Migu melajukan mobilnya dengan cepat ketika rintik-rintik hujan turun membasahi mobilnya. Lelaki itu saat ini tengah sendirian dan ia tak membawa payung. Menghela napas kesal, lelaki itu mendongak, mendapati kalau langit berubah menjadi gelap padahal tadi jelas awan tampak cerah.
Sama seperti suasana hatinya yang kacau tak keruan karena Lisa yang tiba-tiba marah tanpa sebab, mengabaikannya dan dekat dengan Allard.
Demi Tuhan, Sa. Aku ... tahu kita tak bisa bersama. Aku tahu kalau kau berhak memiliki pacar, mengingat kita tak bisa menjalin hubungan sebagaimana mestinya sebab sekarang kita saudara, tapi ... kenapa harus Allard?
Kenapa ... harus lelaki itu?
Apa dunia memang sesempit ini?
Migu menghentikan mobil mewah yang ia dapat dari Bernard di depan perumahan biasa di pinggir kota Jakarta. Tepatnya, di samping pagar hitam yang tingginya sedada pria dewasa yang tampak berkarat. Lelaki itu mendengkus pelan karena hujan seakan mencegahnya untuk turun.
Mengabaikan kemungkinan kalau dia bisa saja basah, Migu mematikan mesin mobilnya, membuka pintu dan turun. Ketika ia baru saja hendak melangkah, rinai hujan seakan semakin deras, yang membuat lelaki itu dengan tergesa-gesa membuka gembok di pagar dengan kunci yang memang selalu ia bawa.
"Shit!" umpat Migu ketika hal-hal tak berjalan sesuai dengan keinginannya hari ini. Kuncinya jatuh ke tanah, lelaki itu harus menundukkan tubuh dan meraba. Butuh beberapa waktu baginya untuk berhasil mengambil benda kecil tersebut dan selama itu pula tubuh Migu sudah basah kuyup.
Ketika lelaki itu berhasil membuka pagar, ia memutuskan untuk meninggalkan mobil tetap di depan dan langsung berlari masuk ke dalam rumah kecil bercat putih yang tampak asri dengan pepohonan dan bunga yang tampak diurus oleh sang pemilik.
Migu merasa tubuhnya kedinginan. Hujan benar-benar deras. Lelaki itu memasukkan kunci lain yang berada di tempat yang sama dengan kunci pagar tadi ke dalam pintu. Tak butuh waktu lama, ia berhasil masuk ke dalam.
Suasana pertama yang Migu dapati adalah kegelapan. Pintu yang ia masuki terhubung dengan ruang tamu, tetapi di sini sama sekali tak ada penerangan yang membuat Migu harus meraba-raba untuk mencari saklar. Ketika ia berhasil, lelaki itu menghela napas.
Backsound hujan dan keadaan yang gelap membuat ia merasa sedang syuting film hantu. Jantung lelaki itu berdebar dan tubuhnya mengigil. Ia kedinginan. Migu punya beberapa baju cadangan di sini dan ia bisa saja langsung mandi, tetapi lelaki itu memutuskan untuk mengecek keadaan seseorang terlebih dahulu.
Migu membuka knop pintu kamar dengan pintu berwarna cokelat. Tak terkunci. Sama seperti saat di ruang tamu tadi, keadaan juga gelap gulita. Migu kembali meraba-raba sekitar dua menit hingga penerangan menerangi ruang tersebut karena ia menghidupkan lampunya.
"Jangan ...." Perempuan itu bergumam dalam tidurnya. Dia sama sekali tak terganggu, padahal jelas pencahayaan berubah. Dari gelap gulita menjadi terang karena Migu menyalakan lampu.
Migu mendekati sang perempuan yang terbaring pada ranjang kecil di pinggir ruangan. Ia berjongkok di samping kasur, mengamati perempuan cantik yang tengah tertidur itu.
"Jangan! Jangan! Kumohon jangan! TIDAK!!" Perempuan itu berteriak kencang sekali diiringi dengan petir yang kebetulan menyambar di waktu yang bersamaan.
Setelah mimpi buruk itu, dia terbangun dengan kondisi terduduk. Tubuhnya gemetar, napasnya tersengal-sengal. Air mata menurun tanpa bisa ia cegah. Ia membenci dirinya sendiri.
"Kau tak apa-apa? Mimpi buruk lagi?" Suara itu membuat si perempuan berambut hitam terkesiap dan merapatkan tubuh ke dinding, ketika ia menemukan Migu berada di sana dengan kondisi basah kuyup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lisa's Stepbrother [18+]
RomanceFollow penulis dulu demi kenyamanan bersama🙏🏻 Cerita ditarik sebagian untuk kepentingan penerbitan✨ Copyright 2019, by Velitjia. PLAGIAT JAUH2! Mulai : 28 Jul 2019