Hari Selasa, Keysha harus berangkat lebih pagi karena piket jaga pintu lobi. Tugasnya adalah memeriksa kerapian dan kelengkapan atribut siswa, lalu memberi teguran jika ada yang melanggar. Seperti halnya piket bersih-bersih kantor, dia kebagian jaga bersama Rachel.
Selain Keysha dan Rachel, ada tiga anak lagi yang jaga. Mereka sudah sampai sejak tadi, tapi justru ketua regu piket belum datang.
"Kak Rachel ada bilang ke lo kalau bakal telat?" tanya salah satu cowok pada rekan ceweknya. Pada nametag yang menggantung di leher, nama dua orang itu adalah Beni dan Ema, rekan piket Keysha.
"Enggak," geleng Ema. "Lo, Key?"
Keysha menoleh.
"Kak Rachel bilang ke lo nggak?"
Gelengan adalah jawaban yang tepat, mana mungkin Rachel mengabarinya. Bertemu tatap saja ogah, apalagi harus mengirim pesan.
"Terus gimana? Udah jam segini?"
Keysha menunduk menatap jam tangannya, lalu berdiri. "Kita duluan aja."
"Eh, tapi kalau Kak Rachel marah gimana? Dia ketua regu, loh."
"Kalian milih diomelin Kak Rachel atau guru piket yang sekarang juga jaga?"
Ema ragu, dia menatap rekannya yang lain, mereka memasang ekspresi sama. Setelah beberapa saat bimbang, akhirnya Beni yang pertama berdiri.
"Oke, ayo."
Tiga yang lain setuju, mereka bersama Keysha lebih dulu ke depan untuk mulai berjaga. Saat berbelok ke lobi, mereka melihat Rachel berjalan terburu.
"Kalian mau ke mana?" tanya Rachel, mengatur napasnya.
"Jaga, Kak," jawab Ema takut-takut, dia bahkan menyenggol lengan Keysha, seolah berkata mereka akan tamat setelah ini.
"Jaga? Siapa suruh duluan tanpa nunggu gue?" Suara Rachel mulai terlihat kesal, raut wajahnya seperti akan melahap mereka semua karena bersikap lancang. "Kalian tuh masih anggota baru, udah berani ngelanggar aturan aja. Emang kalian udah tau hari ini harus ngapain? Enggak, kan. Jangan sok tau."
"Gue lagi ngomong, jangan main hape," tegur Rachel karena Keysha justru mengeluarkan ponsel.
"Pukul enam kurang harus udah kumpul di kantor PKS," kata Keysha, menunjukkan layar ponsel yang menampilkan groupchat PKS, di sana ada pesan dari Rachel yang nomornya tidak Keysha simpan. "Kami udah di sini dari tadi, kedinginan di depan kantor PKS karena nggak bawa kunci. Guru dan murid lain udah pada datang, apa kata mereka kalau anggota PKS yang bertugas justru masih duduk-duduk di depan kandangnya?"
Kening Rachel mengerut, menatap tidak suka pada Keysha. Selalu saja cewek baru ini. Sejak awal bertemu, Rachel tidak menyembunyikan ekspresi benci itu. Begitupula Keysha yang selalu menatapnya tanpa emosi, tidak peduli.
"Terserah kalian, gue mau naruh tas dulu."
"Jadi kami langsung tugas, Kak?" tanya Ema.
"Iya! Terserah!"
Rachel melangkah pergi dengan kesal, dia mendumel sepanjang jalan. Dia yang terlambat tapi dia pula yang ngomel-ngomel. Sepertinya kata-kata Rachel di Rumah Sakit tentang memanfaatkan posisi adalah cerminan dari sikapnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyshara Story [REVISI]✔
Teen FictionKeyshara benci ditinggalkan. Setiap kali berusaha menerima orang baru dalam hidupnya, baik teman maupun keluarga, Keyshara dihantui rasa takut akan kehilangan. Walau begitu ia tetap gadis remaja yang tidak ingin sendiri. Keyshara ingin punya seseora...