Enam belas: Perasaan

923 76 24
                                    

"Hah!"

Miya berjalan keluar dari sekolah bersama Dyrroth dengan cepat. Gadis itu terduduk di dekat trotoar sembari menggigit bawah bibirnya sendiri. Dia benar-benar merasa sesak saat melakukan ini.

Alucard pasti shock dengan ucapannya barusan, tapi ini cara terakhir agar Miya bisa melupakan cowok itu. Setidaknya agar perasaan Miya tidak bertambah besar.

Jujur, Miya tidak punya pilihan lain...

Sorot mata Dyrroth menyendu ketika sahabatnya itu mulai terisak. Miya selalu saja memaksa dan menahan diri.

"Gue gak tau lagi," lirih Miya frustasi. "Sebenarnya ini cara yang tepat atau enggak? Gue bingung Roth."

Dyrroth menghela nafas, "lo tuh kalau suka sama Alucard kenapa enggak digas aja sih? Lo udah tau penjelasan nya loh, kenapa masih maksa buat lupain dia?!"

"Itu sama aja nyakitin diri lo sendiri Miy," lanjut Dyrroth dengan tegas.

Hening. Miya hanya bisa menangis tanpa berbicara sepatah katapun lagi, menyesal pun sudah terlambat karena Alucard pasti membencinya.

Setelah dipermalukan seperti itu tidak mungkin tetap baik-baik saja...

Tangan kanan Dyrroth terangkat untuk mengusap lembut puncak kepala Miya. "Udah ayo pulang Miy. Nangisnya di rumah aja, jangan di sini."

♥♥♥

18.24

-

Miya menerima sebungkus martabak dari mas Brandon, pria paruh baya tersebut terlihat sibuk melayani para pembeli yang cukup banyak. Memang di komplek perumahan nya martabak mas Brandon sangat enak sampai-sampai laku keras.

Setelah itu, Miya berbalik pergi menuju ke rumah. Dia mengeratkan jaketnya karena udara saat malam hari terasa dingin.

Pikiran Miya masih kalut karena terus teringat sosok Alucard...

Lo sinting Miy, gumam gadis tersebut seraya menghela nafas.

Miya sedikit mendongak ketika melihat seseorang berdiri di dekat rumahnya. Langkah kaki Miya terhenti secara refleks bersamaan dengan tubuhnya yang membeku.

Kenapa Alucard di sini?

Iris mata Alucard tiba-tiba tertuju ke arahnya, bahkan Miya termundur kecil saat cowok itu hendak berjalan mendekat. Gadis itu masih shock.

Bagaimana—

"Miy."

Suara serak milik Alucard memanggil Miya dengan pelan. Tangannya terulur ke depan, "Gue mau jelas—"

"Mau jelasin apalagi?" tanya Miya sarkastik, sorot matanya berubah dingin.

"Lo udah gue maluin di depan orang-orang dan masih berani deketin gue lagi? Lo punya harga diri gak sih?" sinis Miya pedas.

Karena tidak bisa menyahut, Alucard pun menunduk. "Iya gue sadar kok. Tapi gue emang pantes digituin kan?"

Miya tercekat.

"Gue tau lo jijik sama kelakuan gue. Mainin cewek dan manfaatin mereka semua, pasti kehadiran gue bikin lo risih,"

Alucard menarik nafas, "tapi Miy ... gue cuma mau berubah jadi lebih baik. Gue lagi belajar dan berusaha memperbaiki sifat buruk gue demi lo,"

UNIverse✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang