Kadang, kamu harus kehilangan seseorang dulu sebelum akhirnya menyadari betapa berartinya dia dalam hidup mu
***
Asiyah menatap kosong orang yang berlalu lalang di depannya, sembari duduk di atas kursi kayu panjang yang di dominasi warna biru langit.
Sejenak Asiyah ingin mengistirahatkan tubuhnya, berjalan kaki berjarak sangat jauh cukup membuat Asiyah kelelahan.
Taman, yap pilihannya adalah taman. Taman yang beberapa hari yang lalu ia kunjungi. Seketika benak Asiyah kembali mengingat pada bocah kecil yang begitu menggemaskan, Reikan.
Entahlah, saat ini Asiyah sangat berharap kehadiran Reikan di dekatnya. Namun, setelah melihat satu demi satu orang yang berlalu lalang di depannya membuat harapannya pupus seketika, karena maniknya tak menemukan bocah menggemaskan itu.
Asiyah menghela napas panjang, waktu semakin sore. Asiyah harus segera mungkin kembali ke tempat kelahirannya, Aceh. Ya, Asiyah akan kembali kesana. Bukan, tempat bunda Sarah melainkan rumah peninggalan orangtuanya.
Mengingat orangtuanya, sungguh demi apapun kerinduan itu kembali membuncah, Umi dan Abi yang sangat Asiyah rindukan.
Asiyah beralih menatap ponsel yang masih di genggamannya yang sudah menampilkan layar berwarna hitam. Entahlah keputusan kali ini salah atau tidak, tapi sungguh Asiyah membutuhkan ketenangan hingga memilih mematikan ponselnya.
Tanpa sengaja manik matanya melihat rantai gelang yang di berikan oleh Adam, tak pernah sekalipun Asiyah melepaskan gelang itu dari pergelangan tangannya.
Mata Asiyah mulai memanas. Ia menarik napas dalam, mencoba menahan suara tangisnya dengan membungkam mulutnya sendiri.
Memang, mengikhlaskan itu sangat sulit, bahkan sulit sekali. Tapi Asiyah selalu berusaha melakukan itu. Asiyah tahu bahwa ujian dan cobaan merupakan salah satu cara Allah menggugurkan dosanya.
Tak ada gunanya merenungi semua ini, berlarut-larut dalam kesedihan dan mengulang- ulang berpikir tidak akan mengubah apapun yang telah terjadi.
Setidaknya, Asiyah selalu menyiapkan penuh penerimaan dan memasrahkan segalanya kepada Sang Maha kuasa, menjalani hidup dengan selalu Istiqomah di jalan Allah.
Asiyah tersentak, tiba-tiba seseorang yang tak di duga merampas kasar ponsel dari tangannya, sontak bola mata Asiyah membulat sempurna.
Asiyah bergegas bangkit, niat ingin mengejar. Seketika lenguhan meluncur dari bibir Asiyah akibat rasa nyeri tajam di perut bagian bawahnya yang langsung menerjang secara mendadak. Asiyah memegangi permukaan perut ratanya.
****
Bagi yang tidak sabar menunggu bab selanjutnya kalian bisa membeli seperti novel versi cetak dalam versi ebook (SUDAH END). EBOOK PDF ini berisi versi lengkap seperti Novel. Lebih panjang, seperti kakak membeli novel versi cetak seharga 90k💗😍 dengan total 501 halaman.
EBOOK PDF Ikhlas Bersamamu ini harganya Rp. 45.000 yang bisa kamu beli melalui WhatsApp di nomor : 0838‑4105‑6192
FORMAT PEMESANAN
• Nama Lengkap :
• No. Hp :
• Alamat Email aktif (jangan sampai typo) :
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlas Bersamamu |END|✓
Spiritual⚠️ DON'T COPY MY STORY ⚠️JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, KEJADIAN, LATAR, SUASANA SAYA MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA KARENA ITU DILUAR DUGAAN SAYA! ⚠️ JANGAN BACA DIWAKTU SHALAT, TETAP JADIKAN AL-QURAN PALING UTAMA UNTUK DIBACA ⚠️ CERITA INI DI PERUNTUK...