Keysha terusik karena dia tiba-tiba batuk, punggungnya juga terasa nyeri. Tidur dengan posisi duduk memang keputusan yang salah, tapi dia benar-benar mengantuk tadi dan mengatakan pada Rizal akan tidur sebentar. Entah sudah berapa lama dia terlelap, yang pasti Keysha tidak menemukan Rizal ketika matanya terbuka.
Pandangan Keysha mengedar, mencari ke setiap sudut Cafe Baca yang bisa dijangkau oleh matanya. Nihil, Rizal tidak ada di mana-mana.
Saat akan berdiri, sesuatu jatuh dari punggung Keysha. Sebuah jaket. Setahunya itu jaket Rizal, tadi dipakai oleh cowok itu. Entah sejak kapan jaketnya berpindah menyelimuti Keysha, yang lebih penting di mana sekarang pemilik jaketnya?
Meja tempat mereka belajar sudah rapi, Rizal menyusun kembali semua kertas dan buku yang tadi mereka baca. Dari tumpukan kertas itu, Keysha mengambil satu yang paling atas. Rizal sudah menjawab semua soal tanpa menyisakan satupun, mungkin juga semua jawaban benar.
Pada dasarnya, Rizal rajin. Menurut Keysha, dia tidak bisa memaksimalkan waktu belajar karena terlalu sibuk di futsal dan PKS. Andai Rizal mencurahkan semua waktunya untuk belajar mata pelajaran, mungkin dia bisa bersaing ranking dengan Novian di kelas unggulan.
Keysha baru mengoreksi sampai nomor lima ketika dia terbatuk lagi, tepat saat itu kursi di hadapannya tidak lagi kosong. Rizal telah kembali dengan dua botol air mineral dan dua kotak yang mungkin isinya makanan.
"Udah bangun dari tadi?"
"Baru."
Rizal mengambil satu botol air, membuka segelnya, lalu mendorong botol itu ke hadapan Keysha. "Habis ini makan dulu terus pulang, udah sore."
Mendengarnya, Keysha langsung memutar kepala ke arah jendela. Dia baru sadar ada rintik air di sana, menandakan hujan sempat turun. Sepertinya dia benar-benar tidur dengan lelap sampai suara hujan menghantam jendela kaca di dekatnya saja tidak terdengar.
"Koreksinya nanti aja, makan dulu." Rizal mengambil alih kertas di tangan Keysha, menggantinya dengan satu kotak makanan yang dia bawa.
Keysha tidak berniat berdebat, dia membuka kotak itu dan menatap isinya beberapa saat. "Wow? Lo tau gue suka ayam kecap manis?"
Rizal menatapnya. "Kebetulan."
"Ooh."
Tidak sepenuhnya benar. Kebetulan yang Rizal maksud adalah kedai Masakan Rumah tak jauh dari Cafe Baca, sementara soal makanan kesukaan Keysha diketahuinya berkat bantuan Mia. Rizal ingat Keysha tidak punya alergi tapi pilih-pilih makanan, karena itu dia tidak ingin ceroboh dan memilih jalur aman yaitu bertanya pada orang yang tahu.
Selanjutnya mereka makan dalam diam, Rizal yang pertama selesai. Setelahnya mereka melanjutkan sesi koreksi jawaban yang kemudian akan berakhir sesuai kesepakatan.
"Berapa soal yang bener?" Rizal bertumpu dagu, menunggu Keysha yang masih mengoreksi. "Berapa pertanyaan yang akan lo jawab?"
Keysha meliriknya sekilas, lalu kembali fokus. Benar dugaannya, hampir semua jawaban benar. Padahal tadi Rizal bilang hanya menguasai materi dasar Fisika, tapi soal tahun depan sudah bisa dijawabnya.
"Delapan belas," kata Keysha, meletakkan kertas itu di meja. "Satu pertanyaan."
Keysha hanya akan menjawab satu pertanyaan Rizal, sementara Rizal harus menjawab sesuai dengan jumlah soal yang tidak bisa dijawabnya dengan benar. Dua soal artinya dua pertanyaan. Dalam kesepakatan ini tentu Keysha yang mendapat untungnya.
Walau begitu Keysha tetap penasaran, pertanyaan apa yang akan Rizal ajukan?
"Kemarin lo sama Rizka ngomongin sesuatu, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyshara Story [REVISI]✔
Ficção AdolescenteKeyshara benci ditinggalkan. Setiap kali berusaha menerima orang baru dalam hidupnya, baik teman maupun keluarga, Keyshara dihantui rasa takut akan kehilangan. Walau begitu ia tetap gadis remaja yang tidak ingin sendiri. Keyshara ingin punya seseora...