23 || Peringatan Terakhir

21K 1K 109
                                    

Bagi yang tidak sabar menunggu bab selanjutnya kalian bisa membeli seperti novel versi cetak dalam versi ebook (sudah END). EBOOK PDF ini berisi versi lengkap seperti Novel. Lebih panjang, seperti kakak membeli novel versi cetak seharga 89k💗😍 dengan total 501 halaman.

EBOOK PDF Ikhlas Bersamamu ini harganya Rp. 45.000 yang bisa kamu beli melalui WhatsApp di nomor : ‪0838‑4105‑6192‬

FORMAT PEMESANAN

• Nama Lengkap :
• No. Hp :
• Alamat Email aktif (jangan sampai typo) :

                                          ****

Adam berjalan santai dengan satu tangan kanannya di masukkan ke dalam saku celana, melewati setiap koridor rumahnya sembari melirik arloji di tangan kirinya. Suara sepatu itu tampak terlihat terburu-buru. Adam tidak boleh telat, karena hari ini ia mengajak seseorang untuk bertemu. Sungguh dirinya sudah sangat merindukan seseorang itu. Langkahnya perlahan melambat, saat matanya tak sengaja melihat Seo yang sedang menyandarkan punggung dengan pandangan ke depan. Siapa yang sedang Seo tunggu? Apakah Asiyah? Tapi bukankah Asiyah sedang tidur sekarang.

Tak ingin memperdulikan, Adam kembali melanjutkan langkahnya yang tadi sempat terhenti, namun baru beberapa langkah, suara Seo tampak memanggilnya, otomatis Adam membalikkan tubuhnya, menatap Seo dengan menaikkan alis kirinya seolah bertanya.

"Ada apa? Kalau bukan hal penting, sebaiknya tidak usah katakan!" Adam kembali membalikkan tubuh, namun baru satu langkah, dirinya dibuat mematung dengan apa yang Seo katakan.

"Apa anda sudah mencintai Asiyah?"

Adam terdiam, terpaku dengan pertanyaan Seo yang tiba-tiba menanyakan hal itu. Ia bingung. Kenapa kalimat itu yang membuatnya menjadi lelaki pengecut Seperti ini? Kenapa kalimat itu begitu terasa menjadi beban dalam hidupnya. Mungkin bagi orang yang saling mencintai, pertanyaan itu akan sangat mudah dan bahkan gampang untuk mendapatkan jawabannya. Lain halnya dengan dirinya, yang menganggap kalimat itu hanyalah sebuah kalimat yang meruntuhkan semuanya.

Seo tersenyum tipis, menatap punggung tegap Adam yang membelakanginya. Dengan kedua tangan di masukkan ke dalam saku celana, Seo berjalan perlahan mendekati Adam, lalu menepuk bahu itu. "Ah, Anda tidak perlu menjawabnya, karena dari mata anda saja. Saya sudah bisa menebaknya!" Bibir Adam terasa sangatlah kelu, otaknya terasa kosong tanpa bisa berpikir apapun. Sungguh jika membahas tentang hal ini, dirinya sangat-sangat tidak bisa mengeluarkan satu kata pun.

"Ini peringatan terakhir, tolonglah lindungi Asiyah, saat saya masih mengingat batasan saya!" Seo sedikit menyamakan kakinya dengan tubuh Adam, dan sekarang terlihat jelas. Seo menatap Adam dari samping, dengan senyum tipis. Kini wajah itu sama saja, seperti tak ingin mengeluarkan sepatah kata pun.

"Kau ingin bertemu dengan wanita itu?"

Adam tak menggubris, dan lebih memilih melangkah kakinya menuruni tangga meninggalkan Seo yang tampak menghela napas dengan sikap Adam. Namun di gundukan tangga akhir, langkah Adam terhenti. Ia menghela napas panjang sebelum mengatakan pertanyaan yang sudah dari dulu selalu memenuhi otaknya dan sampai kini belum juga mendapatkan jawaban. Dirinya harus segera memastikan, karena ini juga ada sangkut-pautnya dengan pilihannya.

"Apa kau mencintai Asiyah, Seo? Kenapa kau begitu peduli padanya?" Adam bertanya sembari membalikkan badannya, ia sangat tahu bagaimana ekspresi Seo yang akan tercipta. Tinggal Adam menunggu jawaban dari bibir Seo saja. Jika Seo mengatakan iya, maka mungkin dialah yang harus menyerah? Menyerahkan Asiyah pada lelaki yang sebenarnya sangatlah tulus mencintai Asiyah, daripada lelaki brengsek sekaligus pengecut Seperti dirinya begitu tidak pantas untuk Asiyah yang tampak sangatlah sempurna, Asiyah berhak mendapatkan yang lebih layak, membimbing wanita itu ke jalan-Nya.

Ikhlas Bersamamu |END|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang