Cklek
Asiyah membuka dengan pelan knop pintu kamarnya, sebelum itu ia lebih dulu mengintip di sela-sela pintu, takut-takut jika saat ini Adam bisa saja dalam keadaan yang membuat dirinya tersipu, karena abis dari Akad, mereka langsung membersihkan diri, suaminya membersihkan diri di kamarnya sedangkan dirinya memilih membersihkan diri di kamar mandi samping dapur.
Dirinya mendadak gugup, saat netra matanya menangkap pemandangan seseorang lelaki yang sudah Sah menjadi suaminya itu yang saat ini sedang merebahkan diri di kasur dengan handphone di tangan, sepertinya Adam tidak menyadari kedatangannya disini.
Asiyah berjalan sangat pelan, kenapa dia harus terlihat gugup seperti ini? Apa memang seperti ini keadaan pengantin baru di malam pertamanya? Asiyah meremas kedua tangannya.
"Kamu..."
Suara itu membuat langkah Asiyah terhenti, ia menunjukkan dirinya sendiri, seakan bertanya 'saya'.
"Iya kamu, siapa lagi jika bukan kamu yang berani masuk tanpa mengetuk pintu,"
"Maaf..." Hanya kata itu yang Asiyah ucapkan, tapi tunggu kenapa dia harus meminta maaf? Bukannya ini kamarnya.
"Cepatlah tidur, besok kita berangkat pagi,"
Asiyah tersenyum, apa ia tidak salah dengar Adam baru saja menunjukkan perhatiannya.
"Jangan geer, saya mengatakan itu karena amanah Ummi saya,"
Rasa bahagia itu seketika redup, Apa Adam tidak ingin membuatnya sedikit bahagia?
Asiyah melangkah pelan ke arah kasur, jantungnya seakan berdebar kencang. Apa malam ini akan menjadi malam terpanjang? Asiyah memukul pelan keningnya, mikir apa dia?
Merasa ada gerakan disamping kasur, membuat Asiyah menoleh yang tadinya fokus pada guling dan sekarang netra nya memandang heran kearah Adam yang beranjak bangun dari kasur dengan bantal ditangan.
"Ma-s mau kemana?"
Asiyah mengigit bibir bawahnya, saat kata 'Mas' keluar begitu saja dari bibir mungilnya. Ia takut jika Adam tidak suka dengan panggilannya tadi.
Adam tak langsung menjawab, ia lebih memilih merapikan terlebih dahulu tempat tidurnya malam ini, yaitu sofa. Sepertinya malam ini ia harus mengorbankan tubuhnya daripada harus tidur dengan wanita itu.
"Jangan berharap lebih dari pernikahan ini, ingat kita menikah karena terpaksa. Jadi jangan banyak bertanya, saya lelah."
Ada getaran kebahagiaan di hatinya, karena baru kali ini ia mendengar kalimat terpanjang dari mulut Adam, tapi kenapa harus dengan kalimat itu. Asiyah tersenyum pahit.
Asiyah hanya bisa terdiam, netra matanya masih memandang lekat kearah Adam yang saat ini sudah memejamkan matanya. Apa seperti ini malam pertamanya? Tanpa sadar air matanya meluncur dengan bebas melewati pipinya, tangannya bergerak mengusap air matanya dengan kasar. Apa memang ia tidak boleh berharap? Dia juga ingin merasakan apa itu kebahagiaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlas Bersamamu |END|✓
Spiritual⚠️ DON'T COPY MY STORY ⚠️JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, KEJADIAN, LATAR, SUASANA SAYA MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA KARENA ITU DILUAR DUGAAN SAYA! ⚠️ JANGAN BACA DIWAKTU SHALAT, TETAP JADIKAN AL-QURAN PALING UTAMA UNTUK DIBACA ⚠️ CERITA INI DI PERUNTUK...