dimulai

9.7K 762 180
                                    

Siang itu, tepat saat bel sekolah jam istirahat pertama selesai dibunyikan, terjadi keributan yang cukup besar di kafetaria. Belum sampai sepuluh menit berkisar, semua murid harus menyaksikan kebrutalan salah satu senior tampan mereka yang menghajar habis-habisan juniornya—dengan menarik kacamata bulat besar yang membingkai hidung, tanpa segan saat pukulan berhasil mendarat, lagi.

BUGH!

"BERANI KAU, CULUN!"

BUGH!

"KAU PIKIR KAU SIAPA?!"

BUGH!

"CARI MATI, HAH?!"

Semua kepala hadir menyaksikan. Hanya mampu terdiam, membentuk lingkaran sebesar mungkin agar pertarungan sengit yang terjadi di pertengahan sana sedikit lapang. Leluasa. Ah, tidak. Bukan pertarungan. Sayang sekali—sebut saja 'si kacamata' hanya menerima pasrah setiap pukulan dari sang senior. Sesekali ia akan menangkis, namun berakhir lagi dengan satu bogeman yang menghantam bagian lain pada tubuhnya.

Tanpa ada niatan untuk membalas. Hm, gila.

Beberapa orang akan terdengar bersorak-sorai, menyuarakan seseorang yang pantas disebut pemenang dan siapa yang pantas disebut pecundang. Bahkan, tidak sedikit yang mengeluarkan ponselnya untuk mengabadikan momen indah ini. Seperti baru pertama kalinya saja, padahal ini sudah termasuk untuk kesekian kalinya terjadi. Ada yang melompat kegirangan, mengacungkan jemari jempolnya yang kemudian akan dibawa memutar ke bawah. Tidak sedikit yang menjulurkan lidah, dan kebanyakan para gadis akan meneriakkan—

"Ayo! Jungkook! Ayo! Gugiee! Ayo! My Bunny!"

Kepopuleran seorang Shin Jungkook dikalangan gadis jangan dipertanyakan lagi. Kendati pemuda Shin ini sudah memiliki kekasih, tidak membuat mereka—para gadis—akan berhenti begitu saja menggapai mimpinya, yaitu;

Menikahi seorang Shin Jungkook.

Tolong, di garis bawahi.

Dan ketika melihat ketidakberdayaan si kacamata, Jungkook menjeda pukulannya sejenak. Masih dengan satu tangan yang belum melepaskan cengkeraman pada kerah baju lawan, ia menyeringai dengan bibir terbuka. Kemudian melambai-lambaikan satu tangannya yang bebas, semakin membuat para gadis terjungkal dan menjerit keras. Seakan lupa dengan tenggorokan. Kegilaannya tidak berhenti disana ketika Jungkook memberikan flying kiss, mereka nyaris saja pingsan.

Bagus. Aku suka aroma mereka yang tergila-gila padaku. Teruslah begitu, selamanya.

Menarik napas dalam-dalam, Jungkook merubah arah pandangnya menatap si kacamata yang sibuk mengatur napas.

"Bagaimana?" Dengan ramah lingkungan—maksudnya, ramah—Jungkook bertanya. Tidak mendengar sahutan apapun dari lawan bicara, ia memilih untuk berjongkok setelah menjilat sekilas bibir bawahnya. "Masih berani melawanku?" bisiknya sensual—maksudnya, serius.

Si kacamata masih sibuk mengatur napas, atau sesekali ia akan terbatuk-batuk karena kerongkongannya tercekat berkat tarikan kerah seragamnya yang dilakukan Jungkook sangat kuat. Lantas, ada kekehan hambar yang berhasil merambat masuk ke dalam pendengaran pemuda tampan Shin ini. Perlahan, si kacamata mengangkat kepalanya—memperlihatkan bagaimana parasnya yang lusuh, kacau, dan babak belur.

WonderfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang