16. Terlampau Jauh Melempar Kaul

411 103 4
                                    

Al Kahfi Land,  Depok, 2004

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Al Kahfi Land, Depok, 2004.

"Bo! Itu bukannya si tukang ojek?" tanya Patricia setelah Widi melewati trio gosip.

"Hah? Iya ya!" sahut Sisi.

"Gila! Bajunya, tasnya, sepatunya! Kaya kena serangan jantung gue ngeliatnya," komentar Patricia.

"Alaah! Pasti yang kawe, Nyet!" timpal Gofar.

"Tapi kok kaya asli ya, Bo?" tanya Patricia.

"Barang Pasar Uler, Nyet! Asli tapi selundupan," sahut Gofar.

Hari ini terasa sangat berat untuk Widi. Dia sama sekali tidak bangga pada perubahan besar yang telah terjadi pada dirinya Dia malah merasa seperti hewan langka di kebun binatang

Di depan ruangannya mendadak ramai orang lalu-lalang. Mereka seolah punya kepentingan mendesak, padahal hanya untuk memastikan gosip yang beredar, bahkan ada pula yang merasa berhak memberi ceramah singkat, seolah Widi telah melakukan dosa besar selama ia bekerja di sini.

Setelah matahari terbenam, kantor kembali sepi. Widi merasa lega, ia merasa seperti narapidana yang baru selesai menjalani masa hukuman. Tiba-tiba Soffie mengetuk pintu. Widi pun menoleh.

Aduh, lupa! Ternyata aku belum berhadapan sama perempuan yang ngerasa ratu di kantor ini. Mana mungkin dia melewatkan peristiwa munculnya keajaiban dunia di kantor ini.

Soffie masuk dan langsung menatap Widi dengan teliti dari ujung kaki ke ujung ke kepala, sehingga membuat Widi jengah.

"Gitu dong, dari dulu kek! Kamu hari ini cantik banget deh," puji Soffie.

"Biasa aja lagi! Udah ah, aku ada kerjaan nih," sahut Widi judes.

"Cieee, kamu lagi jatuh cinta ya?" goda Soffie.

"Terserah! Oke, terus, apalagi yang kamu mau komentarin?" tanya Widi ketus.

"Wah, bisa digaet Pak Erlangga nih," goda Soffie lagi.

"Iya, terus apalagi?" sahut Widi.

"Ih, kamu judes banget sih!" protes Soffie.

"Aku buru-buru, ada kerjaan soff," sahut Widi memelas, berharap Soffie berhenti menyiksanya.

"Aku cuma mau ngobrol sebentar aja, kok," sahut Soffie.

"Udah ah, pasti cuma mau ngomongin Pak Erlangga," tolak Widi.

"Ciee, kamu kali yang mau ngomongin dia? Hihi, tahu enggak Wid? Calonku yang kenal kamu itu, cerita banyak tentang kamu, lho" ujar Soffie.

"Ah, paling cuma sekedar kenal," sahut Widi malas.

"Kenal banget, dia sekampus sama kamu tapi beda angkatan, katanya dulu dia temen deket kamu," ujar Soffie berusaha meyakinkan Widi.

"Ah, ngaku-ngaku aja tuh orang," sahut Widi ketus.

Al Kahfi  Land 1 - Menyusuri WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang