[Part 10]

251K 4.6K 15
                                    

Saat Lisa membuka mata, Migu sudah tak ada lagi di sisinya. Perempuan itu membulatkan mata, buru-buru terbangun dengan tubuh yang terbalur selimut dan berusaha berdiri saat sensasi aneh terasa di sekitaran pahanya.

Lisa merintih, agak perih, tapi setidaknya tidak sesakit semalam. Waktu mereka pertama kali melakukan hal tersebut. Perempuan itu memutuskan untuk kembali mendaratkan pantatnya di ranjang, ketika dia mendapati bercak darah ada di bagian sprei yang sudah acak-acakkan, berkat permainan gila ia dan Migu semalam.

"Oh, shit." Lisa mengerang, ia yakin akan timbul gosip tak enak bila para pelayan di rumah yang mencuci sprei ini. Karena itu, Lisa buru-buru menarik kain yang membungkus ranjangnya itu dan memasukkannya ke dalam keranjang. Ia akan pergi ke laudry nanti siang, setelah pulang kuliah.

Lisa menarik napas setelah ia selesai menarik sprei tersebut kemudian perempuan itu berjalan ke arah kaca. Matanya kembali membulat ketika ia menemukan banyak sekali bercak merah di sekitaran leher, perut, dan pahanya.

Untuk perut dan paha, Lisa sebenarnya tak masalah. Itu bisa ditutupi dengan kemeja dan celana. Akan tetapi, di leher? Apa yang harus ia lakukan? Dia tidak punya kemeja yang panjangnya sampai menutupi leher, dan sial, masa iya dia harus menggunakan syal di hari yang panas di kota Jakarta?

Bukankah itu akan sangat aneh?

"Lisa, buka pintunya." Suara berat milik seseorang yang Lisa kenali adalah Papanya terdengar seiring dengan bunyi ketukkan pintu. Lisa membulatkan mata, terkejut untuk kesekian kalinya hari ini. Well, mana bisa ia langsung keluar dengan keadaan telanjang bulat, di mana tubuhnya terdapat bercak-bercak merah bekas cupang?

Papanya bisa terkena serangan jantung kalau melihat ini.

"Kenapa?" Lisa balas berteriak, dia bergeming di posisinya. "Lisa mau siap-siap kuliah dulu, Pa!"

"Kok bangunnya telat?" Bernard bertanya dari balik pintu, Lisa melirik jam dan kembali membelalak kala mendapati dia memang kesiangan. Ini sudah jam setengah sembilan dan pukul 9, kuliahnya dimulai. "Ya sudah, cepat siap-siap dan sarapan, Papa tunggu di bawah."

"Iya!" Lisa berteriak lagi dan langsung melepaskan selimutnya. Membiarkan tubuhnya telanjang bulat dan berlari ke toilet untuk membersihkan diri.

***

Lisa benar-benar tidak punya pilihan lain selain menggunakan syal, jadilah sekarang ia memakai kemeja putih dipadu dengan scraft cokelat. Cantik, sih, tampak modis di tubuhnya, tapi tetap saja ia merasa aneh karena ini kali pertama ia menggunakan selendang saat di Indonesia. Untungnya hari ini agak mendung, jadi dia bisa beralasan udaranya agak dingin makanya dia menggunakan benda ini di lehernya.

Lisa tahu dia sudah terlambat, dia juga tahu ia mungkin tidak akan dianggap hadir dan sebenarnya ia ingin membolos kalau saja ia tak ingat untuk mengumpul tugas yang sempat ia tanyakan ke Allard tempo hari. Karena harus menutupi semua bercak-bercak di tubuhnya, ia jadi membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk persiapan pergi.

Kaki Lisa melangkah turun setelah dirasa ia sudah cukup baik. Jam sudah menunjuk pukul sembilan, di mana kelas sudah dimulai dan dia masih di rumah. Perempuan itu mendapati Papa dan Mama barunya tengah bercengkerama di ruang makan sambil memadu kemesraan. Michelle pasti sekarang sedang bersekolah, dan Migu ... well, Lisa tak tahu lelaki itu di mana. Mungkin dia sedang ada kerjaan.

Kemesraan pengantin baru, biasalah, batin Lisa berkata ketika ia menatapi Bernard dan Nia. Perempuan itu merasa pipinya kemudian memanas ketika ia menyadari, ketika mama dan papanya melakukan malam pertama semalam, dia juga melakukan hal yang sama dengan Migu.

Oh, Lalisa, kau sungguh bejat!

"Pa, Ma, aku berangkat, ya!" Lisa mencomot roti dan mengigitnya. Langkah kaki gadis itu agak tampak aneh karena rasa 'asing' yang masih terasa di sekitaran pahanya.

Lisa's Stepbrother [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang