Migu pulang ketika hari sudah larut. Sedangkan Lisa? Dia menangis seharian hingga matanya membengkak dan kristal bening itu tak dapat lagi mengalir karena kering. Sesak sekali, dia merasa dikhianati, padahal jelas sekali pada saat itu ia dan Migu tak sedang menjalin hubungan.
Lisa menolak Migu tiga tahun yang lalu, jadi Migu berhak dekat dengan siapa pun. Sebenarnya yang membuat Lisa sesak bukan hanya karena ia membayangkan Migu mencintai wanita lain, tapi juga penantiannya.
Tiga tahun dia menunggu seperti orang bodoh. Menyesali setiap tindakkanya setiap hari, menangisi dan memeluk boneka pemberian Migu, berharap lelaki itu kembali. Padahal kala itu, Migu sedang menjaga Serena, memeluknya, menghangatkan tubuhnya dan ... damn it! Lisa tak ingin membayangkan apa pun!
Ketukan pelan pada pintu kamarnya membuat Lisa menoleh, ia yakin suaranya akan serak dan wajahnya sekarang tampak berantakan. Terlebih dari itu, saat ini dia sedang tak ingin menemui siapa pun. Keadaannya yang kacau ini tak seharusnya dilihat oleh orang lain.
"Lisa, ini aku, Migu." Suara berat milik seseorang yang terasa sangat familier itu membuat hati Lisa berdesir sekaligus berdenyut di saat bersamaan. "Kau tak mengunci pintu, kan? Aku buka, ya?"
Lisa tak menjawab. Dengan cepat, dia menarik selimut. Menyembunyikan wajahnya dan berpura-pura tertidur. Menyadari kalau ada bunyi knop pintu terbuka, napas perempuan itu serasa tercekat.
Derap langkah kaki yang mendekat membuat jantung Lisa berdebar dengan kencang. Dia tahu Migu sudah berada tepat di sampingnya saat ini, tapi kenapa lelaki itu hanya diam dan tak melakukan apa pun?
"Aku minta maaf karena menghilang seharian tanpa kabar. Kau marah, Sa?" Migu bertanya. Lelaki itu duduk di bibir ranjang dan mengamati Lisa. "Aku punya kepentingan yang tak bisa kutunda."
Dan apa kepentingan yang kau maksud adalah ... Serena? batin Lisa berteriak.
Migu merogoh kantongnya, mengeluarkan kantong plastik kecil yang ia beli dari apotek terdekat. "Aku membeli beberapa obat yang bisa mencegah kehamilan. Kita melakukannya tanpa pengaman kemarin dan kupikir itu berbahaya. Jadi, tolong minum obat ini, ya."
Hening. Lisa masih bersembunyi dalam selimutnya. Sama sekali tak berniat untuk menjawab atau bereaksi.
Migu menarik napas dalam. "Aku tahu kau belum tidur. Aku sungguh ... meminta maaf karena menghilang seperti tadi, tapi kumohon, jangan diamkan aku. Aku tak tahan diabaikan olehmu, Sa. Aku ...."
Semua perkataan manis Migu membuat Lisa ingin menangis lebih kencang daripada sebelumnya. Lelaki itu seolah membalut rentetan kalimat indahnya di dalam sebuah kebohongan. Tak lagi terasa memabukkan, yang tersisa hanyalah kesakitan.
"Aku mencintaimu." Migu berkata dengan nada serius. "Kuharap kau mengerti. Ada hal yang tak bisa kujelaskan, nanti setelah ada saat yang tepat. Aku berjanji ... akan menceritakan segalanya padamu."
Aku juga mencintaimu, batin Lisa bersuara. Membalas pernyataan itu. Tak peduli kalau hatinya tengah terluka. Tak peduli kalau kepercayaannya baru saja terkhianati, Lisa tak bisa berbohong kalau ia masih mencintai Migu.
Akan tetapi, semuanya terlalu menyakitkan untuk ia anggap sebagai angin lalu. Sebenarnya ia ingin berpura-pura tak tahu dan melanjutkan hubungan mereka seolah tak ada apa-apa, tapi Lisa tak yakin dia bisa melakukannya setelah terluka sebanyak ini.
"Goodnight. Aku tak akan mengganggumu malam ini." Migu berdiri dari ranjang dan melangkah menjauh. Bunyi pintu ditutup membuat Lisa menghela napas dan membuka selimutnya.
Perempuan menghirup aroma tubuh Migu yang masih tersisa di sekitarnya dan kembali memejamkan mata. Rasa sakit dan hangat kembali menjalar pada tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lisa's Stepbrother [18+]
Lãng mạnFollow penulis dulu demi kenyamanan bersama🙏🏻 Cerita ditarik sebagian untuk kepentingan penerbitan✨ Copyright 2019, by Velitjia. PLAGIAT JAUH2! Mulai : 28 Jul 2019