dua insan yang memadu kasih

250 13 0
                                    

Tanpa dirasa, waktu terus bergulir begitu cepat. Konsep perubahan ekspresi pada manusia seiring bagaimana hidup terus berotasi ternyata itu benar. Terbukti adanya transformasi dalam tingkah laku dan kombinasi dengan tanggapan jasmani lain seperti suara, postur, gestur, yang memengaruhi entitas Jungkook.

Tidak ada lagi era dimana ia menghindari tugas-tugas hubungan interpersonal dalam pelajaran, pertemanan, dan cinta. Dengan kata lain, ia mengambil langkah-langkah untuk maju.

Sebab, ini seperti hari terakhir baginya untuk bersenang-senang lantaran tersisa satu minggu lagi—akan membawanya menuju pada ujian kelulusan yang berlangsung pelik.

Berkonfrontasi dengan figur Jiyeon—ia harus mempersiapkan diri mencari pekerjaan part time untuk meringankan beban saudaranya dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka berdua.

Memanfaatkan waktu saat libur selama satu minggu nanti adalah opsi yang paling relevan dan menguntungkan baginya.

Tapi kini, saat lonceng istirahat pertama berbunyi memekkan rungu, Jiyoon harus membiarkan dirinya diseret begitu saja oleh sang kekasih. Meninggalkan presensi Yumi—gadis dengan surai bob itu, termangu dikursi yang ia duduki. Mereka bahkan belum sempat mendiskusikan akan memesan menu apa nanti saat di kafetaria, tapi ia harus menyaksikan Jiyeon dibawa pergi menjauh.

Lantas, Shin Jungkook menarik tangannya dan masuk ke dalam ruangan bekas penyimpanan alat olahraga yang lama. Tubuh besarnya langsung menyekap Jiyeon, memenjarakan bibirnya lewat ciuman panas yang membara. Menyudutkan tubuh kecil si gadis hingga terhimpit, tidak punya akses barangkali untuk melakukan pemberontakan. Meronta sekalipun percuma, sebab dengan kurang ajar telapak tangan besarnya meremas dada perempuan Yoon itu, memicu lenguhan tertahan.

Semua berjalan seperti biasa lantaran Jiyeon memilih pasrah pada permainannya. Memilih untuk mengalungkan tangan di leher Jungkook, sementara pemuda Shin itu masih terpejam dan memagut bibir Jiyeon—melepaskan hawa nafsu yang sudah tidak terbendung.

Bagaimana tidak, belakangan ini ia seakan tidak diberikan kesempatan untuk berjumpa dan memadu kasih dengan Jiyeon karena terlalu sibuk belajar.

"Miss Yoon?" Jungkook bernapas berat di depan bibirnya kala ciuman mereka terlepas. "Kau sengaja menggunting rokmu?"

"Huh?" Pun Jiyeon mengerjapkan maniknya, ia bingung. Belum dapat mencerna secara keseluruhan maksud pertanyaan Jungkook.

Tatapan pemuda Shin itu menggelap. "Lain kali jangan memperlihatkan paha mulusmu itu di depan banyak orang." Jiyeon menelan salivanya susah payah begitu belaian-belaian lembut menyapu permukaan pahanya, terus naik ke atas. "Aku tidak suka. Kau membuatku tidak tenang selama pelajaran," tambahnya sambil satu tangan itu memberikan remasan pada bokong sintal si gadis dibalik rok yang ia kenakan.

Jungkook mengutarakan perasaannya yang mengganjal kala mengikuti kelas. Ia hanya menahan diri untuk tidak memberikan si gadis hukuman lantaran mereka datang tepat saat bell masuk berbunyi. Pun Jungkook baru sadar jika Jiyeon tampak berbeda hari ini, dan yang membuatnya demikian adalah rok seragam yang perempuan Yoon itu kenakan.

Oh, baiklah, Jiyeon tidak bisa mengelak atas tuduhan absolut sang dominan barusan. Ia sekarang memang memakai rok seragam lamanya, ukurannya sudah kecil tapi menurut Jiyeon tidak begitu pendek saat sudah melekat di tubuhnya.

Pandangannya lekas turun, melihat bagian bawahnya. Benar, sedikit mengekspos paha bagian atas, tapi bukankah reaksi Jungkook berlebihan? Menurut Jiyeon, rok yang ia kenakan masih dalam batas wajar dan tidak begitu pendek.

Tapi, Jiyeon tidak melayangkan bantahan yang hanya akan merubah urusan menjadi panjang.

Lantas kepalanya mengangguk patuh. "Aku terpaksa memakai rok lama milikku karena rok seragam biasanya sudah kotor. Jadi, harus dicuci." Ia menuruti tapi juga membeberkan alasan kenapa menggunakan rok yang berbeda untuk hari ini.

WonderfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang