[Part 2]

354K 6.1K 14
                                    

Hari ini hari keempat Lisa tak berbicara dengan sang Papa. Sejujurnya, ia agak merasa bersalah dan durhaka karena mengabaikan seseorang yang jelas sudah susah payah membesarkannya sendirian selama 20 tahun ini.

Perempuan berambut blonde itu menyenderkan kepala pada bantal sembari memeluk boneka Mario miiknya, lalu menyentuh benda pipih yang harganya belasan juta itu dengan santai.

Ia mengitari Youtube untuk mencari hiburan. Sebenarnya, dia ada kuliah siang ini, tetapi karena hari masih pagi dan ia mager untuk siap-siap, jadilah sekarang ia di sini, menontoni satu per satu video yang muncul di timeline.

"Bosen." Lisa menguap lalu mematikan video yang terputar di ponselnya. Sebenarnya selama empat hari ini dia sudah merenung tentang keputusan yang harus ia ambil terkait pernikahan Papanya.

Sejujurnya, Lisa tidak bisa menampik fakta bahwa suatu hari nanti dia akan punya keluarganya sendiri bersama dengan lelaki yang ia cintai-meski sekarang ia belum menemukan siapa pun, yang ada justru pemuda dari masa lalu yang tak bisa ia lupakan-dan meninggalkan Papanya sendirian di rumah besar yang selalu ramai karena para maids ini.

Membayangkan Papanya akan kesepian setiap hari karena selalu berurusan dengan semua berkas tanpa pendamping di sisinya membuat Lisa sedih, tetapi ia masih ragu untuk menyetujui pernikahannya.

Ia tidak bisa membayangkan harus bertingkah canggung dengan orang asing yang ke depannya harus ia panggil sebagai 'Mama'. Di saat ia sendiri tahu, Mamanya telah pergi jauh di sana, dan ia tidak pernah merasakan bagaimana kasih sayang dari sosok itu sebelumnya.

Haruskah ... aku beri calon Papa kesempatan?

Pikiran itu tiba-tiba menelusup di benak Lisa. Dia benar-benar pusing dan frustrasi belakangan ini, tetapi ia tahu betul, ia tidak bisa egois dan mementingkan dirinya sendiri. Ini adalah sesuatu yang akan berdampak pada jangka panjang, jadi Lisa tidak boleh gegabah.

Kaki panjang milik perempuan itu berdiri, mengubah posisinya yang tadi berbaring di kasur. Lisa memang cukup tinggi untuk orang-orang di sekitarnya dan karena proporsi badan yang bagus, ia jadi terlihat lebih menjulang daripada seharusnya.

Gadis bersurai blonde dengan panjang sebahu lebih sedikit itu menuruni tangga dengan cepat lalu berjalan ke ruang makan. Ia meyakini Papanya belum berangkat ke kantor dan masih sarapan di jam segini.

Dan benar saja, dugaan Lisa tepat. Sang Papa sedang menyantap roti kacang di meja makan sambil melihat tablet besar yang biasanya ia gunakan untuk bekerja. Selama empat hari ini, Lisa memang mogok makan bersama dan lebih memilih untuk menyantap semuanya sendirian di dalam kamar bersama boneka Mario Bross-nya.

Karena terdengar suara derap langkah kaki, Bernard menoleh dan membulatkan mata ketika ia menatap Lisa berdiri di sana. Untuk kali pertama setelah empat hari, anak perempuannya yang tampak sangat cantik seperti barbie itu menunjukkan batang hidungnya lagi.

Padahal kemarin dia jelas-jelas menghindari Bernard dan enggan berbicara dengan Papanya sendiri.

"Hi, Sweetheart. Good morning." Bernard menunjukkan barisan gigi putih yang masih tampak rapi dan lengkap meski usianya sudah tak lagi muda, lalu menepuk-nepuk kursi di sebelahnya. "Duduk sini, kau mau sarapan?"

Lisa mendekat dengan kepala yang menggeleng. Ia duduk tepat di samping Bernard dengan piyama pink yang masih melekat pada tubuhnya. Para maids sudah sibuk melalukan pekerjaan yang lain setelah menyiapkan sarapan untuk sang Tuan, itulah alasan kenapa di sini sangat sepi.

"Aku mau ngomong." Lisa berkata dengan suara pelan. Ia melirik ke arah sang Papa yang sudah tampak benar-benar menua-dari yang terakhir kali ia pasati-dengan kulit yang mulai keriput, mata yang tak sesegar dulu, dan senyum yang tampak sedih.

Mendapati kalau waktu terus bergulir di mana ia jadi semakin dewasa dan orang tuanya jadi lebih tua membuat Lisa sedih. Ada bongkahan batu besar yang menimpa hatinya kala ia sadar, kalau ia terlalu egois kemarin.

Lisa hanya memikirkan tentang dirinya yang mungkin tak akan cocok dengan Mama barunya. Ia hanya mementingkan dirinya yang takut tak akan bisa menerima fakta kalau sekarang sang Papa sudah membagi hatinya pada wanita lain-bukan lagi untuk sang Mama seorang.

Perasaannya tiba-tiba campur aduk. Dibesarkan dengan penuh kasih sayang di mana semua permintaan yang ia ingin selalu terpenuhi membuat Lisa tumbuh menjadi pribadi yang penyayang, perasa, serta manja.

"Hei, kenapa menangis?" Bernard berdiri dan segera merangkul anaknya kala ia mendapati genangan kristal bening tampak siap tumpah dari kedua mata Lisa. "Ada yang salah? Kau kena masalah?"

"Tidak." Lisa menggelengkan kepala dan menghapus air matanya dengan kedua tangan. Ia menoleh, menatap obsidian hitam milik sang Papa lekat, lalu dengan suara serak dia berkata, "Papa ... serius mencintai wanita itu?"

Bernard terdiam seribu bahasa. Pertanyaan Lisa membuatnya terpaku, karena ia pikir anaknya tak akan pernah membahas hal ini lagi.

Sempat terlintas di benak Bernard kalau ia akan membatalkan semua rencana pernikahannya karena enggan hubungan ia dan Lisa merenggang karena masalah ini, tetapi sepertinya Tuhan memberikan ia jalan di atas semua masalah itu.

"Sangat." Bernard tersenyum hangat yang membuat Lisa merasa ikut bahagia. Sudah lama sekali ia melihat lengkungan tulus itu keluar dari bibir Papanya. "Rasanya sama seperti ... menemukan sebuah kehidupan baru."

Bernard menarik napas lalu memegang tangan Lisa, membuat Lisa mau tak mau harus kembali beradu pandang dengan Papanya, meski ia tadi sudah mengalihkan perhatian.

"Kalau kau tidak mau Papa menikah lagi, Papa tidak akan memaksa, Sa. Karena bagi Papa, kaulah yang terpenting dan Papa tak ingin hubungan kita renggang."

"Bawa dia ke sini besok." Lisa berkata dengan suara serak. Jawaban yang jelas bertentangan dengan pernyataan Bernard barusan.

"A-apa?" Bernard membulatkan mata, tak percaya ia akan mendapat respons sepositif ini. "Kau serius, Nak?"

Lisa mengangguk. "Bawa dia ke sini besok, aku mau berkenalan. Kalau dia baik, maka ... Papa boleh menikah dengannya."

***

Jangan lupa meninggalkan jejak!
@blcklipzz (instagram)

Lisa's Stepbrother [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang