Sudah seminggu sejak kejadian Jimin memergokiku memandangi fotoku dengan Taehyung. Tapi Jimin tetap bersikap lembut seperti biasanya. Bahkan semakin hari semakin lembut. Badanku juga masih lemas karena kejadian dikamar mandi semalam berdua dengan Jimin. Sangat sakit terlebih dengan posisi berdiri. Aku tidak ingin membayangkannya lagi.
Jimin sudah siap dengan kopernya itu dan berjalan menghampiriku di ranjang. Ya, Jim bilang dia akan pergi selama dua minggu untuk mengerjakan proyek yang ia adakan dengan satu klien nya, entahlah, mungkin wanita bernama Yuki itu. Aku juga tidak mempermasalahkan nya. Toh, juga cuma mengadakan proyek yang katanya cukup besar. Aku hanya memandanginya saja yang sudah rapih dengan kemejanya. Jimin mengecup keningku selama tiga detik dan setelahnya tersenyum. "Aku berjanji, akan segera pulang jika sudah selesai." ucapnya meyakinkanku.
Saat aku hendak menjawab, bel rumah terdengar. Aku memandangi Jimin mencoba untuk menebak-nebak siapa yang berada diluar sana. "Yuki, klien ku. Kami akan berangkat bersama menuju German." ucap Jimin menjawab semua kebingunganku. Setelahnya Jimin bangkit dan keluar kamar yang disusul olehku dengan jalan yang sedikit kesulitan karena perbuatannya semalam. Saat aku sampai pada anak tangga, sudah terlihat jelas dikedua mataku wanita dengan kemeja berwarna peach dan juga rok berwarna hitam diatas lutut. Rambutnya panjang tergerai berwarna blonde. Dibatang hidungnya terdapat kacamata hitam bertengger disana. Whoa, harus kuakui, visualnya sangat berada dikelas atas bak Dewi Yunani. Sangat jauh berbeda denganku yang hanya seperti butiran pasir jika dibandingkan dengannya.
Aku menghampiri Jimin dan Yuki. Wanita itu tersenyum manis saat aku duduk tepat disebelah Jimin. "Sangat jauh, ya?" ucapnya sambil melepaskan kacamata yang sempat bertengger di hidungnya. Aku sendiri tidak mengerti maksud ucapannya apa.
"Ah, tentu saja sangat jauh. Kalian akan ke German. Sedangkan German dan Korea sangat lah jauh." ucapku diiringi dengan kekehan ringan. Yuki juga terkekeh merespon ucapanku. Tapi tidak dengan Jimin. Kulihat pria itu hanya memandangi Yuki. Entah, aku sendiri tidak mengerti tatapannya itu.
"Sayang, aku pergi, ya. Jaga dirimu baik-baik. Jika terjadi apa-apa, segera telepon aku. Tapi kamu tidak usah khawatir, beberapa Bodyguard ku juga aku tugaskan untuk mengawasimu, arraseo?"
Aku mengangguk dan tersenyum. Jimin memelukku dan setelahnya mengecup bibirku sekilas kemudian pergi bersama Yuki. Sebuah kebiasaan baru untuknya saat hendak pergi. Aku melambaikan tangan saat mobil Jimin sudah mulai keluar dari perkarangan hingga hilang dari kedua mataku. Tanpa sadar air mataku keluar tanpa sebab. Ah-sebenarnya ada. Mana mungkin aku menangis tanpa sebab. Aku akan menyimpannya sendiri. "Oppa, cepat pulang aku menunggumu." setelahnya aku memutuskan untuk kembali masuk kedalam rumah dan membiarkan para bodyguard menjaga diarea perkarangan rumah saja.
Jadi, aku harus apa?
Sangat membosankan dirumah sendirian. Apa aku harus mengajak para bodyguard untuk bermain? Hell, don't kidding! It's not funny.
Aku akan ke rumah Eomma. Ya, benar. Aku akan kerumah Eomma.
Aku bergegas ke kamar untuk berganti pakaian dan segera pergi menuju rumah Eomma ditemani oleh tiga bodyguard. Setelah sampai, pintu rumah Eomma terbuka lebar. Aku tidak tahu ada apa didalam. Memutuskan untuk masuk dan mengetahuinya membuatku mematung diambang pintu melihat sosok yang sangat aku kenal-Sangat!
"Jae Hwa-ya?"
Lenyap sekarang juga Jae Hwa. Kumohon lenyapkan saja diriku!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Wife | Park Jimin
Fanfiction[COMPLETE] ✔ [Always support this fan fiction okay? Vote and comment but if you want to follow really thank you. Love you Jihwaniverse] "Sedang apa kamu? Kamu tidak cocok berada disini. Disungai ini mayoritas yang mengunjungi orang orang yang seda...