29. HUKUMAN

2.2K 163 0
                                    

Keysha sudah membayangkan akan setenang apa pagi hari ini jika dia menghabiskan waktu dengan berbaring santai di UKS. Langkahnya amat ringan, dia bersenandung kecil menuju ruangan itu. Tampak sepi, guru piket juga belum ada di tempatnya. Keysha masuk dan mengisi buku kunjungan yang sudah seperti absensi tambahan setiap Senin untuknya, kemudian berdiri diam sejenak untuk memilih.

Mau tidur di kasur yang mana hari ini?

Tiga detik, dia memutuskan untuk memilih kasur yang ada di tengah. Biasanya dia pergi ke ujung, atau nomor dua dari ujung jika kasur itu sudah ditempati. Hari ini UKS kosong, dia bebas memilih.

Menurut perkiraannya, upacara akan selesai hampir satu jam. Pengumuman dan penyerahan penghargaan untuk para pemenang lomba pasti berlangsung cukup lama, belum lagi pidato rasa bangga yang disampaikan kepala sekolah nanti. Mungkin berbaring santai dan tidur setengah jam akan membuatnya lebih baik.

Kemarin benar-benar kacau, rasa kantuk sama sekali tidak menghampiri Keysha. Dia sampai harus menyalahakan lampu belajar dan membaca buku di sana, sempat turun juga untuk membuat susu, dan terakhir merenung dengan lampu mati berharap akan segera terlelap. Tapi nyatanya, sampai waktu menunjukkan pukul dua belas malam, matanya masih sangat jernih.

"Keysha!"

Mungkin satu langkah lagi Keysha akan sampai di pintu rasa kantuknya, suara langkah kaki tidak santai mendekat dan semakin dekat, kemudian berhenti di balik tirai.

"Key, lo di sana?"

Keysha mengangkat kepala, lalu beranjak duduk. "Iya."

"Gue masuk." Tirai disibak, Ema muncul di sana. Seperti orang yang berlari panik pada umumnya, napas Ema tersengal, titik keringat menempel di dahi dan hidungnya.

"Astaga, astaga, gawat!" Tangan Ema bergerak-gerak seolah meminta Keysha kabur bersamanya. "Mereka nyariin lo!"

"Ma, jangan lupa napas." Keysha memperingatkan.

Ema menurunkan tangannya, dia mengatur napas. Setelah membaik, dia menatap Keysha serius.

"Orangtua mereka datang, Key, anak-anak Cheers yang kemarin," terang Ema, raut wajahnya sangat cemas.

"Gue dipanggil ke kantor?"

Ema menggeleng. "Gue nggak tau harus gimana, tadi langsung lari ke sini waktu lihat mereka ada di kantor sama wali masing-masing. Key, lo jangan panik, oke? Jelasin apa yang terjadi kemarin. Jangan takut, gue ada di sini, gue belain lo dengan sepenuh jiwa raga. Santai, Key, santai. Gue—"

"Ma, gue santai. Malah lo yang panik dari tadi."

"Oh, iya." Ema yang sadar dirinya mondar-mandir, langsung berhenti. "Itu doang, gue balik dulu sebelum ketahuan Kak Rachel. Byee!"

"Oke, makasih infonya."

Ema mengacungkan jempolnya, lalu melangkah keluar dengan sedikit mengendap-endap. Padahal walau berjalan biasa juga tidak masalah, dia memakai id PKS yang sekarang memang bertugas memeriksa setiap kelas, bebas tidak ikut upacara.

Keysha kembali menarik tubuhnya untuk berbaring, matanya menatap langit-langit ruangan. Jika yang dikatakan Ema benar, berarti Gita juga membawa orangtuanya. Kedua sudut bibir Keysha tertarik membentuk senyuman.

Kira-kira bagaimana reaksi mereka saat melihat Keysha di sini?

***

Setelah upacara selesai, panggilan itu benar-benar Keysha dapatkan. Dia sempat ke toilet dulu sebelum menuju ruang guru, di sana dirinya bertemu dengan Levya dan satu temannya, Dysa. Si bandana dan si kriting.

Keyshara Story [REVISI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang