[Part 16]

165K 3.8K 30
                                    

Triple up, jangan lupa tinggalkan jejak karena antusias kalian pada cerita ini sangat mempengaruhi semangatku. Hehe.

**

Lisa dan Migu sama-sama diam di dalam mobil bahkan setelah 20 menit berlalu. Kondisi hening di antara mereka sama sekali tak tertolong, itu karena Lisa terus memalingkan wajahnya ke luar jendela dan enggan menatap Migu yang sibuk menyetir di sampingnya.

Migu menarik napas panjang, merasa bersalah. Ia menekan TV yang terpasang di dekat AC mobil, menghubungkannya pada radio. Kemudian terdengar irama lembut musik milik BLACKPINK yang mengalun.

"Ehm." Migu berdeham, menatapi Lisa dari samping. Jakarta macet, seperti biasa. Lisa bilang dia masuk pukul delapan dan mereka masih punya sekitar 30 menit lagi sampai kuliah pagi wanita itu dimulai.

"Sa, kau sudah minum obatnya?" Migu berbasa-basi. "Uhm, aku tak tahu apa yang kaupikirkan saat aku memberi obat itu. Mungkin kau kecewa lalu berpikir aku tak menginginkan anak darimu dan hanya ingin bermain-main, tapi ... kau tahu, kan? Keadaan kita tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut. Aku—"

"Aku mengerti." Lisa memotong, tatapannya masih tertuju ke luar jendela. "Aku sudah meminumnya, tak perlu khawatir."

"Syukurlah kalau kau mengerti." Migu menghela napas lega. Tangan kirinya berpindah dari persneling ke jari-jari Lisa.

Lisa menoleh, menyadari tangannya sudah digenggam oleh Migu bahkan ketika ia belum sempat menolak. Menghela napas, perempuan itu menarik jari-jarinya menjauh. Tebakannya benar, ia tak bisa berpura-pura tidak ada yang terjadi di saat ia sudah mengetahui kalau Migu pernah mencintai wanita lain—atau bahkan masih mencintainya sampai sekarang.

"Kau marah padaku?" Migu mengamati Lisa yang menjauhkan jarinya. Hari ini ia bersyukur karena Jakarta adalah kota dengan lalu lintas yang padat, karena berkat ini mereka bisa berbincang dengan leluasa. "Karena aku tidak mengabarimu seharian kemarin?"

Lisa kembali memalingkan wajah. Dia tahu Migu berengsek karena lelaki itu berani menidurinya, membuatnya jatuh cinta, bahkan memperlakukannya dengan manis di saat ia telah memiliki wanita lain. Akan tetapi, sejujurnya, ketika ia mengabaikan Migu seperti ini, Lisa juga ikut terluka.

Hatinya teriris, tapi dia tak ingin memberikan penjelasan apa pun. Ia ingin Migu menceritakan segalanya sendiri. Menyadari kesalahannya pada Lisa, dan meminta ... ia memilih salah satu di antara dia dan Serena.

Kalian bersaudara sekarang, apa kau benar-benar berpikir dia akan memilihmu di saat ada wanita lain yang bisa ia kencani dengan bebas? Bodoh kau, Lisa! Dia hanya menginginkan tubuhmu. Dia mempermainkanmu karena kau pernah menolaknya, seseorang dari batin Lisa bersuara. Mengejeknya habis-habissan. Memfitnah Migu tanpa dasar.

Meski perkataannya terasa masuk akal, tapi Lisa tak mau langsung percaya. Ia tahu Migu berengsek, tapi ia masih bisa merasakan ketulusan di perkataan lelaki itu saat menyatakan cintanya pada Lisa.

"Hei." Migu memanggil. "Kau mendengarku?"

"Aku tak marah," kata Lisa, berbohong. Sementara ini, ia ingin mengatur perasaannya yang berantakan dulu. Menjauh dari Migu sejenak mungkin akan membuat rasa sakitnya sedikit terobati. Lisa butuh refreshing. "Kau mungkin salah."

Migu menghela napas. Ia tahu jelas kalau Lisa berbohong, tapi sampai sekarang, ia tak mengerti alasan Lisa tiba-tiba marah di saat hubungan mereka sebelumnya baik-baik saja.

"Baiklah." Migu mengalah, mungkin dia perlu memberikan sedikit waktu untuk Lisa. "Kalau begitu, kau mau pergi sehabis kuliah? Aku akan menemanimu jalan-jalan."

Lisa's Stepbrother [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang