12 ~ Selamat Anaa! Kamu Luar Biasa

2.3K 102 0
                                    

---

-Kau tau, aku begitu egois saat ini. Mengharap senyummu, hanya terbit untukku seorang diri-

***

Terik sang surya mulai hangatkan bumi. Cahaya keemasaan tampak panaskan kaca-kaca jendela gedung pencakar langit. Muda-mudi berlalu lalang siapkan hari ini semangat penuh senyuman. Di ujung sebelah kanan, lewati beberapa pilar besar, Anaa bersiap akan hari ini. Memegang Al-Qur’an, untuk ia baca nanti.

Selain Anaa, ada juga tim banjari pesantren, dan tiga anak perwakilan voice, yang juga mengikuti event ini. Event ini memang terdiri dari beberapa cabang perlombaan. Diantaranya ada qiroah, banjari, kaligrafi, debat, dan Islamic voice.

Ada beberapa ruangan yang digunakan dalam gedung ini, masing-masing perlombaan diadakan di ruangan terpisah, dan satu aula besar untuk pengumuman nantinya.

Anaa, Syifa, serta Azzam berada di ruang qiroah. Azzam dan Syifa ditugaskan untuk menemani Anaa, sementara ustadz Hamdhan berada di ruang banjari, dan ustadzah Ami menemani peserta voice.

“Anaa, enggak gugup?” tanya Syifa.

Anaa tersenyum menanggapi, “bismillah aja.”

Azzam ikut tersenyum perhatikan mereka.

Tadi, selama perjalanan dari pondok menuju gedung tempat perlombaan memakan waktu satu jam lebih. Jalanan cukup macet, mengingat sudah memasuki masa liburan. Kendaraan pribadi memenuhi ruas-ruas jalan, dan beberapa angkutan umum serta motor. Asap dan debu tak terelakkan tatkala kaca mobil terbuka, walau hanya celah sedikit. Sesampainya di tempat perlombaan, Azzam segera mengurus kelengkapan administrasinya, sementara Anaa dan Syifa menunggu di kursi yang telah di sediakan. Anaa mendapat nomor undian 17 dari 42 peserta qiro’ah. Bukan waktu yang lama menunggu gilirannya.

“Peserta selanjutnya, nomor undian 17, atas nama Alfianaa Ramadhani.” Suara lantang pembawa acara membawa Anaa pada kesadarannya.

“Anaa semangat! Anaa pasti bisa!” Syifa tampak begitu antusias.

“Bismillah, Dek.” Azzam mengingatkan Anaa.

Anaa segera melangkahkan kaki menuju panggung. Lirik ketukan flat shoesnya beradu dengan lantai. Begitu Anaa bersiap akan suaranya, seluruh ruangan tampak senyap, menunggu akan seperti apa suara emas juara tahun lalu ini. Ya, Anaa telah mengikuti kompetisi ini setahun sebelumnya, dan mendapatkan tempat pertama hingga ia berhak ke tingkat nasional dengan menyabet juara ke dua. Kali ini, ia ingin kembali mengulang sejarahnya di kompetisi ini, dan akan berjuang untuk tempat pertama di tingkat nasional, nanti pada bulan desember.

Sayup-sayup, suara Anaa mulai mengalun merdu, hiasi ruang sunyi ini. Beberapa Nampak terpukau dengan lantunan syahdu Anaa.

“Shadaqallah hul adzim,” Anaa mengakhiri bacaannya. Suara tepuk tangan menggema, sambut Anaa yang perlahan turun dari panggung perlombaan.

Syifa berlari memeluk Anaa, “bagus banget!” seru Syifa. “Anaa pasti menang. Syifa yakin, nggak ada yang sebagus Anaa!” Anaa menyambut pelukan sahabatnya sembari tertawa ringan.

“Syifa sayang, peserta yang lain juga bagus-bagus, loh. Anaa nggak mau ke-pd-an dulu, ah,” ujar Anaa dengan tawa ringan.

Azzam tersenyum senang perhatikan mereka, “Anaa suaranya emang bagus kok,” kata Azzam. “Oh, iya. Untuk lomba tahun ini sedikit berbeda dari tahun lalu, evaluasinya satu minggu sebelum pengumuman kejuaraan,” jelas Azzam.

“Loh kok gitu, Mas?” protes Syifa.
“Mas nggak terlalu ngerti juga sih, cuma dari pihak panitia bilang, ada hadiah tambahan, tapi nggak tau juga.”

Tasbih Kerinduan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang