12 || Pilihan?

22K 1.2K 98
                                    

Haruskah aku memilih dia, wanita yang ku cintai

***

Asiyah menatap kartu kredit American Express Centurion atau dikenal dengan black card. Ia sangat terlihat kaget saat menemukan kartu ini di atas nakas kamarnya, Asiyah terus menatap dengan begitu lekat serta dahi berkerut halus, tentu ia bingung kenapa tiba-tiba kartu ini ada di kamarnya? Asiyah tahu kalau ini pelakunya adalah suaminya sendiri. Kenapa Adam tiba-tiba memberikan kartu yang baru pertama kali ia lihat ini? Padahal waktu itu ia pernah meminta uang sama suaminya tapi yang didapatnya hanyalah kemarahan suaminya. Entahlah Asiyah benar-benar tidak mengerti dengan sikap Adam padanya.

Asiyah menyandarkan tubuh mungilnya di sandaran sofa, ia menatap dengan begitu seksama kartu itu bahkan jarak wajahnya dengan kartu itu hanya tujuh belas senti. Bagaimana ia menggunakan kartu ini? pasti limit di kartu ini tak terhitung jumlahnya. Asiyah bergedik ngeri membawa kartu ini, bisa saja orang mengiranya manusia miliader. Asiyah mengambil ponsel lalu searching tentang kartu yang digenggamannya sekarang. Asiyah membulatkan matanya ketika membaca kalimat "Kartu Black Card cumah horang kayah yang punyah". Asiyah memang tidak meragukan lagi jika Adam memang sekaya itu.

Asiyah meletakkan kembali kartu itu di atas meja di depannya, lalu mengambil remote TV dan membuka siaran kartun Doraemon, yang biasanya ia tonton setiap pagi, berhubung Asiyah bingung melakukan apa karena semua pekerjaannya sudah selesai, Asiyah lebih memilih bersantai-santai didepan TV. Asiyah mencomot beberapa keripik pisang di dalam toples yang sekarang berada di atas pangkuannya dengan mata yang menatap fokus kearah TV.

Asiyah tersentak kaget saat sofa disebelahnya sedikit melesak, seperti ada yang mendudukinya. Ia menoleh dan melihat pelakunya yang sedang terkekeh kearahnya. Asiyah tersenyum canggung kearah Seo, karena Seo menatapnya dengan tatapan tidak bisa diartikan.

"Assalamualaikum, nona." Ujarnya dengan senyum yang terus melekat di wajah tampan itu.

Asiyah berdehem, lalu sedikit memberi jarak antara dirinya dengan Seo. "Wa'alaikumsalam salam, kok kakak nggak kerja?"

Seo tersenyum, lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa dengan tangan direntangkan di pinggiran atas sofa. "Semuanya sudah selesai."

Asiyah menunduk, lalu kembali mendongak kearah TV. "Mas Adam ke kantor ya kak?"

Seo mengangguk. "Iya."

Asiyah menghela napas panjang, ia menyesal karena tidak terbangun lebih awal, sehingga tidak bisa melihat keberangkatan Adam ke kantor. Padahal suaminya itu sedang dalam keadaan kurang sehat, tapi tetap saja keukeh ingin bekerja. "Mas Adam padahal lagi sakit, tapi tetap saja kerja terus nggak bangunin Asiyah." Ucap Asiyah kesal, bibirnya mengerucut ke depan dengan kaki ia hentakkan kecil di lantai.

Seo terkekeh kecil menatap wajah imut itu. "Tuan Adam memang seperti itu, terlalu keras kepala sejak saya mengenalnya dari kecil."

Asiyah memalingkan wajahnya kearah Seo. "Asiyah bingung, harus bagaimana lagi mengubah sikap Mas Adam pada Asiyah, padahal Asiyah sudah baik banget lho, sabar lagi."

Huft!

Seo terkekeh kecil. "Nona memang paling sabar dan paling cantik di dunia!"

Asiyah tercengang, matanya melebar sempurna. Sungguh ia benar-benar terkejut dengan ucapan Seo. Asiyah berdehem salah tingkah, lalu memutuskan kontak mata dengan Seo. Asiyah lebih memilih menatap ke layar besar di depannya. "Ehem, kak Joon bikin Asiyah malu." Ia mengigit bibir mungilnya gugup.

Ikhlas Bersamamu |END|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang