Sudah satu bulan berlalu begitu saja. Tanpa ada satupun dari apa yang Rakha lakukan untuk membuat Lyssa kembali itu berhasil. Meski Rakha terus berusaha fokus pada pekerjaannya, tetap saja pikirannya tidak teralihkan begitu saja dari sosok Lyssa. Sampai saat ini Rakha masih bisa bernafas lega. Pasalnya Lyssa belum memberikan keputusan apapun.
"Pak, sebentar lagi kita ada meeting dengan perusahaan Pak Rian." sekretaris Rakha membacakan jadwal Rakha.
Namun, sekretarisnya itu tahu, kalau atasannya tidak sedang mendengarkan apa yang ia bacakan tadi.
"Pak." panggilnya pelan berusaha mendapatkan fokus Rakha.
"Pak!" ulangnya menguatkan suaranya sedikit.
"Ah, iya? Kenapa, Bel?" tanya Rakha sedikit terkejut. Namun berusaha dia tutupi dengan sikapnya yang mencoba profesional.
Sekretaris bernama lengkap Bela Amalia itu hanya menghela nafas pelan. Dia mulai terbiasa dengan atasannya yang sudah bersikap seperti ini sejak sebulan yang lalu. Namun, dia tidak tahu detail permasalahan yang sedang dihadapi oleh atasannya itu.
"Kita ada meeting dengan Pak Rian sebentar lagi. Bapak bisakan?" tanya Bela mencoba pengertian.
"Pak Rian?" Rakha tampak berpikir tentang kliennya yang bernama Rian.
"Iya, pak Rian yang sekitar sebulan yang lalu meeting dengan bapak tapi belum ada kepastian tentang kerjasama perusahaan kita dan perusahaan mereka. Oleh karena itu Pak Rian mengajukan meeting lanjutan." jelas Bela dengan tenang. Dia adalah sekretaris yang sudah berpengalaman, terlihat dari sikap profesionalnnya.
Seketika ingatan Rakha terbawa kembali pada kejadian sebulan yang lalu. Dari mulai dia yang berbaikan dengan Lyssa sampai akhirnya mereka berpisah seperti sekarang ini. Dia tahu dengan pasti kalau perusahaan yang akan akan bekerja sama dengan perusahaannya adalah perusahaan milik keluarga Lyssa yang dikelola oleh paman Lyssa. Dan itu artinya Lyssa juga turun tangan dalam meeting kali ini. Tapi bisakah dia menahan diri untuk tidak menghiraukan Lyssa? Dia rasa tidak bisa.
"Pak. Bapak melamun lagi?" Bela lagi-lagi harus menyadarkan atasannya itu.
"Ah, maaf. Saya akan bersiap-siap. Meetingnya di kantor kita atau di kantor mereka?" tanya Rakha sambil merapikan apa yang ada di atas mejanya.
"Di luar, pak. Mereka sudah memesan tempat." jawab Bela dengan sopan namun tegas.
"Baiklah. Kamu boleh keluar. Siapkan berkas-berkas yang harus kita bawa." perintah Rakha.
"Baik, Pak. Saya permisi." Bela membungkuk sedikit dan setelah itu berbalik berjalan ke luar dari ruangan Rakha.
Rakha menghela nafas berat. Pikirannya semakin kacau mengingat akan pertemuan itu.
'Apa Lyssa akan datang?' batinnya berharap.
*****
Ternyata harapan Rakha terkabul untuk saat ini. Lyssa datang menghadiri meeting tersebut. Tapi yang membuat Rakha semakin tidak fokus adalah kedatangan Lyssa tidak untuk mendampingi Rian, pamannya. Melainkan dia yang di dampingi oleh oleh seorang manager utama di perusahaan mereka.
"Jadi bagaimana, Pak? Bapak setuju dengan konsep yang mereka buat?" tanya Bela karena sejak tadi Rakha tidak juga memberi tanggapan apapun.
Rakha hanya diam menatap Lyssa. Tatapannya tak pernah lepas sedikitpun dari Lyssa.
"Pak!" Bela lagi-lagi harus menegur atasannya. Dia sampai harus menepuk pelan bahu Rakha.
"Ya, ada apa?" tanya Rakha terkejut mendapat tepukan dari Bela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubungan dalam Kerumitan (End)
Romansa[Complete] . . . Pernahkah kamu mencintai seseorang yang tak mencintai mu? Atau kamu pernah dicintai oleh seseorang yang sangat kamu benci? Atau bahkan kamu pernah merasakan sakit hati karena orang yang kamu cintai mencintai sahabat mu sendiri? Dan...