PART 4 "Kebohongan Bukan Solusinya"

107 5 0
                                    

"Kamu benar menginap di rumah Dara, bukan ke tempat lain?"

      Mendengar Vanno bertanya seperti itu, seketika Lyssa ingin menangis.

"Vanno. Kamu curigaan banget sama adik sendiri. Jangan gitu aahh." tegur Lia merasa anak laki-lakinya terlalu berlebihan.

"Vanno bukan curiga tanpa dasar, Ma." ucap Vanno yang membuat kedua orang tua mereka mengenyit bingung.

"Maksud kamu?" tanya Rama pada anak pertamanya itu.

      Lyssa benar-benar ingin menenggelamkan dirinya sekarang. Bagaimana jika kakaknya tau dia pergi ke club tadi malam? Lebih parahnya lagi kakaknya tau dia telah diperkosa oleh laki-laki yang sangat ia benci.

"Semalam kakak sempat lacak lokasi handphone kamu, Sa." ucap Vanno pada Lyssa tanpa menjelaskan secara langsung pada orang tua mereka. Dia lebih memilih mendengar penjelasan dari adiknya terlebih dahulu.

"Loh? Kamu bilang handphone kamu habis baterai dan kamu lupa charge. Kok kakak kamu bisa ngelacak lokasi handphone kamu?" kini Lia juga ikut curiga pada Lyssa.

      Yang dicurigai hanya bisa menundukkan wajahnya. Dia tidak menemukan jawaban yang tepat. Terlebih lagi ada kakaknya yang sangat jenius dalam menebak raut wajah seseorang. Itu sebabnya kakaknya menjadi pengusaha yang sangat sukses diusianya yang masih muda.

"I-itu mungkin sebelum handphone Lyssa mati, Ma." jawab Lyssa tetap menundukkan kepalanya.

"Iya. Karena saat kakak akan melacak lebih detail lagi, lokasi kamu tidak ditemukan." ucap Vanno membenarkan jawaban Lyssa.

"Terus? Kenapa kamu curiga sama adik kamu? Kamu sendiri tau itu sebelum handphone Lyssa mati kan?" Lia masih tidak paham arah pembicaraan Vanno.

"Yang membuat Vanno curiga, lokasi itu berlawanan arah dengan alamat rumah Dara." jawaban Vanno bagai petir disiang bolong untuk Lyssa.

"Hah? Yang benar kamu Vanno? Lyssa kamu gak bohong kan sama mama?" tanya Lia benar-benar terkejut dengan apa yang ia dengar.

     Yang ditanya hanya diam saja.

"Lyssa, kenapa gak jawab?" Rama ikut menginterogasi sang putri.

"Kalau kamu emang gak pergi ke rumah Dara, ya sudah kamu tinggal bilang aja kamu kemana. Gak perlu sampai berbohong seperti itu." Lia mencoba membujuk putri kesayangannya itu.

"Kenapa kamu keliatan takut? Kalau kamu tidak salah, kamu gak perlu takut seperti itu. Kamu tinggal menjelaskannya kepada kami." ucap Vanno yang benar-benar tau gelagat Lyssa.

       Batin dan pikirannya berkecamuk. Hati dan otaknya bahkan tidak satu pilihan. Hatinya ingin berbagi semua masalah yang tengah ia alami, ia ingin menceritakan semuanya. Tapi otaknya sama sekali tidak siap untuk menanggung kemarahan mereka.

'Apa yang harus aku katakan?' batinnya bertanya-tanya sendiri.

"Dek." panggilan Vanno yang super dingin membawa Lyssa kembali ke permukaan. Menatap wajah sang kakak yang terlihat begitu menyeramkan di matanya untuk saat ini.

"I-itu, sebenarnya... Lyssa emang mau ke rumah Dara. Tapi ada urusan -...i-iya urusan gitu. Jadi harus ke tempat lain dulu. Ta-tapi setelah itu Lyssa ke rumah Dara." jawab Lyssa tergagap. Dia tidak berani menjawab sambil menatap orang-orang yang tengah memperhatikannya.

"Urusan apa?" tanya Vanno masih tidak percaya, apalagi Lyssa nampak gugup saat menjawabnya.

"U-urusan cewek laah. I-iya urusan pribadi cewek. Masa kakak mau tau itu sih, kakak kan cowok." jawab Lyssa terdengar tidak masuk akal.

Hubungan dalam Kerumitan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang