Kosan Bodas, Bandung, 1999
Sebuah mobil pickup parkir di dekat batu hitam yang berada di halaman Kosan Bodas. Beberapa tukang turun dari mobil. Malam ini batu besar berwarna hitam itu akan dibawa ke Al Kahfi Land. Menurut Uge, batu itu layak berada di tempat yang membuatnya terlihat keren, sayang jika cuma jadi alas untuk menjemur di kosan Bodas. Uge telah membelinya dari pemilik kos yang tidak peduli dengan batu itu. Setelah menyerahkan urusan batu pada sang supir truk, Uge kembali masuk ke kamar. Di sana sudah ada Andi yang sedang mampir.
"Udah beres urusan batu di depan?" tanya Andi.
"Beres, udah gue bayar, tinggal di angkut ke atas mobil, terus jalan. Mereka lagi gue suruh makan malam dulu," sahut Uge.
"Kantor yang lagi lu bangun, persisnya dimana sih?"
"Rahasia! Gue mau bikin kejutan. Lu sih, enggak mau gue ajak gabung."
"Gua kan udah dapet tawaran kerja di Singapur. Eh, terus gimana tadi ceritalu yang keputus, Dewi beneran udah lu lamar, Ga?"
Uge tersenyum. "Alhamdulillah, udah"
Andi terlihat ikut senang. "Akhirnya Kang Bewok bisa melupakan cinta fiktif lintas waktu."
"Lu gimana sih? Widi dan Dewi, orang yang sama. Katanya kayak adek sendiri, tapi enggak tahu nama panggilan Dewi di rumah," ujar Uge.
"Jadi selama ini lu dikerjain Dewi?" tanya Andi.
"Kang Jenggo, Widi yang chatting sama gue itu emang Dewi di tahun 2004," ujar Uge.
Andi tertawa. "Lu udah confirm sama Dewi?"
"Gue dilarang ngabahas soal itu sama Dewi yang di tahun 2004," sahut Uge.
Andi tertawa terpingkal-pingkal. "Urusan cewek, emang masih mentah banget nih anak, kasihan!"
"Sembarangan! Lu cobain dulu deh chatting lintas waktu, biar enak ceritanya kalo udah satu frekuensi."
"Sini gue chatting, biar gue tunjukin sama elu gimana cara anak warnet bergaul di dunia maya. Lu udah di kasih alat canggih sama Pak Dheng biar bisa internetan di rumah, masih aja norak."
Uge mendaftarkan Andi di situs web lintas waktu tanpa menghiraukan kicauannya.
"Dunia maya itu penuh kepalsuan Kang Bewok. Orang bisa ngaku jadi siapa aja. Bahkan, yang chatting ngaku jadi Dewi itu, bisa aja laki, hahaha!"
Uge telah selesai membuat account baru untuk Andi, lalu memberikan kursinya dan duduk di sebelah Andi. "Nih, silakan berburu jodoh sambil menganalisa. Nama userlu, Jenggo, cukup komersil kan? "
"Hahaha. Blegug maneh! Terserah, skill komunikasi gue bisa mengatasi kedengkianlu kok."
Andi mulai sok serius mengamati. Uge mengambil kursi lain untuk duduk di sebelah Andi.
"Lu ngapain di sebelah gue?" tanya Andi.
"Mau liat kehandalan anak warnet."
"Oh, boleh. Kalo tujuannya berburu jodoh, Kang Bewok harus punya insting yang kuat untuk milih lawan bicara yang tepat. Contohnya ... Nah, ini! Soffiechantique 2004. Nama ini tentu menarik buat dianalisa."
Uge tertawa terpingkal-pingkal. "Kata pakar chatting. Dunia maya itu penuh kepalsuan Kang Jenggo. Orang bisa ngaku jadi siapa aja. Eh, yang nulis cantik, imut, kece, manis, itu pasti kebalikannya."
Andi tertawa. "Gue milih pake insting, bukan seperti yang lu sangka. Udah, lu liat aja, kalem."
Andi mengambil ancang-ancang. "Bismillahirrahmanirrahim." kemudian mengetik. "Assalamu'alaikum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Al Kahfi Land 1 - Menyusuri Waktu
RomanceUge, mahasiswa I TB, mengenal Widi, arsitek di Al Kahfi Land, melalui Chatting Lintas Waktu. Awalnya mereka tidak percaya berada di waktu berbeda, karena penasaran Uge mendatangi kantor Widi. Ternyata di sana tidak ada satu pun bangunan, Uge hanya...