Ya Allah
Aku ikhlas dengan segala rasa pedih dan kecewa yang kini kurasakan, sebab aku yakin Engkau telah menyiapkan hadiah terbesar untukku nanti***
[Sayang, malam ini kamu pakai baju yang Ummi berikan tadi ya, Adam sebentar lagi menjemputmu]
Asiyah mengernyit dahinya bingung, ketika membaca pesan yang baru saja Ummi Aira kirimkan. Adam menjemputnya? Ah, itu tidak mungkin, karena Asiyah sudah terlalu malas memikir tentang itu, ia pun kembali menarik selimut tidurnya dan menutup separuh tubuhnya tapi terhenti saat ponselnya kembali berdering. Dengan gerakan malas, Asiyah membuka kembali pesan itu.
[Ayo sayang, bangkit dari kasurmu Nak, dandan yang cantik ya]
Seketika Asiyah membelalakkan matanya, kenapa Ummi Aira tahu jika ia hendak tidur. Asiyah mengitari sudut kamarnya, jangan bilang Ummi Aira memata-matainya sekarang. Asiyah menghela napas, setelah apa yang ia pikirkan tidak ditemukan, mungkin Ummi Aira hanya menebak.
Asiyah tersenyum saat melihat pantulan dirinya di cermin, hasil make upnya tak terlalu buruk, ia sedikit merapikan tata jilbabnya sebelum beranjak dari duduknya dan mengambil dompet kecil yang senada dengan bajunya. Asiyah mengukir senyum semangat, semoga Adam akan terpesona dengannya hari ini, ia sangat berharap itu.
Asiyah menutup pintu kamarnya, karena matanya yang masih menatap kebawah ia tak melihat punggung lebar itu didepannya, sehingga tanpa sengaja Asiyah menabrak punggung kekar itu.
"Aw ... siapa sih berdiri disini?" Asiyah berdengus kesal, ia mengelus pelipisnya yang sedikit sakit. Asiyah mendongak disaat bersamaan Adam memutarkan tubuhnya.
"Lama sekali." Adam menatap datar kearah Asiyah yang membulatkan matanya tak percaya, mulut itu sedikit terbuka. Ia mengerjabkan matanya berulang, memastikan jika didepannya saat ini benar-benar suaminya bukan hanya mimpi. Sungguh Asiyah belum percaya, dengan lelaki tampan berjas hitam yang dipadukan dengan kaos putih polos di dalamnya. Pipi Asiyah merona seketika. Kenapa suaminya ini terlihat sangat tampan sekali?
"Sudah puas menatap heh?"
Asiyah menyadarkan lamunannya, dengan tampang polos dan imut ia mengangguk kepalanya mengiyakan ucapan sang suami.
Adam berjalan meninggalkan Asiyah yang memanyunkan bibirnya cemberut, berharap Adam akan menggandengnya sampai mobil dan Asiyah dengan nyamannya bersandar pada bahu kekar suaminya, tapi itu hanya angan di mimpinya saja. Sungguh Asiyah tak percaya, suaminya itu tak bisa bersikap romantis sedikit saja!
Asiyah berhati-hati dalam berjalan, sepatu sialan yang sangat menggangu. Saat ini, sepatu yang dipakainya bukanlah tipe nya, ini pertama kalinya Asiyah memakai high heels dan Asiyah terus waspada, jika salah sedikit saja kakinya yang akan jadi korban.
Adam berdengus malas melihat Asiyah yang terlalu lama berjalan, ia kembali berbalik lalu berjalan kearah Asiyah.
"Kenapa lama sekali?"
"Aaaa ... " Asiyah memejamkan matanya kuat, ia mengernyitkan dahinya saat tubuhnya tak terasa sakit sedikitpun, perasaannya tadi ia hampir terjatuh karena suara lelaki yang tiba-tiba menyapanya membuat Asiyah benar-benar terkejut dan berakhir kehilangan keseimbangan.
"Terlalu nyaman, heh?"
Asiyah membelalakkan matanya, ketika membuka matanya pertama kali yang ia lihat adalah wajah suaminya yang tepat didepannya. Jantungnya berdebar cepat seakan ingin lepas dari tempatnya. Seketika Asiyah menahan napas saat wajah Adam mengikis jarak antara mereka. Ia memejamkan matanya kuat, mengulum senyum saat merasa jika Adam ingin menciumnya. Oh God, ini ciuman pertamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlas Bersamamu |END|✓
Espiritual⚠️ DON'T COPY MY STORY ⚠️JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, KEJADIAN, LATAR, SUASANA SAYA MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA KARENA ITU DILUAR DUGAAN SAYA! ⚠️ JANGAN BACA DIWAKTU SHALAT, TETAP JADIKAN AL-QURAN PALING UTAMA UNTUK DIBACA ⚠️ CERITA INI DI PERUNTUK...