29 || "Sial!"

20.9K 1.2K 269
                                    

Huaaa😭😭😭
Sebenarnya ngga tegaa bgtt nulis part ini😭😭 maafin author yaa --- Jangann bully Adam atau pun authorr --- semogaa kliaan menerimaa nyaa --- trimaa kasihh atas vote selama inii.

VOTE DULU SEBELUM MEMBACA:)

Bagi yang tidak sabar menunggu bab selanjutnya kalian bisa membeli seperti novel versi cetak dalam versi ebook (SUDAH END). EBOOK PDF ini berisi versi lengkap seperti Novel. Lebih panjang, seperti kakak membeli novel versi cetak seharga 89k💗😍 dengan total 501 halaman.

EBOOK PDF Ikhlas Bersamamu ini harganya Rp. 45.000 yang bisa kamu beli melalui WhatsApp di nomor : ‪0838‑4105‑6192‬

FORMAT PEMESANAN

• Nama Lengkap :
• No. Hp :
• Alamat Email aktif (jangan sampai typo) :

***

Jantung Asiyah sudah bersiap melompat, setelah sadar bahwa tubuhnya hanya terbalut selimut berwarna putih yang membingkai ranjang besar itu. Di raba tubuhnya sendiri seraya memastikan jika memang tidak ada sehelai benang pun yang menempel di tubuhnya dari balik selimut. Sekujur tubuh Asiyah tiba-tiba gemetar setelah melihat seorang pria sedang terlelap tidur di sampingnya dengan bertelanjang dada, Adam tertidur di sampingnya dengan napas teratur tanpa busana.

Asiyah mengedipkan matanya beberapa kali berusaha untuk kembali sadar dan mengingat kembali setiap kejadian itu. Semuanya terasa begitu cepat, di mulai saat Seo membawanya keluar menuju taman, lalu menyerahkan sebuah ponsel padanya, awalnya Asiyah bingung melihat ponsel itu, setelah ia memastikan ponsel itu memang miliknya. Asiyah semakin tak mengerti. Kenapa Adam memberi ponselnya lewat Seo?

Secara tiba-tiba, hatinya pun merasa tidak tenang, gelisah, perasaan yang begitu khawatir pada suaminya, seperti Sesuatu hal yang buruk akan terjadi, karena tak bisa melawan rasa itu. Asiyah pun berlari meninggalkan Seo yang terus berteriak memanggilnya. Asiyah terus mengabaikannya dan tetap berlari sekencang mungkin ke rumahnya, perasaan ini sungguh tidak nyaman, ia menjadi takut jika Adam mengalami kejadian yang tak Asiyah inginkan. Jadi dirinya harus memastikan dengan kepala matanya sendiri. Setelah sampai di rumah, Asiyah sejenak mengatur deruh napasnya yang masih terasa memburu dengan pandangan mendongak ke arah tangga.

Seketika Asiyah membulatkan matanya dan mengernyitkan bingung saat melihat Sabilla yang keluar dari kamar suaminya dengan pakaian yang tak begitu layak di kenakan. Tak hanya itu, Sabilla juga berteriak dengan ekspresi yang begitu marah sekaligus emosi, terlihat sangat kesal, bukan padanya tapi pada ponsel yang menempel di telinga kiri Sabilla, kalau di dengar dari nada suaranya Asiyah bisa menebak jika saat ini Sabilla dengan telepon dengan Bunda Sarah.

Asiyah semakin tak mengerti apa yang terjadi. Asiyah kembali berlari ke arah tangga setelah melihat Sabilla yang sudah beranjak pergi kearah balkon hingga hilang dari pandangan matanya. Sungguh, ini membuatnya semakin bingung. Apa yang di lakukan Sabilla di dalam kamar suaminya? Apa terjadi hal buruk?

Asiyah segera mengenyahkan pikiran negatifnya itu. Aneh saja, ia tidak pernah melihat Sabilla berpakaian begitu seksi dan parahnya lagi Sabilla baru saja keluar dari kamar suaminya. Asiyah terus mengeleng pelan, saat benaknya terus terlintas pikiran negatif tentang mereka berdua.

Asiyah segera beranjak masuk tanpa mengetuk pintu, karena pintunya memang sudah terbuka. Setelah ia masuk, hal pertama kali yang Asiyah lihat adalah cahaya kamar yang tampak lebih gelap, tak seperti biasanya.

Asiyah mengernyitkan dahinya kala itu, ia bingung setengah mati. Menghilangkan rasa bingung yang begitu membunuhnya, Asiyah hendak meraih saklar lampu kamar, namun sebelum itu terjadi, seseorang menarik pergelangan tangannya, tentu saja Asiyah memekik kaget, sangat keras sekaligus ketakutan. Asiyah terus meronta-ronta dari cekalan kuat tangan seseorang itu, sungguh sakit. Bukannya terlepas, tangannya akan semakin sakit jika terus memberontak, tentu saja kekuatannya terasa lebih kecil dari seseorang yang menariknya ini. Tubuh Asiyah lemah, ia hanya bisa pasrah saat dirinya di dorong keranjang hingga terjatuh terlentang. Mata Asiyah hanya bisa terpejam saat itu, kini Asiyah begitu ketakutan, jantungnya berdebar begitu kencang saat menyadari seseorang menindih tubuhnya. Asiyah kembali meronta dengan kuat, tetap saja tubuhnya akan semakin sakit karena seseorang itu tak hanya menindihnya tapi juga memegang kedua pergelangan tangannya, mengukung tubuhnya, memenjara dengan kedua tangan di antara pundaknya sekaligus menyempit tubuh kecilnya dengan tubuh kekar itu.

Ikhlas Bersamamu |END|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang