Begitu bel istirahat berbunyi, Nadinne langsung mengajak Keysha ke koperasi siswa. Cewek itu bisa berbuat seenaknya seolah dulu tidak pernah mendengar kalimat 'tapi gue nggak butuh persetujuan lo, kan?' yang dikatakan dengan begitu dingin dan datar. Mereka akrab dengan cepat, atau mungkin Nadinne yang membuatnya jadi cepat.
Koperasi siswa cukup luas, hampir setengah dari minimarket. Di sini ada bermacam camilan, alat sekolah, dan kebutuhan pribadi seperti yang sedang diburu Nadinne. Dia mencari pembalut karena lupa membawa ganti.
Keysha tidak berniat menunggu di luar karena matahari sedang terik, koperasi siswa tidak memiliki teras yang luas untuk menaunginya selagi menunggu. Dia ikut masuk dan berdiri di rak camilan, lalu mengambil dua bungkus roti selai dan sebungkus kuaci.
"Beli apa?" tanya Nadinne, dia sudah menemukan yang dicari.
"Camilan."
"Ooh, ayo bayar. Habis ini kita ke ruang komputer, gue mau ganti dulu tapi."
"Iya."
Mereka antre untuk membayar, untungnya tidak terlalu lama. Begitu keluar dari koperasi, mereka langsung menuju toilet siswa yang paling dekat.
"Tunggu bentar, ya," pinta Nadinne, lalu masuk ke salah satu bilik.
Keysha berdiri menghadap wastafel, menatap pantulan wajahnya. Seperti biasa, dia langsung mengingat seseorang. Katanya, wajah Keysha paling mirip dengan Mama. Kalau dipikir-pikir, mereka sudah cukup lama tidak bertemu. Terakhir adalah saat malam tahun baru, bahkan Mama dan Papa tidak di rumah saat hari raya.
Perhatian Keysha teralih karena pintu dibuka dengan tidak santai, lalu dua cewek masuk sambil menarik seorang siswi. Tanpa basa-basi, mereka mendorong siswi berkacamata itu hingga punggungnya membentur tempok, membuatnya memekik kesakitan.
"Maaf, Vy."
"Maaf? Apa dengan minta maaf, nilai Bahasa Jepang gue bakal berubah? Enggak, kan? Tolol!"
Benar-benar hari yang melelahkan. Pagi tadi dikejutkan dengan tes Kimia, sekarang malah melihan adegan dramatis yang biasa ada di drama.
"Gue bilang kerjain yang bener, tiru tulisan gue jangan sampe ketahuan!"
"Lo pasti ngadu, kan?"
"Enggak, Vy, sumpah. Aku enggak ngadu ke siapa-siapa."
"Bohong! Dasar nggak berguna!"
"Lebih nggak berguna lagi orang yang nggak mau ngerjain tugasnya sendiri, nggak sih?" sahut Keysha. Sebenarnya tidak ingin ikut campur, tapi suara melengking itu membuatnya muak.
Keysha membasuh tangannya di wastafel, lalu menoleh menatap mereka, lebih tepatnya cewek bandana merah muda yang menatap marah padanya.
"Lo jangan ikut campur!" katanya.
"Maunya, tapi lo ribut di tempat umum," balas Keysha. "Lepasin tangan lo, nguncir rambut serapi itu susah tau."
Teman si bandana yang rambutnya sedikit kriting itu berkacak pinggang, seolah pasang badan karena Keysha mengganggu temannya. "Lo siapa sih? Anak baru, ya? Berani banget ngomong gitu ke Levya. Lo nggak tau dia siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyshara Story [REVISI]✔
Novela JuvenilKeyshara benci ditinggalkan. Setiap kali berusaha menerima orang baru dalam hidupnya, baik teman maupun keluarga, Keyshara dihantui rasa takut akan kehilangan. Walau begitu ia tetap gadis remaja yang tidak ingin sendiri. Keyshara ingin punya seseora...