Sembilan: Kepastian

794 94 32
                                    

Alucard tersenyum lebar sembari memandangi foto Miya yang baru saja ia potret diam-diam waktu jam istirahat. Cowok itu asik dengan dunianya sendiri meskipun teman-teman sekelasnya sudah berteriak-teriak sedari tadi.

Bruno mengacak-acak rambutnya gemas, dia mendedis. "DUH MINTA PR GEOGRAFI DONG!!! GUE MALES NIH DIHUKUM SAMA BU HILDA!!"

Layla berdecak, "gue juga belum nyalin, anjing!" dia mengumpat. Layla sibuk menggeser meja agar bisa menyalin tugas Odette yang sudah direbut 5 orang.

Bruno hanya bisa mendengus keras, dia mengecek satu persatu meja untuk mencari celah agar bisa menyontek. Meskipun hasilnya nihil karena tidak ada satupun yang tersisa.

Akhirnya Bruno memutuskan untuk mendekati Alucard walau dirinya sendiri tidak yakin jika Alucard sudah mengerjakan PR...

"Woi Card udah kerjain PR atau belum?" tanya Bruno ogah-ogahan.

Alucard mengangguk cepat, dia masih sibuk memperhatikan foto Miya. "Hm, udah kok."

Mendengar itu, sontak Bruno melotot kaget. "Demi apa?! Lu serius udah ngerjain PR? Lu enggak kerasukan bray?"

Sayangnya Alucard tidak menyahuti Bruno sama sekali. Cowok tinggi tegap itu masih fokus ke layar ponselnya sambil nyengir-nyengir najis. Bahkan tingkahnya mirip seperti orang gila!

Bruno bergidik ngeri saat melihatnya.

Kemudian Bruno duduk di sebelah Alucard untuk menyalin tugas temannya itu. Dia melirik ponsel Alucard lalu mencibir pelan karena melihat foto Miya yang terpampang jelas di layar.

Bruno mendengus, "lu serius banget ya sama Miya?"

"Ya serius lah, kali ini gue pake hati," Alucard menyeletuk tenang. "Gue baru tau kalau jatuh cinta seindah ini..." gumamnya.

Jawaban itu membuat Bruno geleng-geleng kepala, "sorry ya Card, tapi gue gak yakin deh sama Miya." dia memberi pendapat sembari menyalin tugas.

"Maksud lo?" Alucard bertanya dengan nada heran, tapi dia masih fokus memandangi layar ponselnya.

"Maksud gue gini, lo terus deketin tuh cewek kan? Tapi, kenapa si Miya keliatan biasa-biasa aja pas deket sama lo? Dari ekspresinya sih dia juga gak tertarik sama sekali,"

Bruno berpikir sejenak, "percuma deh kalau lo deketin Miya. Hatinya bener-bener hati besi, lo berjuang keras aja kayaknya gak berarti apa-apa ke dia,"

"Saran dari gue, mending lo mundur aja deh Card. Miya tuh susah banget kalau mau ditaklukin, jauh banget levelnya sama mantan-mantan lo itu..."

Ucapan panjang-lebar itu membuat Alucard terdiam. Cowok itu menurunkan ponselnya lalu menatap Bruno dengan tatapan ragu.

Kenapa ... masuk akal?

Bruno meringis, "sebenarnya gue gak masalah kalau lo mau berjuang buat Miya. Tapi kalau cuma lo yang gerak ya pasti sia-sia lah,"

"Itu doang sih yang bikin gue ragu ... dan plus si Miya juga gak ada timbal baliknya ke elu," tegasnya.

Bruno menggigit bawah bibirnya saat sorot mata Alucard mengosong, cowok jangkung itu menggaruk pelipisnya dengan tak enak.

Entah kenapa Bruno jadi menyesal bicara seperti itu...

Dia menepuk pundak Alucard, "maaf kalau gue salah ngomong ya Card."

Setelah Bruno kembali duduk di bangkunya, Alucard masih terdiam di tempat. Dia shock.

♥♥♥

Teettttttt....

Bel pulang sekolah berbunyi, Miya membereskan barang-barangnya dan menyimpannya ke dalam ransel. Gadis berambut panjang itu menghela nafas lega karena pelajaran Kimia sudah berakhir.

UNIverse✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang