Cahaya matahari yang mengintip dari balik gorden kamar berhasil membangunkanku. Aku melihat jam yang terdapat di dinding. Baru jam setengah tujuh pagi. Aku meregangkan otot-otot tubuhku dan setelahnya pergi kekamar mandi dan melanjutkan ritualku didalam sana.
Setelahnya aku turun ke bawah untuk kedapur, para pelayan sudah menyiapkan sarapan untukku. Aku duduk di meja makan, tapi, seperti ada yang tertinggal. Tapi apa?
Ah—Jimin. Pria itu kira-kira sudah bangun apa belum, ya? Aku bangkit dari tempat duduk dan berjalan ke arah kamar tamu. Aku sudah mengetuk pintunya terlebih dahulu.
Dan lihatlah, tanganku sampai memerah karena pintu itu tak kunjung dibuka. Aku memegang gagang pintu dan perlahan membukanya. Kamarnya gelap. Aku masuk kedalam dan mencari saklarnya, ketika mendapatkannya aku segera menyalakan lampu dan melihat Jimin masih setia berada pada alam mimpinya itu.
Melihatnya tertidur seperti ini, wajahnya terlihat sangat polos. Aku mendekat ke arahnya dan berjongkok dibawah agar bisa melihat wajahnya dari jarak dekat.
Matanya yang sedang memejam, hidungnya yang mungil, dan juga—bibirnya yang tebal itu sedikit terbuka.
Aku berniat untuk melipat selimut yang ia pakai, tapi saat mengambilnya dari tubuh Jimin, aku terkejut bukan main.
Dia tidak mengenakan bajunya!
Aku segera menutup mataku dan berusaha untuk memakaikan selimutnya kembali pada tubuh Jimin. Tapi saat aku merapihkan nya kembali, tiba-tiba saja tanganku dicekal olehnya.
Dengan sekejap tubuhku melayang dan terhempas di atas ranjang dengan Jimin yang berada diatasku. Dia mengunci pergerakan ku, kedua tangannya menahan tanganku. Aku tidak bisa bergerak sama sekali.
"Kamu sedang apa Jae Hwa-ya?" aku menelan ludah ku dengan susah payah saat ini.
Pandanganku—jaga matamu! ya Tuhan, apa yang kamu lihat Jae Hwa? Aku sudah berusaha untuk tidak melihat ke arah—uh, ekhm—dadanya. Tapi itu pemandangan yang sangat Indah untuk dilihat di pagi hari.
Dan jika dilihat semakin kebawah—otot perutnya sangat menggoda. Bagaimana bisa ia membentuk perutnya hingga seindah itu?
"Kamu melihat apa?" astaga! Aku segera mengalihkan pandanganku ke arah lain. Sangat memalukan!
"Tidak bisakah kamu bangun? Aku ingin makan. Sarapan sudah disiapkan. Jadi,kamu cepatlah bangun dan mandi" aku mencoba mendorongnya, tetapi tidak mempengaruhi pergerakan Jimin sedikit pun.
"Aku tahu ini sangat menggoda, "
"Bangunlah. "
"Pasti kamu melihat ini sejak tadi. "
"Aku ingin makan. "
"Kamu tidak ingin mencobanya? "
"Yak! What do you mean Jimin-Ssi? "
"You know what i mean, baby. "
Tok tok tok
"Tuan maaf, tap—Aigoo saya minta maaf Tuan, Nona. Sa-saya permisi "
Sialan! Pasti wajahku saat ini sudah sangat merah. Aku mencubit kuat lengannya dan akhirnya berhasil keluar dari kukungan nya itu. Aku segera berlari sekencang mungkin untuk ke meja makan.
Disana ada pelayan yang membuka pintu kamar tamu tadi saat aku dan Jimin sedang berdebat dengan posisi yang mampu membuat orang salah paham.
"Ahjumma, jangan salah paham dulu, tadi aku dan Jimin tidak mel—"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Wife | Park Jimin
Fanfiction[COMPLETE] ✔ [Always support this fan fiction okay? Vote and comment but if you want to follow really thank you. Love you Jihwaniverse] "Sedang apa kamu? Kamu tidak cocok berada disini. Disungai ini mayoritas yang mengunjungi orang orang yang seda...