Disaat aku butuh perlindungan, namun kenapa harus kesakitan yang kudapatkan.
***
Tubuh Asiyah hanya bisa mematung, bibirnya terasa sangat kelu. Ia hanya bisa diam ketika Sabilla masuk dengan seenaknya bahkan belum Asiyah persilahkan, menganggap seperti di rumah sendiri. Sebenarnya Asiyah tak terlalu keberatan, namun kenapa benaknya malah terus berpikir negatif. Apa lagi ini? Kenapa Sabilla tiba-tiba datang? Apa ia tidak akan bisa merasakan kebahagiaan yang lebih bertahan lama. Ya Tuhan kuat kanlah hamba.
Sabilla berjalan sangat angkuh dan sombong memasuki rumah megah bernausa coklat itu dengan tangan mendorong kopernya, akhirnya impiannya tercapai juga. Tak henti-hentinya bibir itu terus berdecak kagum dengan isi rumah ini, Sabilla sangat yakin akan sangat betah tinggal disini selamanya. Dalam hati, ia bersorak gembira membayangkan betapa nyamannya tinggal di rumah megah ini. Ahh, rasanya tidak sabar untuk segera menempati tempat ini.
Sabilla menoleh kebelakang melihat Asiyah dengan pandangan mengamati dari ujung kaki hingga wajah. Ia berdecak sembari terkekeh sinis. Ahh, ternyata yang dikatakan Bundanya benar, wanita itu sungguh tak ada bedanya dengan dulu tetap saja kampungan, namun hanya saja berat badan itu terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Apa wanita itu memang tak bahagia?
Whoaa, sungguh Sabilla sangat bangga dengan Bundanya, ternyata semua itu berhasil. Bundanya patut di beri jempol karena sudah berhasil menghasut. Sabilla tertawa keras dalam hati, akhirnya apa yang ia inginkan memang kenyataan, wanita itu tak pernah merasakan kebahagiaan.
"Kenapa lo diam saja Asiyah? Kaget dengan kedatangan gue kesini hah?" Dengan senyum sinis, kedua tangan di lipat di dada, Sabilla menatap Asiyah dengan pandangan meremehkan. Sabilla berdecak melihat Asiyah yang masih terlihat lugu, sembari menyelipkan rambutnya kebelakang telinga.
"Bill, apa yang kamu lakukan disini? Dari mana kamu tahu rumah ini?" Dengan sekuat tenaga Asiyah harus menampakkan kekuatannya, menguatkan diri agar tidak terlihat rapuh. Ia tidak boleh terlihat lemah, walaupun bayangan masa lalu terus saja berputar bagaikan kaset rusak di otaknya. Dirinya harus kuat, Asiyah tidak ingin terus dianiaya.
"Lo pikir gue bodoh! Gue tahu semua tentang lo Asiyah, dan gue tahu seberapa menderitanya lo disini!" Sabilla memutar matanya malas, terlihat jijik dengan Asiyah yang seolah kuat, padahal sangat rapuh. Ia sudah lama mengenal Asiyah, jadi tentu saja Sabilla mengerti bagaimana karakter Asiyah yang sangat bodoh itu.
"Apa maksudmu Bill?" Sungguh Asiyah tidak mengerti dengan arah bicaranya Sabilla.
"Alah ... Gue jijik lihat muka polos lo itu. Ternyata lo sama aja Asiyah, selamanya tidak akan bisa bahagia dimana pun lo berada." Sabilla terkekeh sinis, melihat wajah Asiyah yang terlihat seperti menahan kesedihan. Wanita itu memang terlihat sangat lemah.
"Stop Bill! Jangan kamu pikir aku lemah, aku tidak akan membiarkan kamu merusak kebahagiaanku lagi. Stop seolah kamu tahu semua tentang aku." Dengan sekuat tenaga Asiyah menahan isak tangis, walaupun sama saja suaranya terdengar sedikit gemetar. Ya Tuhan, berilah hamba kekuatan.
Sabilla berdecak sinis. "Haha, dan sekarang lo mencoba pura-pura kuat Asiyah, bahkan tangan lo saja gemetar haha."
Asiyah mengepalkan erat tangannya yang gemetar, kenapa harus seperti ini? Sungguh ia tidak ingin terlihat lemah. Ia harus kuat menahan air mata yang mungkin saja akan terjatuh dengan lancangnya melewati pipinya tanpa ia minta. "Keluar dari sini!" Bentak Asiyah sedikit keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlas Bersamamu |END|✓
Spiritual⚠️ DON'T COPY MY STORY ⚠️JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, KEJADIAN, LATAR, SUASANA SAYA MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA KARENA ITU DILUAR DUGAAN SAYA! ⚠️ JANGAN BACA DIWAKTU SHALAT, TETAP JADIKAN AL-QURAN PALING UTAMA UNTUK DIBACA ⚠️ CERITA INI DI PERUNTUK...