesan singkat dari Jingga, dan payung hitamnya. Jingga penuh tanya, menyebalkan. Dari mana dia akrab dengan kakakku? Sedikit kesal sebenarnya, tapi ada sedikit hal yang membuatku ingin tersenyum dan menari di bawah hujan sore ini.

•••

"Senja, lu ngapain kemarin pulang bareng sama kak Jingga?!!!" Tanya Elin memekakkan telinga.

"Apaan sih?" Tanyaku.

"Pulang bareng??" Tanya Fanny.

"Iya tuh, kemarin gue liat dengan mata kaki gue sendiri, Senja pulang sepayung sama kak Jingga."

"Pagi-pagi gosip." Oca yang baru berangkat merasa bingung sendiri dengan perbincangan ku, Fanny, dan Elin.

"Bener gak tuh, Nja?"

"Gak!!"

"Ihh jawab yang bener!!" Paksa Oca yang penasaran.

"Kok lo jadi maksa gitu sih ca?" Tanya Fanny kepada Oca yang bernada memaksa memang.

"Ya penasaran aja."

"Sebenernya ...." Aku mau menjelaskan tapi terpotong oleh Ben.

"Sebenarnya Senja kemarin pulang sama ...." Kata Ben sengaja dipotong.

"Sama siapa?!!" Lagi-lagi Oca over penasaran.

"Pulang sama jaket gue." Kemudian Ben pergi kembali ke tempat duduknya.

"Oya Ben jaket kamu basah, masih dicuci."

Dibalas dengan acungan ibu jari tangan kirinya.

"Ayo dong Nja cerita." Elin merayu tipe maut.

"Dah lah, mukamu jelek." Ejek Zaky.

"Ayooo Nja,"

"Heh lu pada berisik!!" Jodhy yang sedang berkutat dengan pulpen hasil colongannya  merasa terganggu.

"Paan si?!" Fanny geram.

"Sebenarnya kemarin aku pulang sama..." Lagi-lagi ucapan aku terpotong.

"Emang tugas Fisika kalian udah selesai? Gue nyontek aja kalo gitu." Jodhy berucap kembali, yang membuat ketiga sahabatku oleng berhamburan membuka buku tugas.

"Nanti aja ceritanya ya Nja, belum ngerjain PR." Kata Elin.

"Nja, nyontek punya Lo yah??" Jodhy, Zaky, dan Ben mendekat memohon contekan.

•••

Jangan lupa komen di bawah, pencet tombol votenya, follow aku supaya nggak ketinggalan informasi selanjutnya, dan share ke teman-teman juga.

Find me on:
IG: @julfabella
Twitter:  @kotabulan

Tag aku jika kalian menggunakan kutipan dari karyaku. Aku minta bantuan kalian agar cerita ini berkembang. Terima kasih sudah berkenan baca.

JINGGANYA SENJA (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang