Hari keempat hukuman Keysha, dia sudah pindah ke lantai atas sejak kemarin. Gudang ini adalah yang paling besar, barang-barang yang ditumpuk juga lebih banyak.
Selama tiga hari dia dibantu oleh Rizal dan teman-temannya. Kemarin bahkan Sharoh, Nadinne, dan Mia yang tahu hal itu juga ngeyel ingin membantu. Merasa tidak ada alasan untuk menolak, Keysha akhirnya membiarkan mereka. Dia bersyukur karena pekerjaannya selesai lebih cepat.
Hari ini Keysha memulai bersih-bersih sendiri karena teman-teman yang biasa membantunya ada urusan lain, mereka akan menyusul nanti.
Setelah meletakkan tasnya di atas meja, Keysha mulai membersihkan sisi Utara gudang, karena sisi Selatan sebagian besar sudah dicicil kemarin.
Dia memindahkan beberapa kotak, merapikan isinya, melipat banner-banner yang diletakkan sembarangan, dan masih banyak lagi. Karena berada di lantai dua dan jendela-jendela bisa dibuka lebar-lebar, udara tidak terasa terlalu pengap walau debu beterabaran ketika ada barang yang dipindahkan.
Keysha bekerja dalam diam, dia tidak memutar musik karena menurutnya justru akan memperlambat pekerjaan. Ketika ada teman-temannya, mereka akan mengobrol dan Keysha menanggapi seadanya. Sekarang dia berpikir harus selesai secepat mungkin, kalau bisa sebelum teman-temannya datang.
Saat sedang mengangkat meja berukuran sedang, angin berembus cukup kuat, membuat daun jendela bergerak-gerak. Keysha mengabaikannya, dia lanjut mendorong meja-meja besar agar bagian bawahnya bisa disapu.
Sampai akhirnya angin bertiup lebih kencang lagi. Daun pintu seperti dibanting dan terkunci. Keysha terlonjak, dia menjatuhkan sebuah kotak berisi kayu-kayu kecil yang kemudian menimpa kakinya.
Pekik kesakitan itu teredam karena tiba-tiba lampu mati, Keysha yang terduduk reflek mengangkat kepala. Tepat di depan matanya, ada segaris cahaya yang berhias taburan debu. Suara cicitan tikus terdengar dari arah belakang, sementara dua ekor kecoa melintas di depannya.
Keysha mundur perlahan, masih dalam posisi berjongkok. Tiba-tiba saja pemandangan gudang berubah. Padahal sudah dibersihkan, tapi rasanya menjadi lebih padat dan berantakan kembali.
Dia terus meringsut mundur, tanggannya meraba ke samping dan belakang, mencari apapun yang bisa dipegangnya.
Di luar sana, angin masih mengamuk. Setelah membuat jendela tak bisa terbuka lagi, kini daun pintu yang dibanting penuh emosi, tapi tidak sampai terkunci. Alhasil, suara gebrakan dua daun pintu terus terdengar, seperti sengaja memicu rasa panik Keysha yang ingatannya ditarik ke masa lalu.
Situasi ini rasanya sangat tidak asing. Keysha tidak lagi bergerak, dia memeluk lutut, meringkuk di tengah ruangan. Semua benda seperti sedang mengintimidasi, suara cicak dan tikus seolah memaki dan menertawainya.
Keysha menggeleng, ini berlebihan.
Siapapun, tolong.
"Key? Keysha!"
Pintu dibuka dari luar, seseorang melangkah cepat ke tengah ruangan tempat Keysha masih meringkuk gemetaran.
"Key?"
Kepala Keysha terangkat, mata cokelatnya berkaca-kaca. Dia tidak bersuara, tapi seseorang bisa datang untuk menyelamatkannya.
"Key, tenang, gue di sini." Rizal menepuk pundak Keysha. "Ayo keluar dulu, di dalam gelap."
Keysha menurut, dia berdiri dan berjalan perlahan dituntun Rizal untuk keluar dari gudang. Lantai dua sudah sepi, angin masih bertiup kencang di luar, dan awan gelap mulai menampakkan wujudnya di langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyshara Story [REVISI]✔
Teen FictionKeyshara benci ditinggalkan. Setiap kali berusaha menerima orang baru dalam hidupnya, baik teman maupun keluarga, Keyshara dihantui rasa takut akan kehilangan. Walau begitu ia tetap gadis remaja yang tidak ingin sendiri. Keyshara ingin punya seseora...