25. Dinner

1.1K 53 3
                                    

Aku masih sibuk memilih baju untuk aku gunakan saat makan malam nanti. "Yang biru itu bagus." ucap Jimin memberiku masukan.

Aku berdiri dihadapan cermin dan mencoba memakai gaun yang Jimin maksud. Jimin masih memperhatikanku saat aku berusaha menaiki resleting nya. "Biar aku bantu." ucapnya yang sudah berdiri dibelakangku dan membantuku menaikan resleting nya.

"Yang ini? Tapi menurutku yang merah itu juga bagus." ucapku seraya memutar-mutar badanku dihadapan cermin untuk melihat gaun yang aku pakai.

Jimin mengambilkan satu dari sekian gaun yang tergeletak diatas ranjang. "Yang merah ini?" tanyanya.

"Iya. Coba kemarikan." ucapku pada Jimin. Jimin menghampiriku dan membantuku membuka resleting lagi. Kemudian aku mulai mencoba gaun merah yang Jimin ambilkan.

"Bagus juga." monolognya yang juga sedang memperhatikanku dicermin.

Aku memutar tubuhku menghadap Jimin untuk meminta pendapatnya. "Menurut Oppa aku harus pakai yang mana?"

Jimin sedikit menimbang-nimbang dari gaun merah yang aku pakai dan juga gaun biru yang berada ditanganku. "Kamu lebih cocok sama yang hitam itu." ucapnya menunjuk satu gaun yang masih tergantung didalam lemari. Aku segera menolehkan kepalaku untuk melihat gaun yang Jimin maksud. Pria itu sudah berjalan untuk mengambilkan gaunnya.

Gaun berwarna hitam seatas lutut. Aku membuka gaun merah yang aku kenakan dan mulai mencoba gaun hitam yang Jimin ambilkan. "Ini?" tanyaku padanya saat aku benar-benar sudah memakainya.

"Iya! Itu sangat bagus ditubuh mu." ucapnya dengan bersemangat.

Aku memincingkan mataku. "Cih, kalaupun aku hanya memakai bikini dan celana dalam saja, aku rasa kamu akan tetap berkata seperti itu."

Jimin terkekeh kecil menanggapi ucapanku. "Tidak seperti itu juga." ucapnya.

"Baiklah, aku akan pakai yang merah ini." ucapku seraya mengambil gaun merah yang sempat aku pakai tadi.

Jimin membelalakan matanya mendengar ucapanku. "Kenapa yang merah?"

"Karena aku suka." ucapku seraya melepas gaun hitam yang melekat ditubuhku.

"Kamu yakin ingin pergi pakai baju itu? Tanyanya kepadaku yang sedang memakai baju handuk karena aku akan mandi sebentar lagi.

"Memangnya kenapa?" tanyaku menatapnya.

"Tapi, itu terlalu terbuka, Sayang." ucapnya seraya menunjuk gaun merah yang aku letakkan di tengah-tengah gaun biru dan hitam yang sempat aku cobai juga tadi.

"Tidak, ah." ucapku yang juga mulai memperhatikan gaun merah itu.

"Itu terlalu terbuka! Dadamu terlihat jelas tadi saat memakainya." ucap Jimin padaku.

Aku hanya bisa mencebikan bibirku saja mendengar penuturannya. "Masih tetap ingin pakai baju itu?" tanyanya lagi.

"Iya." ucapku tetap pada pendirian untuk memakai gaun merah itu.

"Aish, kamu ini kenapa keras kepala sekali, sih? Ingin pamer dada?" tanyanya dengan kedua alis yang terangkat.

Aku membelalakan mataku "Yak! Apa yang kamu katakan?!" tanyaku murka.

"Pakai gaun yang hitam saja, Sayang. Atau kamu ingin aku paksa untuk mandi bersama denganku sekarang?" ancamnya.

Ya ya ya, dia selalu menjadi dominasi!

"Tidak perlu! Aku akan pakai gaun yang hitam." ucapku putus asa dan berjalan menuju kamar mandi dengan kaki yang di hendak-hentakan dan menutup pintu kamar mandi dengan kencang. Aku sendiri yang menutupnya sampai terkejut.

My Little Wife | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang