Depok, 1999
Dewi tidak pernah tahu, bahwa Angga ada dalam peristiwa kecelakaan yang membuat ayahnya pergi untuk selama-lamanya itu. Yang ia tahu, ia mendadak merasa sendiri. Ibunya menyusul ayahnya seminggu kemudian. Angga dan Andi yang ia harap mampu menguatkan hatinya, tidak muncul pada saat pemakaman kedua orang tuanya..
Sejak itu Dewi tinggal di rumah Tante Lina di Depok. Tante Lina meminta Dewi merahasiakan keberadaannya dan melarangnya berhubungan dengan siapa pun yang berkaitan dengan masa lalunya di kota Bandung karena trauma dengan kejadian yang telah menimpa Pak Nata,
Mulai saat itu Dewi yang tadinya hidup senyaman putri raja, kini harus menjalani hari sebagai Widi yang hidup serba kekurangan..
*****
Depok, 1999 - 2001
Widi tidak punya uang untuk melanjutkan kuliah dan tidak mau menjadi beban, ia segera mencari pekerjaan. Walaupun hanya mengantongi ijazah SMA, perempuan cantik dan mampu berkomunikasi dengan baik tentu mudah mendapat pekerjaan jika tidak terlalu pilih-pilih. Widi diterima bekerja menjadi sales di perusahaan dealer mobil mewah.
Awalnya semua berjalan lancar, sudah satu tahun ia bekerja tanpa masalah. Tiba-tiba ia punya atasan baru yang mengarahkan anak-anak buahnya mau menghalalkan segala cara untuk mencapai target penjualan, terutama para wanita yang cantik. Widi tidak suka dengan arahan ini, ia memilih keluar.
Kali ini nasib baik seolah menjauhinya. tidak ada satu pun perusahaan menjawab lamarannya. Widi resmi jadi pengangguran. Status baru ini membuka mata Widi, ia baru sadar bahwa keluarga ini sebenarnya tidak sanggup menampungnya. Tante Lina cuma pedagang kecil di pasar tradisional dan suaminya tukang ojek. Kebutuhan dasar keluarga ini saja tidak bisa terpenuhi, apalagi ditambah seorang pengangguran, ia merasa jadi benalu.
Keluarga Pak Nata berjiwa sosial, tetapi karena keluarga Tante Lina tidak pernah menceritakan kesusahannya, maka Pak Nata menganggap kondisi ekonomi mereka baik-baik saja.
Rumah kontrakan kecil Tante Lina, gentengnya sudah bocor di sana-sini, eternitnya banyak yang telah lepas sehingga sebagian genteng terlihat dari dalam, warna dinding kusam, semua barang elektronik seolah jadi pajangan karena tidak berfungsi. Widi tidak tahu Tante Lina berhutang untuk membuat kamar Widi nyaman, padahal ia, suami dan 2 anaknya tidur dalam satu kamar dengan beralas kasur gulung tipis.
Widi menyesal tidak membantu keluarga ini saat ia masih bekerja. Keluarga Tante Lina biasa makan seadanya, sekedar perut terisi. Ia sering melihat Tante Lina dan suaminya makan hanya dengan nasi yang disiram sedikit minyak bekas menggoreng telur untuk anak-anaknya.
Saat ini cuma tenaga yang bisa Widi sumbangkan. Dengan motor yang dibelinya saat masih bekerja, setiap hari Widi menugasi dirinya mengantar-jemput dan menemani Tante Lina berdagang di pasar.
Kehadiran perempuan secantik Widi di pasar tradisional, tentu membuat Tante Lina mendapat banyak pelanggan, lagi pula ia pernah jadi pelobi handal saat di kampus. Sayangnya, muncul juga dampak yang membuatnya tidak nyaman.
Cantik-cantik kok kerja kaya begini? Mendingan jadi mantu ibu, anak ibu kerja kantoran lho.
Tawaran ini bukan hanya datang dari ibu-ibu pelanggan, bahkan Koh Akiong, pemilik toko kelontong, mulai menawarkan hadiah untuk Widi melalui Tante Lina. Entah ingin menjodohkan Widi pada anaknya atau dirinya sendiri.
Untungnya Tante Lina cukup bijaksana, ia tegas menolak upaya-upaya suap dari bapak-bapak genit, tetapi ia sulit meredam upaya-upaya paksa ibu-ibu militan yang ingin menjadikan Widi menantu.
Widi berpikir keras mencari solusi hingga melahirkan ide memodifikasi penampilannya agar tidak terlihat menarik.
Widi tidak pernah lagi mencopot helm cetoknya, walau sudah turun dari motor. Ia memangkas rambut panjangnya yang indah menjadi sebahu dan selalu dikuncir. Widi meminta jaket motor kumal milik suami Tante Lina yang lusuh dan gombrong di badannya menjadi seragam wajibnya. Kamuflase inilah yang akan menjadi identitas barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Al Kahfi Land 1 - Menyusuri Waktu
Storie d'amoreUge, mahasiswa I TB, mengenal Widi, arsitek di Al Kahfi Land, melalui Chatting Lintas Waktu. Awalnya mereka tidak percaya berada di waktu berbeda, karena penasaran Uge mendatangi kantor Widi. Ternyata di sana tidak ada satu pun bangunan, Uge hanya...