Entah kenapa saat kami sampai dirumah, Jimin jadi bersikap dingin. Apa aku telah melakukan kesalahan padanya? Saat aku bertanya, dia hanya menyuruh ku untuk segera mengganti pakaian, gosok gigi, cuci muka, dan tidur.
"Oppa, kamu tidak tidur?" tanyaku saat Jimin justru ingin keluar dari kamar.
"Aku ingin mengurus proposal dulu. Kamu tidur duluan saja."
Setelahnya dia benar-benar meninggalkan ku keluar kamar dan berjalan menuju ruang kerjanya. Aku memutuskan untuk mengikutinya hingga ruang kerja. "Oppa, ada apa?" tanyaku mencoba mencari tahu apa yang membuatnya menjadi dingin seperti ini.
Jimin melihat kearahku dan setelahnya tersenyum. "Kenapa kamu berbohong mengenai persahabatanmu dengan Taehyung?" tanyanya yang membuatku mematung. Jangankan bergerak, bernapas saja sangat sulit bagiku saat ini.
"Berbohong apanya?" tanyaku masih mencoba untuk menyembunyikan.
"Aku mendengar semua ucapan kalian saat di air mancur tadi. Aku mendengar semuanya Jae Hwa." ucapnya yang sudah menatap mataku tajam. Aku tidak berani membalas tatapannya.
Aku memilih menundukan kepalaku. "Kamu tahu? Aku merasa seperti sedang dibodohi oleh dua anak kecil saat aku memperkenalkan kalian satu sama lain."
Aku semakin tercekat. Bingung harus berbicara apa.
"Kenapa kamu melakukan itu? Seolah-olah kalian adalah dua orang yang tidak saling mengenal saat dihadapanku." lanjutnya dan saat ini aku bisa merasakan bahwa Jimin berjalan mendekat ke arahku.
"Sekarang aku memberimu kebebasan. Cepatlah temui Taehyung dan katakan padanya bahwa kamu juga mencintainya. Sebelum semuanya terlambat dan dia akan kembali ke US besok." ucap Jimin.
Aku mendongakkan kepalaku menatap Jimin. "Temui dia sekarang." ucapnya yang kali ini menatap mataku tulus.
"Tapi, bagaimana denganmu dan anak kita?" tanya ku kepada Jimin mengingat ada bayi didalam kandunganku.
"Taehyung akan menerima anak kita. Cepat temui dia." ucapnya kembali.
Aku mengangguk ragu dan memeluk Jimin sebelum aku kembali ke kamar untuk mengambil ponselku dan juga kunci mobil. Aku berlari dan segera mungkin menjalankan mobil untuk menemui Taehyung.
*****
"ARGHH!!" Jimin menjatuhkan barang-barang yang ada diatas meja kerjanya. Pria itu sangat frustasi sekarang.
"Aniya. Keputusanku tidak salah!" ucapnya seraya menarik rambutnya sekuat mungkin dan meninju dinding dengan tangannya sekuat tenaga.
Pria memang seperti itu. Akan berusaha kuat dan tenang dihadapan wanita. Tapi nyatanya?
"Aku tidak salah membiarkan Jae Hwa pergi!" ucapnya lagi yang sudah mengalirkan air mata.
"Aku tidak salah!" lirihnya dan membenturkan kepalanya dengan dinding sebelum ia merubuhkan dirinya untuk terduduk dibelakang pintu.
"Keputusanku sudah benar! Jae Hwa akan bahagia bersama Taehyung!" lirihnya lagi.
Jimin bangkit dari duduknya dan mengambil jaket serta kunci mobilnya. Pria itu memutuskan untuk pergi.
*****
Aku memberhentikan mobilku dan memutuskan untuk kembali kerumah menemui Jimin.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Wife | Park Jimin
Fanfiction[COMPLETE] ✔ [Always support this fan fiction okay? Vote and comment but if you want to follow really thank you. Love you Jihwaniverse] "Sedang apa kamu? Kamu tidak cocok berada disini. Disungai ini mayoritas yang mengunjungi orang orang yang seda...