[Part 11]

194K 4.4K 59
                                    

Allard melangkah menyusul Lisa di tengah ramainya mahasiswa yang sedang menunggu jemputan. Lelaki itu meminjam payung dari Rose dan segera mengejar Lisa sesaat setelah perdebatan singkat mereka tadi. Mendapati kondisi terlalu ramai, Allard jadi kalang kabut sendiri melihatnya.

Sebenarnya ia tahu Lisa pasti dijemput di depan lobi yang membuat kemungkinan gadis itu basah sangat kecil, tapi tetap saja dia mau melakukan sesuatu, mengingat mereka baru berpacaran. Well, hitung-hitung sebagai siasat untuk meluluhan perasaan gadis itu. Siapa tahu dengan sikap manis semacam ini, Lisa bisa baper.

"Lisa!!" Allard berseru ketika sebuah mobil yang tampak mahal berhenti tepat di depan lobi. Itu bukan kendaraan yang sering sopir Lisa pakai, ini berbeda.

Mobil barukah? batin Allard.

Karena suaranya yang besar, beberapa orang menoleh dan membulatkan mata ketika mendapati idola kampus tengah membawakan payung dan meneriakkan nama sang kekasih hati.

Bagi orang yang mengaku sebagai fans Allard, hal-hal sepele semacam ini sangat romantis karena Allard belum pernah melakukannya pada wanita mana pun. Lisa yang pertama.

Mendengar namanya dipanggil oleh suara familier yang ia kenali, Lisa yang baru saja mau berjalan sedikit menerobos hujan menghentikan gerakkannya.

Perempuan berambut blonde itu menegak saliva kasar kala ia menemukan Allard tengah membawa payung dan menjadi pusat perhatian karena suaranya tadi. Well, yang jadi masalah bukan karena orang-orang di sekitar mereka memperhatikan dan membuat gosip, sejujurnya Lisa malah tak terlalu peduli tentang hal tersebut.

Akan tetapi, permasalahannya adalah, di depan Lisa ada Migu yang berada di dalam mobil—ia tak kelihatan dari luar karena riben kaca yang tebal.

"Iya?" Lisa bertanya bingung ketika Allard sudah sampai di depannya setelah menerobos kerumunan. Bunyi klakson dari mobil belakang Migu bersahut-sahutan, meminta empunya untuk pindah karena ia menghalangi jalan.

Lisa menyadari hal tersebut dan mulai merasa canggung. Dia yakin Migu saat ini tengah menyaksikan adegannya dengan Allard. Entah bagaimana ekspresi lelaki itu, Lisa penasaran.

"Sini aku payungin, biar kamu ga keujanan." Allard membuka payungnya dan merangkul pinggang Lisa, ia menuntun gadis itu dan membukakan pintu bagian belakang. Karena payungnya kecil, Allard jadi sedikit basah sedangkan Lisa sepenuhnya terlindungi.

Menurut orang lain, hal ini mungkin romantis. Terbukti, ketika Lisa sudah masuk mobil dan menutup pintu, ia bisa mendapati banyak mahasiswi mengigit bibir, seolah gemas dengan tingkah "manis" Allard barusan.

Akan tetapi, bagi Lisa yang notabenenya sekarang menyukai Migu dan baru melakukan adegan romantis dengan lelaki lain tepat di depan pria yang ia cintai, hal ini sangat lebay dan menyebalkan.

Kenapa Allard harus seover itu?

Mobil melaju ketika Lisa sudah duduk di belakang. Dari sini, ia tak bisa melihat ekspresi Migu. Sebenarnya dia tadi mau duduk di samping lelaki itu, tapi berkat Allard dia jadi berakhir di sini.

"Dia siapa?"

Suara dingin milik Migu membuat Lisa sontak merinding. Pertanyaan itu diiringi dengan bunyi tetesan bulir hujan yang masih terus membasahi bumi. Membangun kesan horor yang sempurna untuk membuat Lisa takut.

"Eh? Dia ...." Lisa memutar otak, dia bingung mau memberitahu Migu soal status Allard atau tidak usah. Namun, mengingat mereka baru saja bertemu kemarin dan baru memulai hal-hal bahagia, Lisa jadi enggan merusak hubungan ini. "Kakak tingkatku, teman dekat."

Hening. Lisa menegak salivanya kala ia sadar atmosfer mobil ini bahkan lebih mencekam daripada suasana di kelas Mr. Joy ketika memarahinya tadi. Ia tak suka, Migunya tak sedingin ini, tapi menyadari kalau lelaki itu mungkin saja tengah cemburu buta, hati Lisa tiba-tiba menghangat.

"Oh." Hanya itu jawaban Migu. Jalanan macet, bulir bening masih turun membasahi bumi. Jakarta memang selalu begini, padat akan penduduk. Lalu lintas selalu tak terkendali. Di hari biasa saja Lisa bisa terlambat sampai ke rumah sekitar 25 menit, apalagi di tengah hujan seperti ini?

"Kau ... marah?" Lisa bertanya takut-takut, ia tidak bisa melihat wajah Migu. Bagaimana ekspresinya? Apa yang ia rasakan sekarang? Lisa tidak bisa menebak semua itu.

Migu menarik napas panjang, ia menoleh dan matanya bertemu dengan manik Lisa. Ada kekecewaan, amarah, serta sorot yang tak dapat Lisa artikan dari mata lelaki itu.

"Aku tak suka kau dekat dengannya." Migu menarik napas lagi, wajahnya benar-benar menunjukkan kejengkelan yang luar biasa. "Dan apa kau tega membiarkanku duduk sendirian di sini, Sa? Sebagai sopirmu?"

Lisa menggeleng, dia melepaskan sepatunya dengan cepat dan melompat ke kursi depan, yang membuat Migu melongo, tak menyangka kalau Lisa akan pindah dengan cara yang sama sekali tidak feminim.

"Kau cemburu?"

Migu tidak menjawab kala Lisa bertanya. Posisi mobil mereka tidak bergerak karena kemacetan yang benar-benar parah. Suara bulir hujan dan musik slow yang sedaritadi Migu putar mendramatisir suasana.

Migu mencengkram setirnya erat kala ia membayangkan wajah lelaki tadi. Sebenarnya dia ingin mengamuk, memukul benda apa saja yang bisa ia raih untuk melampiaskan kekesalan. Namun, ia tak ingin melakukan itu di depan Lisa.

"Aku tanya, kau cemburu?" Lisa menyentuh pipi Migu dengan kedua tangannya yang dingin karena cuaca yang lebih sejuk dari biasanya. Ah, tatapan itu lagi. Obsidian mereka saling memandang dan lagi-lagi Lisa terjerat ke dalam gelapnya mata Migu.

"Kenapa kau memakai ini?" Migu mengalihkan fokusnya ke selendang yang Lisa pakai. Lalu, dengan cepat lelaki itu menarik syal Lisa hingga terlepas. "Kau menutupi karya seniku, Sayang."

"Ck." Lisa berdecak sebal, tapi tak urung dia juga tersenyum. Ia memeluk Migu dan menarik napas dalam-dalam, seolah tengah berusaha mengunci harum lelaki itu ke dalam otaknya. "Kau meninggalkan banyak bercak di tubuhku, tau. Dasar nakal."

Migu membalas pelukkan Lisa dan terkekeh. "Tapi, apa kau yakin lelaki tadi hanya berteman denganmu? Dia terlihat seperti pacarmu, dan aku membenci fakta itu. Aku tak cemburu, tapi ... aku tak rela gadisku disentuh oleh tangan kotor milik lelaki itu."

Lisa melotot karena ucapan Migu. Untunglah mereka saat ini sedang berpelukan, jadi Migu tak dapat melihat ekspresinya. "Kau tahu aku hanya menginginkanmu, kan?"

"Kalau begitu, jangan dekat-dekat dengannya, aku benar-benar tak suka." Migu berbisik di telinga Lisa yang membuatnya merinding.

Lisa mengangguk. Dia akan lebih berhati-hati mulai sekarang. Ia akan memikirkan rencana yang bagus dulu sebelum putus dengan Allard, agar semuanya tampak natural.

Sedangkan Migu mengepalkan tangan di balik pelukannya dengan Lisa. Ia marah, sangat, tapi ia tak ingin menunjukkan emosi yang berlebih ini di depan Lisa. Biarlah dia menyimpan segalanya sendiri, hingga pada waktu yang tepat, Migu akan melampiaskannya.

Kau masih tak berubah, Allard. Masih sama berengseknya dengan dulu! batin Migu mengumpat.

***

Lisa's Stepbrother [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang