23. What?!?!

1.1K 58 2
                                    

Jimin menyuruhku untuk tidak masuk dulu ke Perusahaan hari ini. Katanya, dia ingin mengajak ku jalan ke sekitar taman. Aku sudah berkata padanya bahwa tubuhku kurang enak dan bagian tubuhku yang lain masih sakit akibat aktivitas kami semalam. Jimin mengerti posisiku, jadi dia tidak mempermasalahkan nya lagi. Berakhir dengan aku yang hanya terbaring lemas diatas kasur. Sudah berapa kali aku kembali ke kamar mandi karena perutku terasa ingin memuntahkan sesuatu, tapi nyatanya tidak ada yang keluar saat aku mencoba memuntahkannya.

"Aku akan masakan sup hangat ya." ucapnya yang sedari tadi mengusap perutku menggunakan minyak hangat agar rasa mual nya bisa sedikit berkurang. Aku membuka mataku dan mendapati wajahnya yang sedang menatap wajahku dengan khawatir. Terlihat sangat jelas disana. "Bagaimana humm, kamu ingin sup?" tanyanya kembali.

Aku menghela napasku dan mengarahkan tanganku untuk membelai pipinya. "Baiklah, tapi tidak usah terlalu banyak bahan. Kentang dan wortel saja sudah cukup." ucapku memperingatinya. Mengingat dulu, pernah saat Jimin sangat keras kepala ingin membantuku memasak telur, berakhir sudah telur itu tergeletak dilantai dengan wajan yang sudah terbalik. Katanya, 'maaf sayang. Aku terlalu bersemangat.'

Memang pria gila ini. Ada-ada saja dengan jalan pikirnya.

"Baiklah. Kalau ada apa-apa teriak saja panggil aku." ucapnya mengecup keningku sekilas setelahnya beranjak dari atas ranjang dan keluar dari kamar meninggalkanku.

"Hoekk"

aku segera bangkit dari ranjang dan berlari kedalam kamar mandi yang berada dikamar. Mencoba untuk mengeluarkan isi perutku meski sama saja seperti sebelumnya, tidak memuntahkan apapun. Tapi kenapa rasanya seperti sangat mual?

Aku memutuskan untuk berjalan kedapur memantau apa yang Jimin lakukan. Takut-takut jika pria itu membuat kesalahan lagi di dapur. Jimin terlihat terkejut saat aku menempatkan bokongku dimeja makan. "Kenapa turun? Kamu membutuhkan sesuatu?" tanyanya menghampiriku. Bahkan ditangannya masih terdapat wortel.

Aku mengalihkan pandanganku kerambutnya. Melihat ada kulit kentang yang bertengger manis disana. "Oppa, menunduklah." ucapku dengan suara lirih. Jimin segera menunduk dan aku mengambil kulit kentang yang berada di rambutnya.

"Aish, bagaimana bisa kulit kentang ini ada disana?" monolognya seraya mengambil kulit kentangnya dari tanganku. "Tunggu sebentar ya, sebentar lagi matang."

Aku menganggukan kepalaku menanggapi ucapannya. Setelahnya Jimin kembali ke hadapan kompor dan menyendok kan satu sendok teh untuk ia cicipi. Setelah puas, Jimin mulai mematikan kompornya dan menuangkan sup nya kedalam mangkuk. Dia berjalan kearahku dengan senyum mengembang. "Silahkan dicoba ibu negara!" serunya bersemangat seraya menyodorkan mangkuknya dihadapanku. Aku tersenyum kecil menanggapinya.

"Suapi." ucapku padanya. Jimin melepaskan celemek yang ia pakai dan setelahnya duduk disampingku dan mulai menyendokan sup ke dalam mulutku.

"Kamu sangat manja. Ada apa? Apa ini tanggalmu?" tanyanya. Aku menggelengkan kepalaku. Lagi pula aku sudah tidak datang bulan sejak terakhir kali aku datang bulan.

"Jangan bercanda! Apa sebuah dosa jika aku ingin bermanja dengan suamiku?" tanyaku padanya.

"Hahaha tentu saja tidak." ucapnya menanggapi ucapanku. "Badanmu sudah membaik?" tanyanya. Aku menggelengkan kepalaku lemas. Jimin mengusap kepalaku sebelum bertanya. "Apa ingin menelepon dokter andalan keluargaku saja?"

"Aku tidak mau disuntik." ucapku dengan bibir yang sudah maju beberapa senti.

"Memangnya siapa yang mau menyuntikmu, Sayang?" ucapnya meyakinkanku.

My Little Wife | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang