Seminggu berlalu lagi. Lyssa yang akhir pekan ini tidak dapat berkumpul lagi dengan keluarganya, memilih untuk jalan-jalan sendirian. Memang sejak kebenaran itu terungkap, keluarga mereka tidak berkumpul lagi. Entahlah. Itu seperti menjadi masalah yang berbeda-beda dari masing-masing anggota keluarga.
Lyssa memutuskan untuk menghabiskan waktu liburnya sendirian. Niat awalnya ingin mengajak Vanno. Seperti BroSis Time, tapi kakaknya itu malah tetap bekerja meskipun ini hari libur. Bahkan orang-orang pekerja kantoran juga pasti akan memilih berlibur. Tapi si maniak kerja itu malah menenggelamkan dirinya di tumpukan pekerjaan. Disaat orang lain mungkin tengah menenggelamkan diri mereka untuk liburan atau sekedar berselancar di dunia mimpi, dan Vanno tetap berselancar di komputernya.
Lyssa memarkirkan mobilnya di halaman parkir sebuah cafe. Dia keluar dari mobil dan berjalan memasuki cafe. Tapi, entah nasibnya atau memang takdir, dia hampir bertabrakan dengan seseorang. Itu salahnya juga karena terus melamun. Memikirkan tentang keanehan yang terjadi padanya dan memikirkan sebuah keputusan penting yang sampai sekarang belum bisa ia putuskan.
"Ahh maaf.." ucapnya pelan kemudian perlahan menatap orang yang hampir ia tabrak.
"Tid-.... Lyssa.."
"Dara.."Mereka tiba-tiba saling menatap dan memanggil nama satu sama lain.
"Maaf, sepertinya aku tidak memperhatikan jalan ku." tukas Lyssa sedikit dingin kemudian hendak berlalu.
"Lyssa, tunggu." Dara menahan tangan Lyssa.
Lyssa kembali menatap Dara dengan penuh tanda tanya.
"Ku rasa kita perlu berbicara, Sa." ucap Dara mengerti tatapan bingung Lyssa.
"Bicara apa? Bicara saja disini." ujar Lyssa dengan cuek.
"Ku mohon. Ayo bicara di dalam. Kamu ingin kesini kan tadi?" Dara menunjuk cafe di depan mereka.
"Memangnya kau ingin bicara apa?" tanya Lyssa masib mempertahankan sikap dinginnya.
"Ini tentang kita." jawab Dara.
Lyssa semakin menatap Dara aneh.
"Aku tidak ingin membicarakan apapun yang berkaitan dengan masalah kita." tukas Lyssa tegas dan berniat melanjutkan langkahnya lagi.
"Lyssa! Ku mohon. Aku ingin kita kembali seperti dulu. Aku berharap persahabatan kita kembali. Aku tidak mau kalau kita terus bermusuhan seperti ini." ucap Dara dengan pelan.
Lyssa mengurungkan niatnya untuk pergi. Dia menoleh lagi pada Dada dan menatap sang sahabat.
'Sejujurnya......aku juga menginginkan hal yang sama.' batin Lyssa.
"Bisakan?" tanya Dara membujuk.
"Baiklah. Ayo masuk, kita lanjutkan di dalam." kata Lyssa seraya melangkah duluan.
Dara mengikuti Lyssa sambil tersenyum lebar. Dia senang.
*****
Lyssa dan Dara mengambil tempaf duduk di sudut ruangan. Tempat duduk mereka cukup tersembunyi, itu karena Lyssa tidak suka berada di tengah-tengah dan menjadi pusat perhatian. Meskipun tidak akan ada yang memperhatikan mereka, karena semua juga punya urusan mereka masing-masing.
"Jadi, ingin bicara apa?" tanya Lyssa to the point.
Setelah tadi mereka memesan, Lyssa langsung pada inti pertemuan mereka.
"Sebelumnya aku ingin minta maaf. Semua yang terjadi, sungguh. Aku sama sekali tidak merencanakannya. Bahkan aku juga tidak tau akan perasaan Devan pada ku. Berulang kali aku katakan padamu bahwa aku tidak menaruh perasaan spesial pada Devan sedikitpun. Itu kejujuran, Sa. Ku mohon percayalah." jelas Dara dengan sorot mata memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubungan dalam Kerumitan (End)
Romans[Complete] . . . Pernahkah kamu mencintai seseorang yang tak mencintai mu? Atau kamu pernah dicintai oleh seseorang yang sangat kamu benci? Atau bahkan kamu pernah merasakan sakit hati karena orang yang kamu cintai mencintai sahabat mu sendiri? Dan...