Tujuh belas: Berubah

779 83 16
                                    

Miya menaruh sendalnya di rak sepatu, gadis itu mempersilahkan Alucard masuk ke dalam rumah dan menyalakan kipas angin.

"Permisi." Alucard menoleh kanan-kiri. Dia tersenyum kikuk sembari menguasai raut wajahnya yang menegang.

Astaga kok jadi canggung begini?

Kalau boleh jujur, rumah Miya memang besar dan luas, namun terasa sangat sepi seperti tidak ada seorang pun yang tinggal selain mereka berdua.

Hal ini yang membuat Alucard jadi kaku. Dia menggaruk pelipisnya seraya duduk di sofa karena bingung ingin melakukan apa.

"Gue mau beres-beres dulu ya, lu mau minum apa?" Miya bertanya sebelum melesat pergi ke dapur.

Alis Alucard terangkat sebelah. "Emang mau ngapain? Beres-beres apa?!" dia balik bertanya.

"Nyuci piring Card, emang lo gak mau?" Miya mendengus. "Lu makan aja martabaknya kalau lagi laper."

Alucard manggut-manggut mengerti saat mendengarnya, cowok tinggi tegap itu memperhatikan Miya yang sedang sibuk di dapur.

Bosan juga kalau terus-terusan di sini....

Akhirnya Alucard bangkit berdiri lalu berjalan menuju dapur, dia tersenyum tipis saat melihat Miya sedang mencuci piring.

Cowok itu mendekat, "ada yang bisa gue bantu?"

"Eh," Miya menoleh sesaat ke arah Alucard. "Kok lu di sini? Udah makan martabaknya?" ia bertanya.

Alucard menggeleng cepat. "Belum gue makan kok, soalnya lagi kepengen bantuin lu beres-beres,"

Sahutan itu hanya direspon Miya dengan tawa. Entah kenapa dia merasa nyaman saat Alucard di sebelahnya, dada Miya berdesir.

"Btw lo sendirian di rumah?" tanya Alucard lagi.

Miya membilas piring yang baru saja ia sabuni. "Lusa kemarin mama sama papa pergi kerja ke Amrik, katanya besok baru pulang...."

"Hm gitu toh, pantesan."

Kening Miya mengerut heran, "pantesan apa?" ia bingung.

"Ya pantesan lu ikut OSIS, gue tebak kalau lo join kegiatan sekolah karena gak mau sendirian terus di rumah kan?" tebaknya.

Sesaat, kedua mata Miya melebar. "Kok lo tau sih?!"

"Ya kelihatan ih, gitu aja kok gak tau sih yang." sahut Alucard diiringi tawa jenaka.

Miya hanya tersenyum tipis. "Iya sih, gue juga jadi caper karena jarang banget dapet perhatian di rumah. Bonyok sibuk kerja mulu, jadinya gak ada yang nemenin gue main deh,"

"Tapi gue senang kok. Anak-anak di kelas gue juga mau nerima gue apa adanya, padahal gak ada yang spesial dari gue,"

Sorot mata Miya meneduh. "gue kadang mikir kalau orang-orang gak suka sama sifat gue yang caper. Bukan tanpa alasan sih, gue begitu karena butuh teman aja...."

Hening. Alucard pun mengulum bibir saat mendengar cerita gadis itu, dia ingin sekali menghibur Miya namun lidahnya mendadak kelu.

"Kita ganti topik deh," Miya bersuara. "Terus lo gimana? Pernah ngapain aja sama mantan-mantan lo?"

Alucard mengerjap-ngerjapkan mata saat mendengar pertanyaan itu. "Mungkin yang itu gak perlu dibahas deh, gue takut lo kecewa ka—"

"Cerita aja Card, gue siap dengerin kok," celetuk Miya tenang. "Kalau ciuman gue yakin pernah. Kalau hubungan suami-istri gimana?"

Pipi Alucard langsung memerah padam, rasanya agak frontal jika Miya menanyakan hal itu.

"Kalau boleh jujur... ya pernah," jawab Alucard ragu-ragu.

UNIverse✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang