14.Realitionship and Commitmen

825 55 12
                                    

Kami sedang berada didalam mobil saat ini. Aku tidak tahu Jimin ingin membawa ku kemana. Aku tidak mempermasalahkan hal itu.

Sekarang yang sedang aku pikirkan adalah bagaimana nanti jika ada paparazzi yang memotret kami dan menyebarkan skandal yang belum tentu benar.

"Sedang memikirkan apa?" aku menolehkan kepalaku ke arah Jimin. Dia juga sedang menatap ku saat ini.

Aku melihat lurus kedepan. Ternyata sedang lampu merah.

"Aku hanya takut jika ada paparazzi yang memotret kita." aku kembali melihat ke arahnya.

"Tidak. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi." Jimin tersenyum padaku. Aku membalas senyumannya.

Kami sama-sama terkejut ketika mobil belakang membunyikan klakson. Pantas saja, ternyata lampu merah sudah berakhir.

"Cepat jalankan mobilnya." aku terkekeh dan menepuk tangannya pelan. Jimin juga terkekeh menyadari kebodohannya sendiri.

"Jimin-Ssi," aku menoleh ke arahnya. Jimin hanya menoleh kearahku sebentar kemudian kembali fokus pada jalanan.

"Kenapa?"

"Aku ingin bertanya, boleh?" aku menundukkan kepalaku.

"Tentu." aku melihat ke arahnya lagi. Jimin terlihat sedang tersenyum saat ini.

"Menurut kamu, bagaimana jika seseorang memiliki perasaan kepada sahabatnya sendiri?"

"Friend zone?"

"Iya."

"Bodoh."

Aku terkejut mendengar ucapannya barusan.

"Maksud kamu?"

"Iya, orang itu bodoh telah menaruh perasaan pada sahabatnya sendiri."

"Tapi aku rasa itu tidak ada salahnya." aku meremas jari-jari tanganku saat ini.

"Memang, tapi, dia terlalu bodoh. Mau tahu alasannya?"

Aku mengangguk kan kepalaku.

"Bodoh karena dia sendiri tahu bahwa sahabatnya hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat, tidak lebih. Kecuali jika sahabatnya juga menaruh perasaan kepadanya."

Aku mencoba untuk mencerna kata-kata yang diucapkan Jimin. Apa Taehyung juga menaruh perasaan kepadaku? Ataukah hanya aku yang memiliki perasaan kepadanya?

"Terus?"

"Terus, terus, terus nabrak nih."

Aku hanya terkekeh mendengar respon Jimin. Dia juga terkekeh. Jimin orang yang sangat ramah dan terbuka kepada orang lain.

Jimin memberhentikan mobilnya didepan sebuah cafe yang sangat mewah. Aku baru tahu ada cafe seperti ini. Dari luar cafe sudah sangat terlihat bahwa keamanan di dalam cafe ini sangat ketat, Jimin tidak salah mengajakku kesini.

Dia membuka kan pintu mobilnya untukku kemudian menggenggam tanganku. Aku hanya mengikutinya kedalam cafe.

Kami duduk dilantai atas tepat di bangku pojok kiri. Di sisi kananku terdapat kaca besar yang memperlihatkan kota seoul.

"Ingin makan apa?" aku hanya melihat kearahnya saat ia membuka suara. Jimin menyodorkan sebuah menu makanan ke hadapanku.

"Terserah."

"Bagaimana kalau makan aku saja?" dia itu kenapa sih? Ada-ada saja dengan ucapannya.

Pria gila.

My Little Wife | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang