1.I'm not sure

2.9K 150 4
                                    

"Huftt.. Aku tidak yakin" aku mulai membuka suara setelah mendengar apa yang di katakan oleh Kakek.
Sungguh sekarang jantungku berdegup dua kali lipat lebih cepat dari detak jantung normal. Pikiran ku melayang memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya. Aku takut, aku takut akan mengecewakan kakek dan juga eomma.

Semenjak eomma dan appa bercerai, aku lebih memilih ikut dengan eomma ketimbang appa. Bahkan aku tidak ingin mengakui appa ku lagi. Hei, jangan salahkan aku jika seperti itu, itu semua tidak akan terjadi jika appa tidak bermain dengan wanita lain di belakang eomma. Sebagai wanita, aku juga merasakan apa yang dirasakan oleh eomma.

"Ayolah, Jae Hwa, tidak usah ragu. Jika kamu belum paham mengenai Perusahaan, sekertaris kakek akan membimbingmu" Kakek mulai membuka suaranya lagi untuk memastikan ku.

"Iya, Jae Hwa. Jika bukan kepadamu, lantas kepada siapa kakekmu akan menyerahkan Perusahaannya itu? Kamu tahu sendiri, Perusahaan itu dibangun oleh kakekmu sejak remaja. Dan sekarang sudah menjadi salah satu Perusahaan terbesar di Korea. Bukankah sangat disayangkan jika sahamnya harus dijual?" dan sekarang giliran eomma yang membuka suara. Dari suaranya, sangat terlihat bahwa eomma sangat berusaha untuk membuatku menyetujui semuanya.

Saat ini aku hanya terdiam beberapa menit untuk memikirkan keputusan yang tepat. Karena ini bukanlah keputusan untuk menangani hal sepele. Aku harus mempertimbangkan lagi apa yang Eomma bilang itu sangat benar. Sejak kecil aku sudah tahu bahwa Perusahaan Kim Hathaway Corporation itu dibangun hingga sesukses sekarang hasil dari jernih payah kakek sendiri.

Mengingat bahwa aku adalah satu satunya anak sekaligus cucu yang dimiliki membuat aku lebih memikirkannya berulang kali. Tangan ku gemetar, keringat dikening sudah mengucur ditambah lagi degup jantung yang bertambah semakin cepat. Aku tidak ingin mengecewakan kakek juga eomma. Jika aku tidak menerima keputusan dari kakek, pasti aku akan mengecewakan kakek. Begitu juga sebaliknya, aku sangat takut jika aku menerima keputusan itu, justru aku tidak bisa mengendalikan Perusahaan dan malah membuatnya hancur. Dan pasti itu akan lebih mengecewakan kakek.

"Baiklah, aku menerima keputusan itu. Tapi, bisakah setelah aku lulus sekolah? Setidaknya biarkan aku menyelesaikan sekolahku terlebih dahulu. Emm..maksudku sebentar lagi bahkan ujian kelulusan,bukan? Jadi kumohon biarkan aku untuk belajar terlebih dahulu agar aku bisa lulus sekolah" Setelah kurang lebih setengah jam akhirnya aku memutuskan untuk menerima keputusan yang sudah disepakati oleh kakek dan juga eomma.

"Hmm, kakek mengerti maksudmu Jae Hwa. Kakek juga baru akan memperkenalkanmu ke publik setelah kamu lulus sekolah. Jadi kamu tidak usah khawatir nak" Kakek menjawab permintaan ku dengan sangat tenang.

Syukurlah. Kira kira seperti itulah hati ku ketika mendengar ucapan kakek barusan. Setidaknya aku sedikit lebih tenang karena masih ada kesempatan untuk merasakan masa-masa remaja.

"Tapi kek-" ucapan ku terpotong karena ketukan pintu. Saat ini Kakek, Eomma, dan aku berada didalam sebuah ruangan yang memang disediakan oleh Kakek untuk memperbincangkan masalah keluarga. Seperti sekarang.

"Tunggu" ucap Kakek dan berjalan untuk membuka pintu. Karena penasaran aku sedikit menolehkan kepala ku ke kanan sekaligus mencodongkan badan kedepan agar bisa melihat siapa orang yang mengetuk pintu barusan.

Terpampanglah pria dengan postur tubuh tegap, tinggi, bahkan dia masih muda. Aku sendiri tidak mengenalnya. Karena rasa penasaran ku terus saja tumbuh, akhirnya aku memutuskan untuk bertanya kepada eomma. Dan Eomma mengatakan bahwa itu adalah sekretaris kakek di perusahaan.

Wow.. Dia memiliki lesung pipi di kedua pipinya. Itu menambah kesan manis untuknya. Aku mengakui itu. Aku bukan orang munafik. Dapat dilihat sekilas sekretaris tersebut sempat melempar senyum untuk ku dan juga eomma sebelum akhirnya pergi.

My Little Wife | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang